Are we in Ethiopia?” Ucap salah seorang wisatawan asing dari Irlandia ketika sampai di Provinsi bagian barat Indonesia. Mereka masih tidak percaya dengan pemandangan yang dilihat. Banyak orang yang mereka temukan dalam kondisi memprihatinkan.
Ya, negara yang di mata dunia kerap dielu-elukan akan keindahan dan kekayaan alamnya ini telah banyak berubah. Bencana kelaparan dan gizi buruk adalah bagian hidup sebagian besar masyarakat tahun 2035 ini. Indonesia pun tampak tak jauh beda dengan Ethiopia yang dilanda kelaparan.
Cerita Tentang Indonesia Tahun 2035
Kembali terjadi, anggota TNI yang tengah melakukan bakti sosial di Muara Enim, Palembang menemukan seorang Ibu dan anak balitanya meninggal di dalam rumahnya. Saat ditemukan kondisi keduanya tampak memprihatinkan. Tubuh mereka tampak kurus kering.
Krisis pangan yang telah terjadi dalam 2 tahun terakhir memang membuat banyak warga tak mampu bertahan. Dengan ditemukannya 2 jenazah ini, maka jumlah warga meninggal akibat kelaparan di Muara Enim bulan Februari ini menjadi 27 orang. Artinya setiap hari ada 1 orang yang menyerah pada kehidupan, akibat tidak mampu menahan sakitnya rasa lapar.
Penyiar berita di stasiun televisi nasional itu menyampaikan kabar terkini tentang kondisi Muara Enim, salah satu daerah dengan dampak kelaparan terparah di Indonesia.
Berita ini pun disaksikan langsung pihak istana kepresidenan. Tampak sang ajudan kepercayaan sedang berdiskusi dengan orang nomor satu di Indonesia tahun 2035 ini.
“Amanah memimpin negeri ini begitu berat. Krisis lingkungan tak kunjung usai, kini muncul masalah baru yang lebih serius. Jeritan rakyat demi sesuap nasi sungguh membuat saya lemas dan bingung di tengah kondisi saat ini.” Ujar Presiden.
“Sebenarnya keadaan ini telah diprediksi 15 tahun lalu tuanku. Dulu banyak masyarakat suka membuang makanan. Bahkan mereka merasa malu jika makan tidak bersisa. Saya ingat betul saat itu seseorang pernah membuat status di media sosial tentang ini.” Respon sang ajudan.
“Tidak adakah upaya menghentikan kebiasaan buruk itu?”
“Sudah tuanku, pegiat lingkungan sudah sering mengkampanyekan dampak buruk membuang-buang makanan. Namun masih banyak yang tidak peduli. Karena merasa itu haknya terhadap makanan yang telah dibeli.”
Berita ini pun langsung terdengar pihak istana kepresidenan. Sang ajudan kepercayaan tampak sedang berdiskusi dengan orang nomor satu di Indonesia tahun 2035 ini.
“Amanah memimpin negeri ini begitu berat. Krisis lingkungan tak kunjung usai, kini muncul masalah baru yang lebih serius. Jeritan rakyat demi sesuap nasi sungguh membuat saya lemas dan bingung di tengah kondisi saat ini.” Ujar pak Presiden.
“Sebenarnya keadaan ini telah diprediksi 15 tahun lalu tuanku. Dulu banyak masyarakat suka membuang-buang makanan. Bahkan mereka merasa malu jika makan tidak bersisa. Saya ingat betul saat itu seseorang pernah membuat status di media sosial tentang ini.” Respon sang ajudan.
“Apakah tidak ada upaya menghentikan kebiasaan buruk itu?”
“Sudah tuanku, pegiat lingkungan sudah sering mengkampanyekan dampak buruk membuang-buang makanan. Namun masih banyak yang tidak peduli. Karena merasa itu haknya terhadap makanan yang telah dibeli.”
