Source: umy.ic.id |
Komunikasi Produktif, Hindari Pernyataan Negatif - Komunikasi merupakan salah satu media
penting dalam menjalin hubungan, baik dalam lingkungan keuarga,
pertemanan,maupun bisnis. Oleh karena itu hendaknya setiap individu mampu memahmi
kaidah berkomunikasi yang baik agar semua pesan, gagasan, dan masukan bisa
diterima dengan jelas oleh lawan bicara. Sehingga hasil dari proses komunikasi
itu bisa sesuai dengan apa yang diharapkan. Dengan kata lain,komunikasi yang
baik, maka akan menghasilkan hasil yang baik juga.
Komunikasi yang baik identik dengan
komunikasi yang produktif. Artinya pengiriman dan penerimaan pesan diantara orang-orang
yang terlibat dalam komunikasi dapat menghasilkan manfaat baik bagi kedua belah
pihak, serta sesuai dengan apa yang diharapkan. Karena baik pembicara maupun
pendengar dapat memahami apa yang sedang dikomunikasikan.
Terkadang tanpa disadari, dalam
berkomunikasi kita kerap melakukan kesalahan. Bukan karena tidak pandai
berkomunikasi. Hanya masih kurangnya pemahaman tentang menerapkan seni
komunikasi produktif, yang berkaitan dengan pemilihan kata yang tepat, bahasa
tubuh, waktu, dan tempat berlangsungnya komunikasi. Misalnya saat sedang
menghadapi masalah atau tantangan. Kebanyakan kita cenderung menggunakan
pernyataan-pernyataan berunsur negatif seperti kata: tidak, jangan, dan bukan. Sebagai
contohnya: “Kita tidak bisa liburan tanpa punya banyak uang.” Kata “TIDAK”
dalam kalimat tersebut akan berefek pada perasaan putus asa, tidak bersemangat,
dan kurang keyakinan. Namun lain halnya jika kita ubah pernyataan tersebut
dengan penyataan positif, “Kita bisa liburan dengan uang yang kita miliki.”
Dari uraian di atas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa pernyataan yang mengandung makna negatif akan
menghasilkan pemahaman yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dari sebuah
komunikasi. Inilah yang dimaksud dengan komunikasi tidak produktif. Oleh karena
itu penting bagi kita untuk mulai menerapkan komunikasi produktif dalam setiap
interaksi dengan siapapun.
Berkaitan dengan komunikasi produktif,
aku jadi teringat dengan obrolan dua tahun lalu saat aku menyarankan adikku
untuk melanjutkan study-nya ke
jenjang S2 melalui program beasiswa. Namun
saat itu adikku lebih memilih menerima tawaran pekerjaan di ibukota. Bukan
tidak tertarik untuk kuliah S2, tetapi ia merasa sedikit sulit merebut tiket
beasiswa itu karena terkendala tes IELTS (International
English Language Testing System) yang belum bisa ditaklukkannya.
“IELTS itu memang lebih susah dibanding
TOEFL. Makanya banyak yang gagal karena nilai IELTS-nya masih kurang.” Komentarku
saat itu
“Iya, Uni. Makanya nanti ajalah
lanjut kuliahnya. Kebetulan dapat kerjaan yang menjanjikan.” Jawabnya
Kini kusadari bahwa ternyata dari
obrolan itu, secara tidak langsung aku telah menanamkan rasa pesimis dan
pemahan negatif terhadap suatu masalah. Sehingga adikku enggan berusaha
kembali. Tetapi sejak ia memutuskan resign
dua bulan lalu, aku pun kembali membujuknya untuk berjuang lagi mendapatkan
beasiswa S2 impiannya. Dan kali ini aku terapkan cara berkomunikasi yang
produktif dengannya.
Uni : Za, kenapa nggak coba ikutan beasiswa lagi?
Adik : Hmmm…pengen sih. Tapi tes IELTS-nya Iza nggak bisa.
Uni : InsyaAllah bisa,
Za. Nanti uni bantu belajar IELTS. Kalau kita bisa kuasai triknya, IELTS nggak akan susah kok. Dan kalau mau Iza coba ke Pare
aja dulu satu atau dua bulan buat belajar di sana.
Adik : (Tampak berpikir) – Oke deh, nanti coba Iza Tanya temen yang
pernah ke Pare.
Dari komunikasi kali ini, aku
mengambil pelajaran bahwa kata-kata positif akan berdampak lebih baik pada
hasil komunikasi yang sesuai keinginan kita. Meskipun kita tengah mendiskusikan
sebuah kekurangan,tetapi bukan berarti memandang kekurangan itu sebagai sesuatu
yang tidak bisa ditaklukkan. Hari ini aku jadi semakin bersemangat untuk terus
mengaplikasikan komunikasi produktif. Karena ternyata hal ini juga berpengaruh
pada suasana hati.
#Hari3
#GameLevel1
#Tantangan10H
#KomunikasiProduktif
#KuliahBundaSayang
#InstitutIbuProfesional
Posting Komentar