Sejak dini anak-anak perlu dikenalkan dengan fitrah seksualitas. Karena akan lebih mudah untuk kelak menanamkan pemahaman kepada anak tentang apa yang boleh dan tidak boleh dalam perkara seksualitas. Jika pemahaman ini telah ditanamkan pada anak lebih awal, maka hal itu bisa menjadi pondasi sang anak dalam membentengi dirinya, dari berbagai potensi negatif dalam pergaulan dan lingkungan sekitar. Bahkan dari ancaman di luar yang kerap mengintai anak-anak.
Agar pengenalan tentang fitrah seksualitas ini bisa sampai secara optimal pada anak, perlu adanya strategi yang tepat dalam mengenalkan kepada anak. Orangtua perlu juga memperhatikan tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan rentang usia sang anak. Karena ini berkaitan dengan daya olah pikiran anak dalam menerima dan merespon sesuatu. Terlebih hal ini berkaitan dengan fitrah seksualitasnya.
Dalam pendidikan fitrah seksualitas anak usia dini, ada prinsip yang harus diperhatikan agar anak mudah memahami apa yang disampaikan. Yang pertama sekali adalah perlunya kehadiran utuh ayah dan ibu dalam pendidikan fitrah seksualitas anak sampai dengan usia 15 tahun. Karena pertumbuhan anak di rentang usia ini adalah bagian yang bisa dikatakan krusial. Jadi jangan biarkan anak mendapatkan pemahaman tanpa adanya pendampingan utuh orangtua. Karena bisa saja anak mendapatkan pemahaman yang salah.
Tahapan Mendidik Fitrah Seksualitas
1. Usia 0 -2 tahun
Pada rentang usia 0-2 tahun adalah masa dimana anak masih menyusu pada ibunya. Maka di usia ini sangat perlu untuk mendekatkan anak pada Ibunya. Proses menyusui inilah yang menjadi tonggak awalnya. Karena menyusui juga merupakan pondasi penguatan konsepsi semua fitrah.
2. Usia 3-6
Pada tahapan ini hal yang perlu ditanamkan pada anak adalah tentang penguatan konsepsi gender, yang dapat dilakukan dengan penjabaran yang positif terkait gender masing-masing. Anak laki-laki dan anak perempuan harus didekatkan dengan kedua orang tuanya. Indikator yang menjadi target awal pada tahapan ini adalah anak dapat menyebutkan secara jelas serta bangga dengan gendernya di usia tiga tahun.
3. Usia 7-10
Tahapan ini berkaitan dengan penyadaran akan potensi gender, dengan mrlakukan aktivitas yang relevan serta beragam yang disesuaikam dengan gendernya. Contoh sederhananya misalnya, Ayah mengajak anak laki-laki untuk berperan dan beraktivitas sebagai laki-laki di kehidupan sosialnya. Termasuk dalam hal ini untuk menjelaskan tentang perkara mimpi basah, fungsi sperma, jenis kelamin, aqil baligh, dll.
Sedangkan untuk anak perempuan, diperlukan peran dari Ibunya. Aktivitas ini dapat dilakukan Ibu dengan mengajak anak perempuan beraktivitas sebagai perempuan di kehidupan sosialnya. Pada tahapan ini Ibu bisa menjelaskan tentang menstruasi, hubungan perempuan dan laki-laki dalam pergaulan, fungsi payudara, dll.
Indikator yang menjadi target dalam tahap ini adalah, anak laki-laki akan mengagumi sosok ayahnya dan anak perempuan akan mengagumi ibunya. Dengan ini maka pengaruh negatif dan ancaman terkait seksualitas akan lebih mudah diminimalisir.
4. Usia 11-14 (pre aqil baligh)
Tahapan di usia ini merupakan pengujian eksistensi, yang dilakukan melalui ujian dalam kehidupan nyata. Anak laki-laki didekatkan dengan ibunya dan memahami bagaimana cara pandang perempuan (ibunya). Anak perempuan didekatkan dengan ayahnya dan memahami bagaimana cara pandang laki-laki (ayahnya).
Indikator untuk periode dalam tahapan ini adalah, persiapan dan keinginan untuk menjadi seorang ayah bagi anak laki-laki dan menjadi seorang ibu bagi anak perempuan.
5. Usia 15 tahun
Tahapan pada usia ini adalah penyempurnaan fitrah seksualitas, yang bertujuan untuk menumbuhkan pemahaman yang lebih matang. Pada tahapan ini anak sudah dibebani tentang beban syariah, dan berubah statusnya menjadi mitra bagi orang tua. Anak sudah siap untuk berperan sebagai ayah dan bunda sejati kelak, di saat takdirnya tiba.
Dalam fitrah seksualitas, pendekatan yang dilakukan ayah dan ibu sebenarnya adalah hal yang paling utama. Sebab dengan kedekatan yang dibangun oleh kedua orang tuanya secara utuh, akan mampu menumbuhkan fitrah seksualitas yang baik bagi anak. Akan tetapi jika di keluarga ada atau terjadi ketidakseimbangan, misalnya ibu tunggal atau ayah tunggal, pendidikan fitrah seksualitas ini bisa juga didapatkan dari keluarga terdekat, yang bisa dipercaya dan bertanggung jawab sebagai pengganti peran.
#KuliahBundaSayang
#GameLevel11
#Tantangan10Hari
#FitrahSeksualitas
Manfaat bgt mb infonya, tq. Gercep ya dah nulis perdana buat odop
BalasHapusSelagi masih semangat dan belum ada kerjaan tulisan lainnya yang harus ditunaikan mbak.
BalasHapus