“Selain itu, sejak tahun 2016 beberapa daerah sebenarnya sudah mulai menerapkan konsep smart city, dengan program food smart city. Program ini awalnya dijalankan oleh kota Bandung melalui gerakan Bandung food smart city.”
“Pada masa pemerintahan Presiden Jokowi di tahun 2019 pun kembali ditegaskan komitmen pemerintah untuk mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs2), yaitu mengakhiri semua jenis kelaparan (zero hunger) 2030.”
“Bahkan Indonesia saat itu juga telah mencanangkan menjadi lumbung pangan dunia 2045.” Sang ajudan menjelaskan panjang lebar.
“Tahun 2016 saya masih SD kelas 5 dan belum paham tentang hal-hal ini.” Ucap Presiden yang saat ini baru berusia 30 tahun, menanggapi penjelasan ajudan yang telah berusia 57 tahun.
“Tapi mengapa kondisi Indonesia justru seperti ini?” tanya Presiden.
“Sayangnya tidak mudah mengajak seluruh masyarakat sadar untuk bijak dengan makanannya. Sebagian masih banyak yang beranggapan membuang makanan sebagai hal sepele. Padahal dampaknya luar biasa. Bahkan data menyebutkan sampah makanan adalah salah satu penyumbang limbah terbesar dan kerusakan lingkungan.”
“Kemajuan teknologi pun turut mempengaruhi gaya hidup masyarakat. Apalagi saat momen diskon pesan makanan online dan Ramadan. Bahkan pandemi Covid-19 tahun 2020 pun telah mengancam ketahanan pangan. Tetapi tingkat kesadaran masyarakat masih kurang terkait gaya hidup minim sampah makanan.”
Diskusi terhenti sejenak. Ada pesan darurat masuk ke ponsel Presiden, yang memberitahu bahwa kondisi rakyat di beberapa wilayah Sumatra, Jawa, hingga beberapa pulau di bagian timur kondisinya makin parah akibat krisis pangan dan kelaparan. Angka kematian kian melonjak dalam hitungan jam.
“Tuhan telah benar-benar mencabut nikmat dan rezeki-Nya dari negeri ini.” batin Presiden pilu.
Presiden dan ajudan segera ke Istana untuk membahas masalah serius ini dalam rapat terbatas dengan jajaran kabinetnya.
Pentingnya Menerapkan Gaya Hidup Minim Sampah Makanan
Teman, saat ini mungkin kita belum benar-benar merasakan dampak serius akibat kebiasaan menyia-nyiakan makanan. Tetapi bukan tidak mungkin beberapa tahun ke depan cerita di atas bisa terjadi di Indonesia.
Limpahan rezeki di bumi Indonesia adalah anugerah Tuhan. Namun semua itu bukan untuk disia-siakan. Bukan tidak mungkin nikmat ini akan diambil karena Tuhan tidak suka sikap boros.
Masih ingatkah kita dengan kisah satu keluarga berjumlah 7 orang dari Polewali Mandar yang ditemukan warga dalam keadaan lemas dan kelaparan di area perkebunan? Kisah ini terjadi tahun lalu. Sungguh miris, bukan? Tak hanya itu, 2 orang kakak adik di Palembang juga ditemukan dalam kondisi kurus kering akibat kelaparan.
Teman, mari kita renungkan sejenak hal ini dengan membuang ego dan jawab pertanyaan ini. Apakah membuang makanan perilaku yang baik? Pernahkah kita terpikirkan mereka yang kesulitan mendapat makan di luar sana saat menyia-nyiakannya?
Membuang makanan memang telah menjadi hal yang lumrah di tengah masyarakat. Mungkin juga kita merasa nggak ada yang salah dengan hal itu. Namun sadarkah kita bahwa membuang makanan bukanlah perkara sepele.
