Pelajaran tidak melulu didapatkan melalui lembaga pendidikan. Kita juga bisa mendapatkan banyak pelajaran dari sekeliling kita atau orang lain. Dan semua itu free of charge alias gratis. Terutama yang berkaitan dengan kehidupan, tingkah laku dan moral.
Dunia ini banyak menawarkan hal unik dan berharga sebagai i'tibar dan ibroh diri. Tidak perlu jauh-jauh, persimpangan lampu merah yang padat dan penat pun bisa menjadi sumber pelajaran. Tulisan inipun terinspirasi dari beberapa pengalaman teman dan saya pribadi saat berada di sekitar lampu merah.
Lampu merah adalah rambu lalu lintas yang berfungsi mengatur dan menghentikan arus laju kendaraan saat melewati persimpangan. Tujuannya adalah agar tercipta suasana tertib; memberikan kesempatan kendaraan lain untuk melintas. Dengan begitu arus lalu lintas bisa terkendali dan terutama para penyebrang jalan bisa dengan aman saat menyebrang ditengah jalan raya. Bayangkan jika tanpa ada lampu merah. Penyebrang jalan akan bingung dan kesulitan saat menyebrang. Dan peluang tabrakan antar kendaraan yang melintas di persimpangan lampy merah akan sering terjadi.
Berbicara tentang pelajaran hidup dari persimpangan lampu merah, kira-kira pelajaran apa sajakah yang terselip dari pemandangan dan aktifitas di sekitar lampu lalu lintas? Jika kita mau berpikir dan memerhatikan, dari lampu merah kita dapat belajar banyak hal. Lampu merah mengajarkan manusia tentang arti disiplin, saling menghormati, dan kesabaran. Coba perhatikanlah sekeliling anda dan hal-hal lainnya saat di lampu merah. Perhatikan perilaku orang-orangnya; para pengguna kendaraan, pejalan kaki, dan para pengais rezeki seperti pengemis, anak jalanan, pengamen, loper koran serta para pedagang yang kerap berkeliling disekitar lampu lalu lintas.
Ada banyak karakteristik dan perilaku masyarakat yang tergambar saat di persimpangan lampu merah. Hal yang paling sering terlihat adalah bagaimana perilaku para pengguna kendaraan yang cenderung saling berebut posisi terdepan (front position) agar bisa melaju lebih dulu saat lampu menyala hijau. Mereka juga terlihat tidak sabar saat lampu telah hijau. Terbukti dengan terdengarnya bunyi klakson-klakson kendaraan sebagai kode agar kendaraam yang di depannya segera maju. Bahkan sampai ada yang berteriak, " woi buruan udah hijau tu," dengan ekspresi wajah kesal tentunya. Dan yang lebih parahnya lagi, beberapa pengguna kendaraan nekat melaju meskipun kode lampu jalur mereka merah. Saya beberapa kali kesulitan menyebrang karena sikap pengendara yang seperti ini. Pernah juga diteriaki karena saat menyebrang dia hampir mengenai saya.
Fenomena-fenomena seperti di atas adalah gambaran nyata akan sikap dan perilaku masyarakat saat di lampu merah. Inilah representasi masyarakat kita yang kini cenderung bersikap apatis dan egois. Terlebih saat lampu PLN mati. Menjelang datangnya polisi lalu lintas, maka yang terjadi akan lebih parah dari itu. Kendaraan saling berebut melaju. Tak ada yang mau mengalah. Bunyi bising klakson memekakkan telinga karena saling berebut jalur. Akhirnya kendaraan menumpuk di tengah-tengah persimpangan.
Ketidaktertiban seperti itu merupakan hasil dari perpaduan antara sikap egois dan tidak disiplin yang makin terpelihara. Masyarakat mulai mengabaikan hak-hak orang lain. Rasa egois dan tidak sabar telah merasuk ke dalam diri mereka. Padahal sabar itu menyimpan banyak keuntungan dan merupakan bagian dari iman juga. Allah ta'ala berfirman, "...Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar" (Q S Ali-Imron: 146).
Milikilah sifat sabar dan juga disiplin serta taat peraturan. Apalah gunanya pemerintah membuat kebijakan dan peraturan jika kita kerap melanggarnya? Lampu lalu lintas dan segala peraturan yang dibuat adalah sebagai upaya mengatasi kesemrawutan dan kemacetan di jalan raya. Namun masih sering terdengar masyarakat yang menggaungkan dan komplain sana sini karena menganggap pemerintah selalu gagal mengatasi kemacetan. Padahal kita sebagai masyarakatlah yang sering mengabaikan peraturan. Seperti halnya saat di lampu merah. Ketertiban dan kenyamanan di jalan raya akan teraplikasi dengan baik jika kita saling menghargai, bersabar, disiplin, dan tidak egois. Tidak usah saling tunjuk menyalahkan. Mulailah keteraturan itu dari diri kita masing-masing.
Salam, Rika Altair
#OneDayOnePost
#LampuMerah
Bandar Lampung, 3 April 2017
Apalagi persimpangan di Jakarta (beberapa titik sih, hehe)
BalasHapusBagus mbak Rika tulisannya.
Mengingatkan diri untuk lebih bersabar dan tertib berkendara.
Melihat kondisi diri, ada luka di tangan dan lutut karena kejadian kemarin.
Iya kang Fery...sya juga bbrapa kali maju mundur saat nyebrang karena ulah pengendara yg egois. Padahal saat itu lampu masih menyala merah.
BalasHapusSemoga cidera lututnya segera puih kang. Nuhun nya sudah mampir kemari. Semoga bermanfaat