Saya cukup takjub ketika menyaksikan Film Fast and Furios yang menampilkan adegan kebut-kebutan pemilik mobil keren, dengan gaya mengemudi menakjubkan. Namun di satu sisi saya merasa kurang total menikmati suguhan adegan yang didominasi scene balapan ini. Jujur, dua bola mata terasa lelah. Karena melihat tayangan yang banyak dihiasai asap dan debu akibat aksi balapan.
Sangat berbeda ketika saya menonton Film Laskar Pelangi. Saya bisa menikmati seluruh scene dengan lebih happy. Meski premisnya sederhana, tetapi banyak suguhan pemandangan yang memanjakan mata. Bahkan suasana pantai yang berpadu dengan hiasan langit biru di atasnya membuat saya sangat terkagum-kagum. Hingga saya pun waktu itu punya resolusi ingin liburan ke Bangka.
Pemandangan langit yang berwarna biru bersih memang sangat indah. Tak heran banyak yang menjadikannya latar saat berfoto. Saya pun sangat suka memotret langit untuk mengabadikan pesonanya.
Sayangnya saat hijrah ke pusat kota, seringkali pemandangan langit terasa kurang menarik. Bukan karena cuaca yang kerap mendung. Tapi terlalu banyak aktivitas kota yang menjadi sumber polusi udara, seperti kegiatan pabrik, kendaraan bermotor, penanganan sampah yang tidak tepat, penggunaan perangkat listrik, hingga sifat konsumerisme manusia yang makin dimanjakan dengan teknologi.
Di satu sisi banyak orang kerap mengeluh tentang polusi maupun macet. Tapi tidak sadar dengan penampakan langit kita yang abu-abu. Padahal pudarnya keindahan langit itu bukan tanpa sebab. Coba teman-teman renungkan sejenak. Apakah setiap langit berwarna abu-abu selalu disusul dengan jatuhnya hujan?
Kemudian bandingkan sejak adanya kebijakan PSBB selama masa pandemi Covid-19. Apakah warna langit tampak lebih indah dengan pesona birunya? Dan ingat juga dengan pemandangan langit saat dulu dan sekarang. Mana yang lebih indah?
Dari sini seharusnya kita mulai sadar bahwa perubahan warna langit bukanlah takdir. Tapi sangat berkaitan erat dengan perilaku dan kebiasaan kita, yang membuat lingkungan dan alam tercemar. Misalnya kurang memperhatikan aspek ramah lingkungan ketika memakai sebuah produk, salah satu contohnya pemilihan penggunaan bahan bakar minyak.
Mengapa Harus Peduli dengan Lingkungan?
Film Fast and Furious yang kurang sentuhan keindahan alam saja bisa membuat rasa tidak nyaman. Padahal film tersebut dibalut dengan ikon-ikon kemajuan teknologi (mobil mewah). Sama halnya dengan kehidupan kita saat ini, dimana kemajuan teknologi kerap merenggut hak alam untuk tetap asri.
Mari merenung sejenak. Apakah kemacetan di jalanan membuat hidup kita nyaman? Sebelum pandemi pun, sebagian kita sudah banyak yang memakai masker saat keluar rumah. Karena kita merasa di luar banyak polusi udara. Ada yang dari asap rokok, debu di jalanan, asap kendaraan bermotor, emisi gas buang, dan lain-lain. Nyamankah kita dengan masker saat beraktivitas di luar?
Lalu bandingkan juga perasaan saat kita turut serta dalam momen Car Free Day (CFD). Apa yang kita rasakan? Adanya CFD bukti bahwa kita semua butuh lingkungan yang bebas polusi dan sehat. Kita butuh udara yang segar.
Lantas bagaimana jika seandainya kita benar-benar kehilangan akses menyaksikan indahnya alam, menikmati nyamannya menatap cakrawala, atau menikmati segarnya menghirup udara hanya karena sikap abai kita pada lingkungan?
Mungkin ada yang beranggapan bahwa masalah lingkungan sudah ada yang menangani. Sudah ada lembaga khususnya juga. Jadi merasa kondisi lingkungan bukan urusannya. Well, jelas ini sebuah persepsi yang salah.
Kita semua punya tanggung jawab dan peran penting atas kondisi lingkungan, tak terkecuali dengan kualitas udara yang kita hirup. Bahkan hal ini dapat berakibat pada kehidupan anak, cucu hingga cicit kita. Jika lingkungan tercemar, maka kualitas hidup kita pun akan semakin buruk. Tentu kita semua tidak menginginkannya, kan?