Kerusakan Lingkungan dan Ancaman Kehidupan
Rasa bersalah telah membuang makanan memang terkait dengan etika. Tetapi masalahnya nggak hanya itu. Sampah sisa makanan adalah masalah serius bagi lingkungan. Bahkan dapat mengancam kehidupan kita. Bagaimana bisa? Sampah makanan yang dibuang dan berakhir di TPA akan membusuk. Hal ini dapat menghasilkan gas metana penyebab efek rumah kaca, yang berkontribusi pada perubahan iklim.
Salah satu dampak penumpukan sampah yang tidak terolah dan tingginya penyebaran gas metana ini pernah terjadi di TPA Leuwigajah, Cimahi, yang menewaskan sekitar 140 orang pada tahun 2005.
Baca juga: Zero Waste Cities Bantu Petugas Sampah Hidup Lebih Baik
Nah,tahu nggak sih kalau Indonesia ada di peringkat kedua sesudah Arab Saudi untuk urusan membuang-buang makanan? Wow. Dikabarkan bahwa setiap tahun ada 13 juta ton (setara 500 kali berat Monas) sisa makanan terbuang di Indonesia.
Kalau dirata-rata, maka setiap orang Indonesia membuang 300 kg sampah setiap tahun. Ironis, mengingat masih banyak masyarakat ekonomi lemah yang kelaparan.
Jika sudah tahu begini, masihkah kita tega membuang makanan? Sementara masih ada saudara kita yang kurang beruntung di luar sana. Terlebih efeknya juga sangat nyata untuk bumi.
Dari data BKP Kemenpan disebutkan bahwa 250 juta penduduk Indonesia membuang 1 butir nasi, yang artinya 15 ton beras terbuang sia-sia per hari.
Penyebab Menumpuknya Sampah Makanan
Lapar Mata
Kadang kita kerap membeli makanan berdasar nafsu. Apalagi saat Ramadan ini. Lapar mata sulit dikontrol. Belum lagi jika ada promo pesan makanan online. Padahal kebanyakan kita tak mampu menghabiskan semuanya. Tidakkah kita merasa sangat berdosa pada mereka yang kelaparan dan harus berjuang demi sebutir nasi?
Durasi Penyimpanan Bahan Makanan
Memborong bahan makanan terlalu banyak membuatnya lama tersimpan. Tak jarang banyak yang berakhir di kotak sampah karena telah melewati masa expired sebelum sempat diolah atau karena kita lupa.
Cara Mengolah Sisa Makanan
Sampah makanan bisa diolah dengan dibuat menjadi kompos. Namun tak banyak yang melakukannya. Alhasil semua akan berakhir di TPA.
Cara Mudah Menerapkan Hidup Minim Sampah Makanan
Teman-teman bisa melakukan cara-cara mudah berikut untuk memulai hidup minim sampah makanan dari sekarang.
Tetapkan Menu dan Porsinya
Membuat daftar menu akan menghindarkan kita dari kalap saat berbelanja. Karena kita hanya akan fokus membeli apa yang dibutuhkan saja. Hal ini sekaligus bisa menghemat pengeluaran. Selain itu menentukan jumlah porsi akan membuat kita memasak secukupnya sesuai kebutuhan. Sehingga tak ada ceritanya hidangan sisa.
Ambil Secukupnya dan Habiskan
Seringkali kita serakah ketika dihadapkan pada hidangan makanan. Apalagi ketika sedang lapar-laparnya. Hal ini pun kerap terjadi di pesta-pesta atau saat momen buka puasa. Namun sering pula kita tidak menghabiskannya. Alasannya sudah kenyang. Agar tak ada makanan sisa di piring, takarlah sesuai kemampuan dan habiskan apa yang sudah diambil.
Bawa Pulang
Saat makan di luar, jika porsi yang dihidangkan terasa kebanyakan, sebaiknya sisihkan sebagian di piring lain. Jangan sungkan meminta pelayan untuk membungkusnya agar bisa dinikmati kembali di rumah ketika ingin makan. Aku pribadi kerap melakukanya hingga kini.
