Judul : The Lost Symbol
Penulis : Dan Brown
Penerjemah : Inggrid Dwijani Nimpueno
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun
terbit : 2010 (Cetakan 1)
Tebal : 712 Halaman
ISBN : 9789791227865
Harga : Rp. 110.000
Dan
brown adalah salah satu penulis favorit yang selalu membuat saya rela tenggelam
mengikuti setiap alur ceritanya; lembar demi lembar tanpa bosan. Niat berhenti
di halaman tertentu kerap gagal, karena terus digoda oleh rasa penasaran, atas suguhan cerita yang selalu mengundang
rasa ingin tahu lagi dan lagi. Terutama di novel The Lost Symbol, yang lembar
demi lembarnya berisi pembahasan tentang teka-teki penuh misteri dan situasi menegangkan
yang di hadapi profesor Robert Langdon. Hal inilah yang terkadang membuat saya
rela menambah durasi waktu untuk membacanya.
The
Lost Symbol adalah karya ketiga Dan Brown yang telah saya nikmati setelah The Davinci
code dan Angels and Demons. Seperti novel-novel sebelumnya, The Lost Symbol
juga dipenuhi banyak ketegangan dan misteri. Novel ini kembali mengangkat kisah
petualangan tokoh protagonis Dan Brown bernama Robert Langdon, yang telah
sukses memecahkan kode di The Davinci Code. Di novel ini Langdon, seorang ahli
simbol dari Universitas Harvard, kembali harus berhadapan dengan seseorang yang
memaksanya untuk memecahkan simbol aneh yang tidak masuk akal.
Daya
tarik The Lost Symbol telah tersaji melalui halaman prolog yang menceritakan tentang
ritual kelompok persaudaraan Freemansonry, yang bagi sebagian besar orang
dianggap aneh. Di sini digambarkan sebuah ritual kuno, dimana seseorang yang
ingin menjadi bagian keluarga Mason, mereka harus menjalani sebuah ritual dan
pengucapan sumpah dengan jiwa sebagai jaminannya. Konsekuensi sangat
menyeramkan akan diterima jika sumpah dilanggar.
Akan tetapi malam ini dia merasakan
kesenyapan yang mencekam di ruang kuil, dan benaknya mulai mengingat kembali
semua peringatan menyeramkan yang pernah diterimanya dalam perjalanan ini,
ancaman konsekuensi-konsekuensi mengerikan
seandainya dia mengungkapkan rahasia-rahasia kuno yang hendak
dipelajarinya: Leher digorok dari telinga ke telinga, lidah dicabut sampai
keakar-akarnya, isi perut dikeluarkan dan dibakar, disebarkan ke empat penjuru,
jantung direnggut keluar dan diberikan pada makhluk-makhluk buas di belantara.
(Prolog hal:12)
The
Lost Symbol dimulai dengan perjalanan Robert Langdon yang mendapat undangan
ceramah dari sahabatnya, Peter Solomon, di Washington DC. Namun apa yang
ditemukannya setiba di Washington DC telah mengejutkannya. Tidak ada ceramah di
gedung Capitol sesuai dengan pesan yang diterimanya dari seseorang bernama
Anthony Jelbard, yang mengaku sebagai asisten Solomon, saat memintanya untuk
memberikan ceramah di Capitol. Ternyata Langdon telah dijebak oleh seorang
psycho bernama Mal’akh, yang telah menculik Solomon. Ia mengirimkan potongan
tangan Solomon dengan hiasan tato di setiap ujung jarinya. Potongan tangan itu
adalah bentuk undangan istimewa yang menginginkan Langdon membantunya
memecahkan kode dan simbol rahasia kelompok persekutuan Mason, yang mengunci
sebuah lokasi penuh rahasia dan berharga di Washington DC.
Pergelangan tangan yang terpenggal
itu tampaknya ditusukkan pada alas kayu berpaku, sehingga bisa berdiri tegak. Gelombang
rasa mual menguasai Langdon. Dia beringsut mendekat, tidak mampu bernapas, dan
kini melihat bahwa ujung jari telunjuk dan jempol tangan itu dihiasi tato
kecil. Tetapi, bukan kedua tato itu yang menarik perhatiannya. Pandangannya langsung
beralih ke cincin emas yang sangat dikenalnya, yang terpasang di jari manis.
(tangan terpenggal milik Peter Solomon) (Hal: 67)
Freemansonry
yang menjadi latar novel ini adalah sebuah kelompok persaudaraan rahasia yang
dianggap aneh, anti agama, dan bertujuan membentuk tatanan dunia baru (New
world Order). Dan kali ini aktor antagonis yang menjebak Langdon memintanya
segera memecahkan kode piramida Mansons, jika ingin menyelamatkan nyawa Solomon
yang tengah sekarat. Ketegangan demi ketegangan mengalir cukup deras dalam buku
ini. Jujur, saya merasa sedikit kewalahan mengikuti alurnya. Tapi di sisi lain
tetap ingin terus mengikuti hingga akhir. Inilah kepiawaian Dan Brown yang
selalu mampu menghanyutkan para pembacanya.