Sadar atau tidak, bumi ini sudah semakin tua dan rapuh. Tidak hanya kerap goyah karena hantaman bencana atau menipisnya sumber daya alam saja. Tetapi kadar polusi di bumi juga makin meningkat. Diantara bentuk polusi yang sangat akrab dengan kita sehari-harinya adalah sampah dan polusi udara.
Kali ini mari kita ulas tentang kualitas udara dulu. Kebetulan pandemi saat ini pun berkaitan dengan udara yang kita hirup. Coba teman-teman perhatikan. Bukankah sejak pandemi kualitas udara dan air jadi lebih baik? Bahkan langit Jakarta yang tampak bersih dan biru sempat jadi trending topic di media sosial akhir tahun lalu. Langit begitu cerah dan tampak bebas polusi.
Indahnya langit biru. Dok. Pribadi |
Berkurangnya kegiatan di luar rumah, terhentinya aktivitas industri, dan berkurangnya jumlah kendaraan di jalan raya selama pandemi ternyata berpengaruh terhadap peningkatan kualitas lingkungan. Ini artinya aktivitas kita selama ini banyak berkontribusi pada menurunnya kualitas lingkungan.
Menurut sumber greenpeace.org polusi udara sangat berkontribusi pada banyaknya kasus kematian di seluruh dunia dalam setiap tahun, memperburuk berbagai penyakit seperti pernapasan dan kardiovaskular.
Nah, bisa saja perjuangan hidup dan mati sebagian penderita Covid-19 saat ini bukan hanya karena virus semata, tetapi karena bertahun-tahun telah menghirup udara yang kotor. Sehingga membuat kesehatan mereka makin melemah.
Fakta menyebutkan bahwa buruknya kualitas udara di Jakarta banyak disebabkan oleh kendaraan bermotor. Terlebih saat macet. Karena polusi yang diakibatkan kendaraan yang diam itu lebih buruk daripada saat bergerak. Hal ini makin parah karena masih banyak kendaraan yang menggunakan bahan bakar berkualitas rendah serta tidak ramah lingkungan.
Apa Manfaat Menggunakan Bahan Bakar yang Berkualitas?
Kendaraan itu ibarat aset yang perlu dijaga dan dirawat. Merawat kendaraan pun tidak hanya dengan melakukan servis berkala atau dibawa ke car wash saja. Tetapi ada hal lainnya yang lebih penting yang harus juga kita perhatikan, agar kendaraan kita lebih terawat dan sehat, yaitu penggunaan bahan bakar berkualitas.
Bahan bakar berkualitas akan membuat kendaraan nyaman digunakan. Apalagi jika kendaraan itu untuk dipakai bersama keluarga tercinta. Tak hanya itu, dengan menggunakan bahan bakar berkualitas, maka kita telah turut andil memberi dampak positif terhadap lingkungan dan keberlangsungan hidup di bumi.
Nah, apakah teman-teman sudah paham seperti apa sih kira-kira bahan bakar yang berkuallitas itu? Bahan bakar berkualitas adalah yang memiliki kadar oktan / Research Octane Number (RON) tinggi yang ramah lingkungan, seperti Pertalite (RON 90), Pertamax (RON 92), dan Pertamax Turbo (RON 98).
Sayangnya masyarakat saat ini cenderung lebih suka menggunakan bahan bakar Premium (RON 88), yang merupakan bahan bakar oktan rendah dan tidak ramah lingkungan. Persoalan harga Premium yang lebih murah adalah indikatornya.
Sebenarnya pada tahun 2015 pemerintah sudah pernah ada wacana menghilangkan premium dengan membentuk Tim Reformasi Mafia Migas. PT Pertamina pun telah menyanggupinya dengan meminta jeda 2 tahun. Dan pada tahun 2017 lalu pemerintah dengan ketat mengendalikan Premium area Jamali (Jawa, Madura, Bali). Hasilnya, masyarkat juga sudah mulai terbiasa dengan Pertalite dan Pertamax.
Namun sayang, pertengahan tahun 2018 kebijakan tersebut dibatalkan karena kepentingan politk yang saat itu adalah tahun pemilu.
Lalu apa sih manfaatnya jika kita menggunakan bahan bakar berkualitas yang ramah dengan lingkungan?
