Foto taken from @hiday_nur_r |
Dia adalah seorang perempuan penuh semangat, cerdas dan haus akan ilmu. Tidak hanya itu, dia adalah sosok yang mampu menjadi teladan orang-orang di sekitarnya. Terutama bagi para penikmat dunia literasi. Ya, dialah Nur Hidayati atau yang biasa kupanggil dengan panggilan mbak Hiday. Awal kenal dengan mbak Hiday adalah saat aku bergabung dengan komunitas menulis One Day One Post (ODOP) di awal tahun 2017, saat angkatanku (ODOP Batch 3) digabung dengan group besar ODOP. Mbak Hiday sendiri merupakan seniorku di ODOP, yang telah bergabung sejak Februari 2016.
Mbak Hiday lahir di Tuban, Jawa Timur, dari orangtua yang sangat luar biasa. Ayah dan Ibu mbak Hiday merupakan sosok penuh semangat. Inilah mungkin yang menjadi cikal bakal jiwa semangat seorang mbak Hiday dalam menapaki setiap jejak langkahnya. Dari informasi yang kutemukan di salah satu tulisan mbak Hiday, ternyata sang Ayah merupakan pelahap buku-buku sejarah dan budaya Jawa. Beliau selalu menganggarkan dana untuk memenuhi kebutuhan membaca di rumah. Pantas saja mbak Hiday ini pemikirannya luar biasa. Batinku saat membaca tulisan itu. Bagaimana tidak? Dari kecil mbak Hiday sudah akrab dengan buku bacaan, yang tak diragukan lagi bahwa buku merupakan salah satu nutrisi terbaik bagi otak.
Foto taken from @hiday_nur_r |
Awalnya aku memang tidak terlalu mengenal perempuan berdarah Jawa ini. Meskipun sudah berada di satu komunitas. Namun seiring keikutsertaanku dalam komunitas menulis One Day One Post (ODOP), aku jadi semakin mengenal sosoknya. Meskipun sampai saat ini keinginanku untuk bertemu langsung dengannya belum juga terealisasi. Semoga suatu hari berjodoh bertemu dengan sosok inspirasiku ini. Aamiin.
Kemunculan mbak Hiday di obrolan group ODOP selalu berisi nutrisi baik bagi ruang pengetahuan. Sayang sekali rasanya jika tidak ikut serta dalam diskusi berbobot yang disajikannya. Ya, walaupun terkadang aku kerap menjadi silent reader atau ketinggalan obrolan, karena sedang tidak online di group. Tetapi biasanya aku akan mendaki chat dan mulai memberikan tanda bintang untuk beberapa diskusi penting. Diantara chat group yang sering kubintangi adalah uraian tentang hal yang sedang dibahas oleh mbak Hiday. Dari sini aku semakin kagum dengan sosok perempuan penuh semangat yang suka travelling, membaca, dan main scrabble ini. Terlebih mbak Hiday itu ibarat buku ensiklopedi, yang mampu memberikan jawaban atas semua pertanyaan dengan baik. Baik itu tentang dunia literasi atau pun hal lainnya.
Foto taken from @hiday_nur_r |
Sepak terjang mbak Hiday di dunia lierasi membuatku sangat kagum. Mbak Hiday adalah Kontributor rubrik Sejarah Peradaban Islam di Al-Uswah, Tuban. Dan beliau ini sudah aktif menulis sejak duduk di bangku SMP. Dan sepertinya mbak Hiday memang tak mengenal kata lelah untuk terus berkarya dan berprestasi. Mbak Hiday pernah menjuarai Karya Tulis Ilmiah tingkat Jawa Timur, lomba menulis artikel, esai, dan kisah inspiratif. Bahkan beberapa opini dan kumpulan puisinya telah dimuat di media cetak lokal. Wow…it’s so amazing. Aku benar-benar merasa bukan apa-apa dibanding mbak Hiday.
Tak cukup sampai di situ, mbak Hiday juga merupakan sosok produktif di dunia kepenulisan. Hal ini terbukti dari beberapa karya yang telah diterbitkannya dari tahun 2013-2019, diantaranya English Nowadays for Character Building Vol.4-6 (2013 - 2015), Istana Yang Dibangun Dari Kata-kata (2016), Menghempas Karang (2016), Antologi Kisah Inspiratif: Tidak Ada Yang Kebetulan (2016), Kumpulan Autobiografi: 51 Profil Perempuan Inspiratif (2016), Kumpulan Esai: Haruskah Aku Yang Melamarmu (2017), Kumpulan Esai Pendidikan: Pendidikan Karakter (2017), Antologi Esai: Revolusi Menulis (2017), Antologi Cerpen dan Puisi: Menuju Tuban Berkeadaban (2017), Antologi Cerpen: Saat Ramadhan Hampir Usai (2017), Antologi Cerpen: Love Pasta (2017), Aku, Buku dan Membaca (2017), Kumpulan Puisi: 30 Menit (2017), Awardee Stories (2017), Antologi Esai: Generasi Qurani Pewaris Peradaban (2018), Antologi Esai: Sahabatku, Inspirasi Menulisku (2017), Antologi Esai: Perempuan Dalam Pusara Kehidupan (2018), Ketika Arus Tak Mungkin Berbalik (2018) dan Kitab Pangeran Bonang (2018).