The
lost Symbol mengajak para pembaca untuk bertualang di Amerika, menyusuri
bangunan megah bersejarah dan belajar banyak hal tentang sejarah berdirinya
Amerika.
Bukan rahasia lagi kalau Washington
punya sejarah Mason yang kaya. Batu pertama bangunan ini diletakkan diiringi
ritual lengkap Mason oleh George
Washington, Ben Franklin, dan Pierre L’Enfant – orang-orang genius dan
berpengaruh yang menghiasi ibukota baru mereka dengan simbolisme, arsitektur,
dan seni Mason. (Hal: 44)
Para bapak bangsa pendiri ibukota
ini pertama-tama memberinya nama “Roma”. Mereka menamakan sungainya Tiber dan
mendirikan ibukota klasik dengan banyak pantheon dan kuil yang kesemuanya
dihiasi gambar dewa-dewi terkenal dalam sejarah – Apollo, Minerva, Venus,
Helios, Vulcan, Yupiter. Di tengah-tengahnya, seperti banyak pada kota klasik
besar lain, para pendirinya membangun penghormatan kekal bagi para leluhur –
obelisk Mesir. Obelisk ini, yang bahkan lebih besar daripada obelisk Kairo atau
Alexandria, menjulang 555 kaki (170 meter) ke angkasa, memiliki lebih dari tiga
puluh tingkat, serta menyatakan terima kasih dan penghormatan kepada bapak
bangsa setengah dewa yang menjadi nama baru ibukota ini – Washington. (Hal:
129)
Teka-teki
yang ada di piramida itu harus dipecahkan dalam waktu semalam. Dan petualangan
semalam Langdon berpacu waktu dan kejar-kejaran dari buruan CIA, yang
menganggapnya ancaman nasional, semakin menambah keseruan cerita The lost
Symbol. Mal’akh sangat berambisi untuk menyelesaikan ritual terakhirnya, yaitu
menjadi iblis yang terkait dengan legenda-legenda kuno. Dan semuanya akan
lengkap dengan masuk ke portal rahasia Mason, yang dipercaya menyimpan harta
paling berharga di bumi.
The
Lost Symbol bukan hanya sekedar novel fiksi, tetapi ini adalah karya fiksi
berbasis fakta dan observasi serius Dan Brown. Jadi novel ini tidak hanya
memberikan hiburan semata dari sebuah bacaan, namun pembaca bisa memperoleh
banyak pengetahuan tentang hal-hal yang ada di belahan bumi. Melalui The Lost
Symbol, saya jadi tahu tentang gedung-gedung bersejarah di Amerika, seperti:
gedung Capitol (museum terbesar dan termaju teknologinya di dunia), National
Statuary Hall (ruangan terbaik di seluruh Washington), gedung Smithsonian,
House of Temple, serta bangunan lainnya yang menyimpan banyak misteri tak
terungkap. Selain itu, saya juga mendapat ilmu pengetahuan baru, yakni tentang
ilmu Noetic, Teori Superstring, kebijakan-kebijakan kuno, sejarah Amerika,
paham okultisme, Freemasonry, dan konsep ketuhanan yang pluralisme.
Jauh di dalam bangunan, di dalam
kegelapan ceruk-ceruk yang paling terpencil, terdapat laboratorium ilmiah kecil
yang tidak menyerupai laboratorium mana pun di dunia. Terobosan terbaru yang di
buat Kathrine di sini, dalam bidang ilmu Noetic, berpengaruh terhadap semua
bidang ilmu – mulai dari fisika sampai sejarah, filsafat, dan agama. (Hal: 57)
Dan
Brown selalu menghadirkan twist ending
dalam ceritanya. Dan di The Lost Symbol, pembaca pun akan terkejut saat tiba
diakhir novel, tentang siapa Mal’akh sebenarnya, siapa aktor utama di balik
semua kekacauan, tentang kode yang telah membuat Langdon berpacu waktu, dan
letak harta karun kuno Freemasonry sebenarnya. Novel ini memang mempunyai
banyak keunggulan, karena diracik oleh seorang fenomenal bernama Dan Brown. Karakter-karakternya
kuat dan bahkan cenderung sempurna. Misalnya saja, Langdon yang digambarkan
sederhana tapi sangat cerdas dan selalu beruntung di tengah situasi tersulit
sekalipun. Seperti saat Langdon tenggelam dalam sebuah kotak sempit tapi ia
berhasil selamat. Dan meskipun Mal’akh seorang psycho dan kuat, namun Dan Brown
tetap memanusiawikannya.
Penasaran
dengan kisah petualangan semalam Langdon di Ameika memecahkan kode rahasia
anggota Mason? Well, just read the novel
and welcome to the adventure.
Posting Komentar