Belakangan ini tindak kejahatan siber makin masif meneror masyarakat dengan berbagai cara. Beberapa teman di grup Whatsapp pun telah menjadi salah satu korbannya. Ada yang langsung sadar tengah menjadi target, namun tak jarang ada juga yang akhirnya kehilangan sejumlah saldo hingga terkuras tanpa sisa di rekeningnya.
Masih ingatkah kasus pembobolan rekening seorang ibu asal Pati, Jawa Tengah yang uang tabungannya raib hingga Rp206 juta?
Pembobolan dana nasabah tersebut berawal dari pesan singkat yang dikirim seseorang kepadanya.
Pesan singkat berisi penipuan ini bisa berupa tulisan, gambar, maupun tautan link yang nantinya akan mengarahkan korban masuk perangkap. Tadinya yang isi rekening gendut hingga ratusan juta, dalam sekejap keterangan saldonya jadi nol Rupiah.
Apa Saja Jenis Kejahatan Siber Perbankan yang Kerap Mengintai Nasabah?
Tindak kejahatan itu tidak pernah memilih siapa yang akan menjadi targetnya. Ia bisa hadir di mana saja dan di waktu kapan saja. Siapapun bisa mengalaminya. Untuk itu penting memahami jenis kejahatan siber berbasis digital, agar lebih waspada terhadap modus penipuan.
Dikutip dari akun Twitter resmi Nasabah Bijak @nasabahbijak, setidaknya ada 5 jenis kejahatan siber perbankan yang kerap terjadi, yaitu:
1. Skimming
Menggandakan data nasabah melalui mesin ATM yang menggunakan alat skimmer
2. Phising
Menggandakan data nasabah melalui layanan internet banking, SMS, dan penyebaran link palsu
3. One Time Password (OTP)
Menyedot dana nasabah melalui sejumlah situs jual beli (e-commerce)
4. Vishing (Voice Phising)
Pelaku menghubungi korban melalui telepon dan mengaku dari pihak Bank tertentu
5. Sim Swap
Pencurian data dengan mengambil alih nomor HP untuk mengakses akun perbankan korbannya.
Para pelaku kejahatan siber memang akan selalu punya cara menjalankan aksinya. Makin berkembang teknologi, makin sibuk juga mereka dalam mengkreasikan skenario untuk menipu para korbannya.
Saat ini, sebagian besar kejahatan siber penipuan terhadap para nasabah perbankan adalah berasal dari rekayasa sosial atau dikenal dengan istilah Soceng (Social Engineering).
Curhat seorang teman di grup WA tentang penipuan perbankan
Soceng merupakan kejahatan di dunia maya dengan tujuan memanipulasi seseorang agar dengan suka rela menyerahkan data pribadinya, data akun, hingga data finansial kepada pelaku.
Tujuannya tak lain adalah agar si pelaku dapat mengakses ke rekening tabungan nasabah dan menguras habis isinya.
Pelaku ini biasanya akan berpura-pura menjadi pihak resmi bank tertentu untuk meyakinkan korbannya.
Adapun data yang dengan mudah bisa dicuri oleh pelaku Soceng adalah: Username aplikasi, Password, PIN, MPIN, Kode OTP, Nomor Kartu ATM/Kartu Kredit/Kartu Debit, Nomor CVV/CVC Kartu Kredit/Debit, Nama Ibu Kandung, dan informasi bersifat pribadi lainnya.
Berdasarkan pengalaman para korban Soceng, terdapat 3 modus yang dipraktikkan oleh pelaku, yakni:
1. Info perubahan tarif transfer bank
Pelaku akan menyamar menjadi pegawai remi dari bank dan mengatakan bahwa ada perubahan tarif transfer pada korban. Kemudian, pelaku meminta korban untuk mengisi link formulir di mana meminta data pribadi seperti PIN, OTP, dan Password.
2. Tawaran jadi nasabah prioritas
Dalam tipe ini, pelaku akan meminta nomor ATM, PIN, OTP, Nomor CVV/CVC, dan Password.
3. Akun layanan konsumen palsu
Pelaku akan membuat akun media sosial palsu yang mengatasnamakan bank resmi. Biasanya mereka akan muncul saat nasabah pengguna media sosial menyampaikan keluhan soal bank. Kemudian, mereka pun akan menawarkan bantuan menyelesaikan complain dan mengarahkan membuka web palsu atau pun meminta korban memberikan data pribadinya.
Dengan maraknya kejahatan siber di dunia perbankan saat ini, sangat penting bagi kita dan para nasabah bank punya pemahaman mengenai literasi digital dan literasi keuangan, sehingga mampu menjadi nasabah bijak agar dapat terhindar dan lebih waspada tehadap berbagai macam modus kejahatan di sektor perbankan.
Karena modus penipuan di tengah kemajuan teknologi digital ini makin canggih. Jangan sampai kita kalah canggih dengan berbagai modus penipuan. Kejahatan siber harus dilawan dengan membekali diri sebaik mungkin dengan literasi digital dan literasi keuangan. Jangan malas membaca dan terus update informasi dari pihak resmi.
Perangi Kejahata Siber dengan Gerakan Nasabah Bijak
Gerakan Nasabah Bijak hadir untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai Literasi Keuangan. Tujuannya, agar masyarakat Indonesia bisa lebih waspada terhadap berbagai macam modus penipuan dan kejahatan di dunia perbankan.
Dengan menjadi Nasabah Bijak, maka kita bukan hanya mampu melindungi diri dari kejahatan siber perbankan, tetapi juga bisa melindungi banyak nasabah lainnya dari kejahatan dunia maya dengan menjadi Penyuluh Digital.