Prestasi mbak Hiday lainnya yang membuatku berkata “wow she’s an amazing woman ever”, yaitu pencapaiannya sebagai penerima beasiswa LPDP dan ketika beliau berhasil menjadi bagian dari “Life of Muslim in Germany” bersama Oki Setiana Dewi. MasyaAllah, what a wonderful experience. Aku pun ingin bisa seperti mbak Hiday. Kisah perjuangan dan pengalaman mbak Hiday tentang hal ini membuatku sangat termotivasi untuk mewujudkan impian-impianku. Karena sebagaimana yang pernah dikatakan mbak Hiday, “Aku yakin senekad apapun keinginan, Tuhan pasti bisa kabulkan.” Intinya kita jangan pernah berhenti bermimpi, jangan takut bermimpi tinggi, dan jangan lupa untuk berusaha maksimal demi mewujudkan mimpi tersebut. Setidaknya itulah yang kupahami dari ucapannya.
Salah satu karya palingdigemari mbak Hiday Foto taken from @hiday_nur_r |
Sungguh beruntung rasanya bisa kenal dengan mbak Hiday. Terlebih mbak Hiday bukanlah seorang yang kikir ilmu. Apapun yang ia ketahui selalu dengan suka rela dibagikannya kepada teman-teman di ODOP. Baginya berbagi tidak perlu berharap apa-apa. Karena semua itu Tuhan yang akan membalasnya. Tetapi mbak Hiday tidak mendukung jika di group terlalu sering membahas hal yang tidak bermanfaat. Apalagi jauh dari ruang lingkup untuk mengembangkan pengetahuan di bidang literasi. Bahkan beliau ini bisa dikatakan sebagai “Rem” bagi kami jika di group secara tanpa sadar membangun obrolan yang kurang bermanfaat.
Jujur kegigihan dan prestasi mbak Hiday di bidang literasi membuatku bersemangat untuk menekuni dunia kepenulisan ini. Awalnya aku hanya fokus urusan blogging dan content writer saja. Namun setelah mendengar kisah mbak Hiday dengan segudang prestasi dan bukunya, aku juga ingin bisa punya buku solo. Tidak melulu antologi. Dan karenanya aku pun sempat bergabung di komunitas bimbingan menulis sampai terbit, Nulis Aja Community (NAC) yang dikepalai mbak Hiday. Sayangnya kesibukan kerja dan agenda lainnya membuatku tidak bisa lanjut. Namun aku ingin berusaha lagi di NAC Batch berikutnya. Aku percaya melalui NAC yang dibimbing oleh mbak Hiday, aku mampu menetaskan buku solo layak baca dan berkualitas.
Karya yang terdaftar di Katalog Leiden University Foto taken from @hiday_nur_r |
Saat ini selain sedang menyelesaikan S2 Dirasah Islamiyah (Sejarah dan Pemikiran Islam) di UNISA Surabaya, mbak Hiday juga sedang mempersiapkan 4 buah buku mini seri Islamic Studies yang rencananya akan terbit di tahun 2019 ini. Kita doakan semoga buku ini prosesnya lancar dan dapat diterima khalayak penikmat literasi. Dan kabar terbarunya bahwa mbak Hiday tengah merintis taman baca “Sanggar Caraka, forum belajar English for Writers, dan mencari beasiswa S3 ke luar negeri. Buat Hiday, bisa langsung kunjungi aja akun media sosialnya @hiday_nur_r (IG) atau kunjungi blognya di www.hidaynur.web.id
Top deh.
BalasHapusTerima kasih sudah mampir pak.
HapusMantap
BalasHapusIya mbak, keren ya
HapusSip banget
BalasHapusInpiratif ya pak
HapusTerima kasih Mbak Rika. Maap ya harus googling2 sendiri. Tapi dapatnya jadi lebih banyak kan yaa.. Enak sekali baca tulisannya. Daebakk
BalasHapusSama-sama mbak Hiday sayang. Terima kasih juga atas virus semangat nya. sukses terus mbak
Hapusaku tuh speachless
BalasHapusJangan gitu atuh bang Ian. C'mon speak up
HapusTop bgt..
BalasHapusEmang TOP ya mbak. Semoga kita ketularan TOP-nya. aamii
HapusMbak rika juga keren kok. Tulisannya enak banget dilahap ��
BalasHapusAamiin ya Rabb. terima kasih mbak Jossie yang juga keren
HapusPerjuangan dan cita-cita tanpa letih dan terus bersemangat patut menjadi acuan.
BalasHapusya Mas. Intinya jangan putus asa meski mengalami gagal. Tetapi harus tetap semangat dan terus berusaha hingga kesuksesan enggan menolak
Hapus