Judul Buku :
Hafidz Rumahan
Penulis :
Neny Suswaty
Penerbit :
AURA Publishing
Editor :
Rosyidin
Tebal :
200 halaman
Cetakan :
Februari 2019
ISBN :
978-623-211-033-5
Harga :
Rp65.000
“Didiklah anakmu, karena sesungguhnya engkau akan
dimintai pertanggungjawaban
mengenai pendidikan dan pengajaran yang telah engkau
berikan padanya.
Dan dia juga akan ditanya mengenai kebaikanmu
kepadanya
serta ketaatannya pada dirimu.” (Abdullah bin Umar
r.a)
Resensi
Buku “Hafidz Rumahan” Karya Neny Suswati – Sejatinya pendidikan
dan pengajaran anak sepenuhnya menjadi tanggungjawab orangtua, bahwa merekalah
yang harus menangani dan terlibat langsung dengan proses pembentukan karakter
utamanya. Sedangkan institusi pendidikan hanyalah sebagai pelengkap atau
partner dalam proses pendidikan itu sendiri. Namun sayangnya masih banyak persepsi
yang menganggap bahwa tempat terbaik pertama untuk pendidikan anak-anaknya,
adalah melalui lembaga pendidikan beserta para pakar pendidiknya. Sehingga banyak
orangtua yang cenderung menyerahkan semua urusan pendidikan, dan pengajaran
anak kepada para pendidik di lembaga-lembaga terkait. Sedangkan peran orangtua
hanyalah sebagai fasilitator.
Tak bisa dipungkiri bahwa generasi saat ini banyak
yang terjebak dalam kasus dekadensi moral. Inilah potret buram generasi era
modernisasi, dimana banyak dari mereka yang menjadi generasi minim karakter
kuat, yang hanya mampu menjadi generasi tawuran, narkoba, pergaulan bebas,
pemalas, dan minus etika.
Fenomena ini pun semakin serius seiring dengan
kemajuan teknologi. Bagaimana tidak? Serangan masif kemajuan teknologi serta
daya tarik yang dibawanya, telah menjadi medan magnet kuat yang mengalihkan
minat dan perhatian anak-anak. Terlebih anak-anak di zaman ini terlihat begitu
cerdasnya. Mereka mudah sekali akrab dan memahami apapun yang berhubungan
dengan teknologi. Namun jika teknologi tidak digunakan secara bijak, maka ia
hanya akan menjadi pengaruh buruk. Karena ibarat dua mata pisau, ia memberi
banyak manfaat sekaligus dampak buruk. Yang
lebih memprihatinkan, banyak generasi yang kini semakin jauh dari Al-Qur’an,
bahkan banyak yang tidak bisa membacanya.
Kondisi generasi seperti inilah yang pada akhirnya
menjadi pertimbangan pasangan suami istri asal Pulau Nias, Ramlan Dalimunthe
dan Sri Maharani Hasibuan untuk mulai menerapkan pola pendidikan anak-anaknya
secara sunah, sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW dan para sahabatnya dalam
mendidik anak. Karena salah satu faktor yang menyebabkan anak berprilaku buruk
dan melakukan penyelewangan lainnya, kebanyakan disebabkan oleh kurangnya
kedekatan dan lengahnya orangtua dalam mengarahkan pendidikan anaknya.
Ibu adalah Al Umm
madrosatul ‘ula; ibu adalah sekolah pertama dan utama. Sedangkan ayah
adalah pemimpin, pembimbing dan juga yang betugas mencari rizki halal bagi
keluarganya. Pemahaman akan hal ini akhirnya menyatukan visi dan misi hidup
mereka dalam satu pemikiran, yaitu berusaha menjadi orangtua yang mampu
mempertanggungjawabkan segalanya kelak di hadapan Allah ta’ala. Mereka ingin
anak-anaknya menjadi generasi rabbani, generasi Qur’ani.
“Abdurrohim
dan Siti Hajar sepakat, bahwa mereka berdua harus saling bahu-membahu dalam
upaya melaksanakan perintah Allah SWT, menjaga keluarga mereka dari murka Allah
SWT yang berujung pada siksa neraka karena durhaka kepada Allah SWT” (hal:42)
Mendidik anak menjadi hafidz dan hafidzoh telah
menjadi prioritas keluarga asal Pulau Nias ini. Berbagai perbaikan, mulai dari
penggantian nama, kebiasaan, cara berpakaian pun mereka lakukan. Dan yang
terpenting adalah mengkaji dan memperdalam ilmu agama untuk bekal mendidik
anak-anaknya tentang aqidah Islam.
Dalam buku ini penulis menjabarkan secara detail
tentang bagaimana perjuangan keluarga ustadz Abdurrohim dalam menanamkan rasa
cinta tertinggi pada Allah, Rasul-Nya, dan Kitab-Nya kepada anak-anaknya. Semua
itu sungguh bukan hal yang mudah. Karena baik ustadz Abdurrohim maupun Siti Hajar,
mereka bukanlah pasangan yang kaya akan ilmu agama. Mereka bukan lulusan Pondok
atau pun pernah mengenyam pendidikan di Pesantren.