Sistem kinerja mesin dan performa kendaraan makin lebih baik.
Mesin lebih awet dan hemat biaya perawatan
Lebih irit bahan bakar. Hal ini pernah saya alami ketika jalan-jalan dan mudik ke Padang dengan jarak tempuh kurang lebih 1100 km.
Tidak berdampak buruk pada lingkungan karena kadar emisi lebih rendah.
Biaya kesehatan menurun. Karena penyakit akibat udara kotor dapat dicegah.
Aksi Nyata Pertamina untuk Lingkungan dengan Program Langit Biru
PT Pertamina sebagai pengelola minyak dan gas bumi ternyata tidak tinggal diam dengan makin menurunnya kualitas udara akibat polusi yang dihasilkan emisi gas buang. Aksi nyata itu diwujudkan dengan upaya peningkatan kualitas bahan bakar ramah lingkungan, yang dikemas dalam proyek bernama Program Langit Biru.
Program Langit Biru Pertamina Sumber foto: www.pertamina.com |
Program Langit Biru (PLB) adalah program yang bertujuan untuk mengendalikan, mengurangi, dan mencegah terjadinya polusi udara. Selain itu program ini juga bertujuan untuk mewujudkan sikap sadar lingkungan masyarakat, dengan mengajak masyarakat untuk merasakan langsung manfaat penggunaan bahan bakar ramah lingkungan. Sehingga akan tercipta lingkungan yang lebih indah dengan udara yang bersih serta sehat.
PLB diawali dengan pemberian harga khusus kepada konsumen roda 2/3, angkot, serta taksi plat kuning. Harapnnya mereka bisa langsung merasakan manfaat penggunaan bahan bakar ramah lingkungan. Sehingga mereka pun akan beralih pada penggunaan Pertalite atau pun Pertamax.
Berapa sih harga khusus selama Program Langit Biru? Selama 6 bulan akan diberikan harga dengan diskon bertahap, yaitu:
Selama 2 bulan harga Pertalite akan sama dengan Premium, yaitu dengan diskon Rp12.00 / liter
2 bulan berikutnya diskon yang diberikan adalah Rp800 / liter
2 bulan tahap ketiga diskon diberikan sebesar Rp400 / liter
Memasuki waktu 6 bulan harga kembali normal.
Mengapa Langit Biru? Karena langit biru adalah sebuah asa untuk masa depan yang cerah, dimana bumi tetap terjaga, lingkungan bersih dan sehat. Pastinya kita semua pun juga sangat berharap dengan adanya PLB langit Indonesia akan tetap biru dan indah, bukan? Namun semua ini akan sia-sia jika kita abai. Untuk itulah kita harus ikut berperan menjadi generasi cinta lingkungan, yang berorientasi pada kualitas hidup demi masa depan yang lebih baik.
Cara Mudah Mendukung Program Langit Biru
Kebetulan saya baru saja mengikuti diskusi publik terkait lingkungan pada hari Rabu tanggal 3 Maret 2021 kemarin. Diskusi secara daring yang diadakan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dan KBR ini mengangkat tema “Mendorong Penggunaan BBM Ramah Lingkungan Guna Mewujudkan Program Langit Biru.”
Diskusi publik, Rabu 3 Maret 2021 tentang penggunaan BBM Ramah Lingkungan Sumber: Slide materi YLKI |
Beberapa narasumber dari berbagai kalangan dihadirkan, yaitu dari YLKI, PT Pertamina, Dinas Lingkungan Hidup, Dinkes, Kementerian Lingkungan Hidup, IESR, Dishub, Disperindag, Kapolres, Dinas ESDM, Bappeda, Dinas PURR, Disbudpar, Tokoh Daerah, Narasumber Redaktur, dan Influencer.
Dari diskusi ini ada banyak hal yang kudapatkan. Terutama tentang Program Langit Biru. Bapak Faby Tumiwa dari IESR mengatakan bahwa konsumsi masyarakat akan penggunaan bahan bakar ditentukan oleh harga dan ketersediaan. Dan masyarakat memang cenderung lebih memilih bahan bakar yang murah.
Selain itu, tidak banyak masyarkat yang tahu standar bahan bakar yang harus digunakan untuk mobil keluaran pabrik tahun tertentu. Ditambah kadang sales-nya tidak memberi tahu. Inilah yang akhirnya membuat masyarakat membeli yang murah.
