Membaca adalah salah satu cara membuka dunia. Lewat membaca kita jadi tahu banyak hal tanpa harus beranjak dari tempat duduk. Karena dari sebuah buku di genggaman tangan, kita bisa mendapatkan banyak informasi dan menjelajah dunia sembari duduk bersantai di pojok ruang favorit.
Sayangnya, di tengah segudang manfaat membaca, masih banyak yang enggan meluangkan waktu bersama buku. Alasannya kebanyakan bahwa kegiatan membaca itu membosankan. Tak heran jika Gedung-gedung perpustakaan kalah ramai dengan Mall atau taman hiburan.
Padahal di Gedung perpustakaan kita bisa temukan banyak pengalaman tak terhingga, mulai tentang teknologi, negara di dunia, kuliner Nusantara, adat istiadat, tips-tips menarik, cerita jenaka, dunia Pendidikan, ilmu pengetahuan umum, dan masih banyak lagi.
Tak heran jika Indonesia dinobatklan sebagai negara dengan generasi yang minim minat baca di peringkat literasi dunia. Bukan karena kekurangan fasilitas atau pendidikan yang rendah, tetapi kebanyakan dari kita yang kurang gemar membaca atau senang berkunjung ke perpustakaan.
Kendati demikian, bagi mereka yang tidak bisa mengenyam bangku sekolah atau terpaksa putus sekolah karena kondisi ekonomi orang tua yang tidak memungkinkan, ternyata banyak yang cinta buku.
Hal ini kusaksikan sendiri ketika ikut dalam kegiatan kampus, di mana aku dan teman-teman punya proyek menyebarkan semangat literasi ke desa-desa di sekitar kota tempat tinggal kami di Lampung.
Tampak adik-adik di tempat-tempat yang kami kunjungi begitu antusias menyambut kedatangan kami. Mereka terlihat sudah tidak sabar ingin memilih buku yang akan dibaca di taman baca kecil-kecilan yang kami dirikan.
Taman baca tesebut hanyalah sebuah lapak beralaskan terpal. Namun adik-adik di desa tampak begitu menikmati membaca buku-buku yang kami bawa sambal duduk di terpal yang kami gelar.
Melihat semangat dan kecintaan mereka pada buku, sempat terpikir ingin membuka sebuah perpustakaan di desa. Sayangnya, hal ini tak bisa kami wujudkan karena masing-masing dari kami mulai disibukkan dengan urusan skripsi.
Lalu setelah wisuda, rata-rata memilih merantau ke kota-kota besar karena melihat adanya peluang karir menjanjikan. Sempat sedih, karena terbayang wajah adik-adik yang setia menanti kami membuka lapak baca buku gratis.
Andai kami bisa, takkan kami biarkan kecintaan mereka pada buku pudar hanya karena tidak tersedianya fasilitas dan buku bacaan yang layak.
Eko Cahyono, Pembebas Buta Huruf Asal Malang
Aku sangat baggga menjadi bagian dari bangsa Indonesia, karena negeri ini tak kekurangan orang-orang yang sangat peduli pada sesame, terutama pada nasib bangsa yang besar ini.
Salah satunya adalah Eko Cahyono, seorang yang sangat peduli pada dunia literasi, yakni membaca dan menulis bagi anak-anak yang putus sekolah.
Meskipun Eko Cahyono bukanlah seoang berpendidikan tinggi, namun ia sangat besemangat memperjuangkan minat baca generasi bangsa ini. Eko Cahyono, pemuda asal Malang ini begitu gigih memperjuangkan minat baca dengan merintis perpustakaan keliling dan taman baca.
Tujuannya adalah untuk mengentaskan buta huruf masyarakat di sekitarnya, terutama mereka yang putus sekolah. Diketahui, Eko Cahyono telah punya dan mengelola 26 perpustakaan yang bisa diakses warga sepanjang kapanpun.
Perpustakaan yang dikelola Eko telah tersebar di 35 Desa dari 7 Kecamatan di Kabupaten Malang. Di Perpustakaan tesebut terdapat banyak koleksi buku dengan berbagai jenis tema menarik untuk dibaca.
Perpusatakaan inipun buka 24 jam bagi siapapun yang ingin membaca buku secara gratis. Menariknya, Nah, di perpustakaan ini ternyata bukan hanya sekada membaca, tetapi juga ada banyak kegiatan penunjang seperti belajar computer, nonton film, menjahit, dan bimbingan belajar. Penghargaan SATU Indonesia Award 2012.
Apa yang Eko lakukan adalah sebuah bentuk cinta tanah ai dan bangsa Indonesia. Rasa peduli Eko tehadap masalah membaca dan menulis membuatnya tergerak untuk memfasilitasi anak-anak kurang beruntung dalam mengakses buku bacaan dan menambah ilmu mereka.
Dengan banyak berinteraksi dengan buku dan membacanya akan membuat wawasan kita makin luas dan memperbaiki taraf hidup hingga mengubah dunia.
Atas kegigihan dan pejuangannya untuk anak bangsa, Eko Cahyono mendapatkan penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Award pada 2012 silam.
SATU Indonesia Awards ini diberikan kepada generasi muda yang menjadi tokoh penggerak di bidang Pendidikan, Kesehatan, Lingkungan, Kewirausahaan, hingga Teknologi.
Ayo, para anak muda Indonesia, teruslah bergerak dan berdaya membangun bangsa dan negeri ini dengan cara-cara luar biasa bagi kebermanfaatan bersama.
Posting Komentar