“Bukan hal mudah, keduanya bukan
hafidz Al-Qur’an, bahkan hampir bisa dikatakan, Siti Hajar belajar membaca
Al-Qur’an dengan sungguh-sungguh saat sudah memiliki 2 orang anak, bahkan
belajar bersamaan dengan mengajari anak pertamanya. Tetapi tekadnya yang kuat
tidak menyurutkan langkahnya.” (hal: 44)
Di sinilah letak keistimewaan keluarga ini dalam
mendidik anak-anaknya menjadi generasi yang menjaga kalam-Nya. Dan semua itu
dilakukan sendiri oleh sang Ibu, Siti Hajar, yang selalu semangat dan sabar
dalam mendidik buah hatinya, menjadi generasi yang dirindu dunia dan di damba
surga. Berkat kegigihan, keyakinan, dan kesabaran inilah 7 dari 8 anaknya telah
hafidz di usia yang masih sangat belia, 5-12 tahun. Sedangkan anaknya yang
paling kecil sedang dalam proses menghafal. MasyaAllah.
Bagaiman bisa seorang Ibu yang hanya berbekal ijasah
SMA mampu menjadikan anak-anaknya begitu mulia di mata Allah? Bagaimana cara
dan apa metodenya? Jawabanya adalah keyakinan dan iman yang begitu kuat kepada
Allah ta’ala telah menjadi energi besar, yang membuka jalan serta mempermudah
setiap ikhtiar yang dilakukan Siti Hajar.
“…Barangsiapa
yang bertaqwa kepada Allah SWT, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar. Dan Dia
memberikan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka… (QS. Ath-Thalak:2-3)
Membaca buku ini akan membuat kita banyak tercengang
kagum dengan pilihan hidup yang diambil ustadz Abdurrohim dan Siti Hajar. Terutama
tentang pilihannya untuk hidup sederhana. Bahkan mereka berusaha tidak
bersentuhan dengan teknologi agar bisa lebih fokus dengan visi dan misi
hidupnya. Tak hanya itu, kisah perjalanan keluarga awam ini dalam mewujudkan
hidup sesuai ajaran yang dibawa Rasulullah SAW, akan membuka mata kita bahwa
mendidik anak menjadi penghapal Al-Qur’an bisa di wujudkan oleh siapapun. Bahwa
para hafidz tidaklah melulu berasa dari keluarga ulama, pendakwa atau mereka
yang lulusan pesantren saja. Dan satu hal yang tak kalah penting dari mengikuti
kisah kelurga ustadz Abdurrohim ini adaah bahwa keterbatasan bukanlah
penghalang meraih kehidupan yang sukses dunia akhirat.
Keunggulan
Buku
Buku ini ditulis bukan hanya sekadar hasil wawancara
singkat untuk mendapatkan data. Tetapi buku ini disusun atas pengalaman dan
interaksi langsung sang penulis, yang menetap beberapa hari di rumah ustad
Abdurrohim, dan melihaat keseharian mereka. Sehingga bisa dikatakan bahwa buku
ini benar-benar memiliki “ruh, yang mampu membawa pembaca turut hanyut dalam
setiap kisah yang dibawakan sang penulis.
Kisah dalam buku ini dibawakan dengan bahasa yang
mudah dicerna. Sehingga pembaca mudah memahami isi dan maksudnya. Selain itu
sang penulis juga menyertakan beberapa kutipan ayat Al-Qur’an, hadits, kosa
kata Arab, serta kisah para sahabat Nabi, yang semakin menambah khasanah
pengetahuan pembaca. Pemilihan cover berwarna hijau juga sangat cocok dengan
isi yang menceritakan tentang kisah perjalanan hidup serta kesederhanaan
keluarga ini.
Kekurangan
Buku
Tidak ada karya yang sempurna. Karena kesempurnaan
itu mutlak milik-Nya. Begitu pun dengan karya ini. Di beberapa halaman masih
terdapat typo dan ketidaknyamanan saat membaca. Karena ada paragrap yang
rasanya tidak sinkron. Selain itu foto-foto yang dilampirkan membuat pembaca
berusaha agak keras untuk dapat melihat jelas apa yang ada di dalamnya. Karena foto-foto
tersebut tercetak tidak berwarna.
Rekomendasi
Buku ini sangat direkomendasikan sekali untuk
dimiliki dan dibaca keluarga Muslim. Terutama yang berkeinginan untuk
menjadikan anak-anaknya para generasi penghapal Al-Qur’an. Karena dalam buku
ini akan ditemukan banyak inspirasi tentang bagaimana cara pengajaran seorang
Ibu sederhana dalam ikhtiarnya menjadikan anak-anaknya hafidz dan hafidzoh.
Keluarga penghafal Qur'an... Ini nih yang harus dicontoh dalam misi keluarga muslim. Peran orang tua dalam mendidik ternyata lebih utama ya.
BalasHapusBener banget. Terutama di zaman sekarang yang banyak fitnah dan godaan. Semoga kita juga mampu menjadi keluarga yang menjaga kalam Allah. Aamiin
BalasHapusnice resensinya rapih dan memotivasi
BalasHapusTerima kasih Ainun. Semoga bermanfaat
HapusBuku ini banyak mengingatkan. Terutama orang tua. Kadang orang tua suka lupa bahwa mencintai anak gak melulu tentang materi. Suka banget dengan buku ini.
BalasHapusIya mbak buku ini beda banget auranya. Banyak hikmah yang bisa diambil.
Hapus