Penjelasan Bapak Tulus Abadi dari YLKI membuatku paham mengapa masyarakat masih belum totalitas dalam penggunaan bahan bakar berkualitas. Beliau mengatakan bahwa sebenarnya pemahaman masyarakat tentang BBM terkait keandalan pada kendaraan sudah sangat baik. Tetapi pemahaman tentang dampaknya terhadap lingkungan masih sangat kurang.
Saya pun merasa perlu melakukan sesuatu agar masyarakat paham bahwa bahan bakar Premium tidak baik bagi lingkungan, yang tentunya akan berdampak pula pada kualitas hidup kita. Dan saya juga berharap teman-teman blogger bisa lebih masif menggaungkan dan mengedukasi masyarakat, tentang Program Langit Biru lewat konten di blog maupun media sosial. Karena sebuah kebiasaan baru itu butuh sosialisasi dan edukasi.
Oh iya, Presiden Joko Widodo juga telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas karbon 20-40% di tahun 2050 saat menghadiri pertemuan Paris Protocol on Climate Change tahun 2015 lalu. Sayangnya komitmen ini akan sulit terwujud jika kualitas BBM belum memenuhi standar Euro atau masih maraknya PLTU. Saya sih berharap pemerintah bisa meniadakan Premium atau setidaknya mengurangi. Sehingga konsumsi Pertalite atau Pertamax akan lebih meningkat.
Saya juga sangat berharap pemerintah dapat lebih tegas untuk hal ini. Jadi mari kita terus ramaikan dan buat masyarakat lebih risau, tentang ancaman serius akan kerusakan lingkungan akibat bahan bakar yang tidak ramah lingkungan. Karena semakin ramai suatu isu, maka akan semakin cepat ada pergerakan. Yakinlah akan selalu ada harapan untuk Indonesia tetap indah.
Coba kita lihat di negara-negara Eropa. Antara masyarakat dan pemerintahnya terus saling support untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan, salah satunya masalah polusi udara. Mereka lebih suka menggunakan kendaraan umum, bersepeda, atau berjalan kaki saat keluar rumah.
Sekarang bayangkan. Bukankah sangat indah dan nyaman jika langit Indonesia tetap biru dan udaranya segar serta sehat? Lantas alasan apa lagi yang membuat kita ragu beralih ke bahan bakar ramah lingkungan?
Baiklah, lewat tulisan ini saya ingin menyampaikan bahwa kita bisa melakukan cara paling mudah dalam mendukung Program Langit Biru untuk langit Indonesia tetap biru.
Pilih bahan bakar beroktan tinggi seperti Pertalite atau Pertamax.
Beri pemahaman orang-orang terdekat tentang manfaat dan pentingnya menggunakan bahan bakar berkualitas.
Manfaatkan berbagai platform media sosial untuk menyebarkan konten positif yang mengedukasi masyakarat tentang Program Langit Biru.
Gunakan transportasi publik. Jika jarak yang dituju dekat, lebih baik gunakan sepeda atau berjalan kaki. Selain bisa mengurangi polusi udara, bersepeda dan jalan kaki sangat baik bagi kesehatan tubuh.
Jika punya kendaraan, lakukanlah uji emisi secara berkala
Segera lakukan pengecekan di bengkel resmi jika gas buang knalpot mengeluarkan bau tidak enak atau berasap tidak wajar.
Bagaimana? Tidak sulit, kan? Mari bersama kita bahu-membahu mewujudkan langit Indonesia tetap indah dan biru. Karena ini bukan untuk pribadi kita saja. Tetapi kepentingan kita semua. Jangan sampai kita kelak mewariskan lingkungan yang tidak sehat hanya karena tidak mau beralih dari Premium.
Masa sih kita bisa menghabiskan sejumlah uang buat beli ini itu di marketplace hingga jutaan, tapi menghabiskan untuk Pertalite atau Pertamax saja masih hitung-hitungan? Padahal Pertalite dan Pertamax punya dampak signifikan bagi kehidupan kita yang lebih berkualitas, iya kan?
Semoga lingkungan bertambah sehat 🤲🥺
BalasHapusLangit biru itu keren. Dan sudah sejak lama saya meninggalkan penggunaan premium untuk BBM motor. Saya lebih menyukai pertamax atau pertalite saja.
BalasHapus