Dalam menanggapi maraknya kejahatan siber di sektor perbankan, BRI (Bank Rakyat Indonesia) bekerja sama dengan Gerakan Nasabah Bijak terus gencar mensosialisasikan dan mengedukasi masyarakat akan pentingnya menjadi nasabah bijak dalam melakukan berbagai transaksi perbankan secara online.
Hal ini pun dibuktikan dengan langkah nyata BRI yang serius memerangi Soceng dalam mengungkap kejahatan sektor perbankan.
Seperti diketahui, ada 3 pelaku kejatahan Soceng yang mengatasnamakan BRI di Bandung dan Palembang dalam melakukan tindak penipuan terhadap nasabah pebankan. BRI pun segera bertindak dengan secara aktif terus berkoordinasi dnegan aparat kepolisian dalam menyampaikan laporan hingga akhirnya ketiga pelaku dapat ditangkap.
Upaya BRI dalam memerangi social engineering (Soceng) di industri perbankan ini diantaranya adalah dengan dilakukannya pengaduan oleh BRI kepada Siber Polda Metro Jaya, bersama Polda Metro Jaya, BRI juga turut melakukan analisa terkait alur transaksi, pengungkapan modus, hingga melakukan penindakan dan penangkapan pelaku kejahatan Soceng.
Langkah proaktif BRI dalam mendukung penangkapan pelaku kejahatan social engineering tersebut diharapkan dapat meredam kejahatan-kejahatan serupa muncul kembali.
Selain itu, BRI secara berkala juga terus melakukan edukasi pencegahan kejahatan social engineering melalui saluran komunikasi resmi perseroan. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat agar dapat terhindar dari berbagai modus soceng tersebut.
Pihak BRI mengimbau agar para nasabah senantiasa berhati-hati dalam melakukan transaksi finansial, yaitu dengan menjaga kerahasiaan data pribadi dan data perbankan.
Kita semua bisa menjadi Penyuluh Digital dengan membantu memberikan edukasi dan pesan-pesan positf kepada masyarakat. Kita bisa menyampaikannya dengan membuat konten-konten positif terkait kejahatan siber, literasi digital, dan literasi keuangan.
Manfaatkan media sosial dan akses internet untuk menyebarluaskan berita dan informasi-infomasi valid dari pihak-pihak resmi. Dari langkah kecil inilah, akan banyak yang aware dan paham mengenai cyber crime. Pada akhirnya, apa yang kita lakukan akan berdampak pada stabilitas ekonomi negara, karena makin banyak yang sadar dan paham, maka akan makin sulit para pelaku kejahatan siber tersebut mengembangbiakan modus-modusnya, yang bukan hanya merugikan nasabah, tapi juga pihak bank terkait.
Tips Jadi Nasabah Bijak untuk Lindungi Diri dari Kejahatan Siber
Pertama, Bersikap kritis dalam menerima dan menyerap setiap informasi yang masuk. Jangan mudah memainkan jari untuk menyebarkan informasi sebelum terbukti kebenarannya. Kita bisa lakukan cross check di sumber resminya terlebih dahulu.
Kedua, jangan mengungkap semua data pribadi di profil media sosial, misalnya seperti tanggal lahir, nomor telepon, alamat email, daln lainnya.
Ketiga, berhati-hati dan bijaklah saat bermedia sosial. Jangan mudah mengunggah semua hal yang sifatnya pribadi, misalnya informasi mengenai jumlah saldo rekening, tagihan lisrik, informasi tentang keluarga, NIK KTP, Foto KTP, hingga nomor rekening bank.
Keempat, manfaatkan media sosial untuk berbagi ilmu postif dan edukasi yang bermanfaat bagi para pengguna internet lainnya. Misalnya dengan berbagi ilmu seputar finasial, perbankan, info cara memerangi kejahatan siber, dan hal baik lainnnya. Makin banyak yang tahu, maka tak akan ada lagi peluang pelaku untuk melancarkan aksinya.
Kelima, selalu gunakan fitur keamanan yang disarankan pihak bank untuk mengamankan akun dan data-data pribadi kita.
Keenam, Jangan sembarangan memberikan data untuk transaksi seperti kode OTP, PIN, Username, Password, nomor telepon, hingga nama ibu kandung kepada siapapun, karena data ini dapat membuat akun kita mudah diakses orang lain.
Ketujuh, hiraukan semua SMS, pesan Whatsapp, Email, dan telepon yang mengatasnamakan pihak bank. Jangan lupa juga untuk berhati-hati jika mendapatkan kode OTP tanpa melakukan transaksi apapun.
Kedelapan, aktifkan fitur SMS dan email notifikasi, sehingga kita akan langsung tahu jika ada transaksi mencurigakan.
Kesembilan, jangan ragu untuk selalu terhubung langsung dengan layanan perbankan yang tervalidasi, seperti misalnya bagi nasabah BRI bisa menghubungi saluran komunikasi resmi www. bri.co.id, instagram @bankbri_id, twitter @bankbri_id, kontak_bri, promo_bri, facebook : Bank BRI, Tiktok : Bank BRI dan kontak BRI di nomor 14017/ 1500017 atau datang langsung ke kantor cabang BRI terdekat.
Waspadalah selalu dan bangun sikap kritis dalam hal apapun agar tidak mudah menjadi korban kejahatan. Ingat, kejahatan apapun tidak pernah pandang bulu, ia akan mudah masuk jika kita minim informasi.
Referensi: Nasabah Bijak, BRI, Kemenkominfo
Posting Komentar