Pahami Cara Menyimpan
Kadang kita kerap lupa dengan makanan yang disimpan. Tau-tau saat akan dikonsumsi atau diolah, makanan itu sudah tidak layak karena sudah expired. Untuk itu perhatikan masa berlaku yang tertera di kemasan. Bahkan makanan matang di lemari pendingin pun ada durasi waktu penyimpanannya.
Bekukan
Jika ada sisa makanan yang tidak habis seperti roti, sop, dan sambal, simpanah di lemari pembeku. Karena jenis makanan ini akan lebih awet di dalamnya. Sebaiknya pisahkan sesuai porsi dan kebutuhan agar lebih mudah ketika akan menghangatkan kembali.
Berkreasi
Olah kembali sisa makanan yang masih layak. Aku biasanya mengolah kembali mie goreng sisa menjadi omelet mie. Rasanya cukup enak sebagai teman minum teh, lho.
Perawatan Tubuh
Manfaatkan buah dan sayur untuk perawatan tubuh alami. Misalnya sisa mentimun untuk masker wajah.
Berbagi
Ada makanan berlebih? Berbagilah. Ingat, berbagi itu akan menambah berkah rezeki dan mempererat silahturahmi. Apalagi dalam setiap kelebihan ada hak orang lain di dalamnya.
Mengalihkan Anggaran
Daripada belanja berlebih, lebih baik berhemat dan gunakan sisa dananya untuk diberikan pada anak-anak kurang gizi dan kelaparan.
Sampah makanan adalah masalah serius. Di luar sana masih banyak saudara kita yang kelaparan hingga tak mampu bertahan. Lihatlah kasus di Ethiopia, pedalaman Asmat, atau Sudan. Tegakah kita membuang makanan jika ingat mereka?
Mari kita hentikan membuang-buang makanan. Karena di luar sana ada 690 juta orang tidur dengan perut lapar. Hargai mereka dengan bijak memperlakukan makanan. Membuang berarti menghilangkan harapan hidup orang lain. Tentunya kita semua juga tidak ingin cerita Indonesia tahun 2035 di atas benar-benar terjadi, bukan?
Apa yang akan terjadi di masa depan ditentukan oleh sikap kita hari ini.
referensi:
instagram.com/bandungfoodsmartcity
bbc.com
mongabay.co.id
Setuju banget kalau kita mesti peduli sama sampah makanan. Belum banyak yang peduli soal ini. Banyak yang belum sadar bahwa sisa makanan itu menghasilkan sampah yang tak kalah bahaya dampaknya. Misalnya menghasilkan gas metana.
BalasHapusIya mbak. Semoga saja makin banyak yang sadar ya.
HapusMbaaa aku ketampol wkwkwk gegara lapar mata akhirnya banyak yang kebuang nggak abis. Ya Allah jahat ya aku. Semoga bisa mulai berbenah lagi diriku aamiin
BalasHapusSemngat mba, semoga kedepannya bisa lebih bijak ya kita. Kadang memang sulit menahan hawa nafsu ya
HapusYa Tuhan. Prestasi kita kok bagus sekali ya. Nomor 2 di dunia dalam hal membuang sampah makanan. Ckckckck. Geleng2 gw. Tapi bener jg sih. Keluarga gw jg msh bnyk menyisakan makanan terutama di puasa ini. Gw kdg sering ngomel ke nyokap krn selalu naruh sisa makanan di kulkas. Eh abis itu bsknya ga dimakan. Akhirnya ya dilempar ke halaman biar dimakan kucing dan ayam. Kdg ayam aja ga mau makan. Thanks sarannya ya kak.
BalasHapusSami2 kak. Kita memang harus bekerja keras dan jangan putus asa buat saling mengingatkan.
HapusAku juga ngrasa banget kalau semakin ke sini, semakin banyak sampah. Bahkan 2 hari sekali sampai rumah tangga bisa mencapai 1 kantong besar full. Hufh. Merasa bersalah.
BalasHapusIya, daya tampung du TPA juga banyak yang sudah overload kukihat. Terutama di wilayahku nih mba. Karena kadang yang bukan warga sini, suka buang sampah di sini.
Hapussekarang di tiap kelurahan sudah ada Bank Sampah Digital. jadi, sampah sekarang bisa kita kumpulkan ke sana dan jadi salso untuk bayar pajak pembangunan.
BalasHapusIya ikut senang dengan adanya bank sampah digital. Tapi sayangnya belum semua daerah tersedia kak. Semoga kedepannya makin baik dan menjangkau semua tempat ya
HapusSampah memang jadi masalah yg mungkin belum terpecahkan namun bisa dikurangi dan diminimalkan ya , intinya kita ga boleh mubazir ya apalagi smaa makanan
BalasHapusIya bener kak. Lagian kasian kan kalau buang2 makanan. Sama saja kita buang2 rezeki
HapusSayang banget akutuh kalau ngelihat orang buang sampah makanan yang seharusnya gak dibuang.Misal sisa makanan yang ngambil banyak tapi gak dihabisin :(
BalasHapusHuhuhu...aku juga sedih banget. Apalagi saat ada hajatan, ya Allah banyak banget yang terbuang karena tamu yang ngambil tanpa dipikir habis atau nggak
HapusKalau masih ada yang kelaparan, artinya Indonesia bukan negara yang kaya. Terkadang ada rasa sesal saat tidak menghabiskan makanan, sementara masih ada orang yang susah makan. Mungkin makan dengan secukupnya, minimal mengurangi membuang makanan.
BalasHapusIya kak, kita harus lebih bijak ya saat mengambil makanan
HapusIya benar. Suka sedih kalau makanan dibuang buang. Terkadang lapar mata yang menjadi penyebabnya bukan lapar perut. Huhu ayo stop buang buang makanan
BalasHapusSetuju, kita itu kadang emng suka lapar mata. Padahal yang lapar perut ya
HapusMiris juga ya, membayangkan kalau cerita di bagian awal bener kejadian. Aku sendiri masih berusaha untuk minim membuang makanan.
BalasHapusJangan sampai kejadian ya mbak. Sedihhhh. Semoga lanfjah kecil kita bisa memberi perubahan ya
HapusAku sebelum Ramadan kemarin selalu diingatkan suami agar tidak mubazir terhadap makanan. Tapi sampai kini, aku masih melakukannya, sedih sekali. Mau dikasihkan ke kucing, kadang mereka gak mau. Huhuu..
BalasHapusSemoga dipermudah buat nggak menyisakan makanan ya, Mbak. Semangat
HapusNgomongin sampah makanan, paling gemes saat prasmanan orang biada kalap ngambil makanan dan berakhir ngga dimakan sampai habis. Mubazir banget.
BalasHapusYupsss...kesel kadang ya kak
HapusSampah ini emang jadi masalah besar dunia. Tak terkecuali Indonesia dengan potensi penduduknya yg sangat besar. Sayang sekali Indonesia malah berprestasi sebagai juara 2 di dunia. Antara senang krn masyarakat Indonesia itu suka berderma. Di sisi lain ya menambah jumlah sampah krn ketidakmampuan mengatur anggaran makanan dan menghabiskan makanan yg telah dibuat. Smg sarannya bs diikuti smua org ya kak.
BalasHapusAamiin. Semoga masyarakat Indonesia segera sadar
HapusDi satu tempat ada yang tidak mendapatkan makanan, di tempat lain malah membuang makanan. Semoga program food smart city ini terus digalakkan dan jadi perenungan kita untuk mengurangi sampah makanan
BalasHapusAamiin. Iya mbak. Semoga makin banyak program seperti ini di daerah lainnya juga ya
Hapus