"Sedekahnya bu, saya belum makan seharian". Tentu tak asing lagi dengan sebait kalimat ini. Kalimat yang kerap terlontar dari kaum dhuafa kategori pengemis. Pengemis adalah sebutan bagi mereka yang suka meminta-minta. Umumnya orang-orang ini identik dengan pakaian sobek, kumal, dan kadang disertai dengan kondisi tubuh yang tidak sempurna (cacat atau terluka), yang dijadikan sarana untuk menarik simpati orang lain agar memberinya sedekah. Lokasi operasi merekapun sangat mudah ditemukan seperti di lampu lalu lintas, jalan-jalan, tempat makan pinggir jalan, bahkan ada yang door to door.
Memang, sah-sah saja jika seseorang meminta-minta. Namun juga harus disesuaikan dengan urgensinya. Jika memang sudah sangat tidak berdaya atau tidak ada cara lain, itu lebih baik daripada mencuri. Walaupun tidak bisa juga dikatakan baik juga.
Tetapi fakta di lapangan menunjukkan bahwa mengemis sudah menjadi sebuah profesi memenuhi kebutuhan hidup. Ia dianggap cara termudah merengguk rupiah tanpa harus bersusah payah dan membuang banyak energi. Sampai-sampai kelompok ini kerap melakukan kebohongan demi mendapatkan hasil yang lebih banyak. Pura-pura cacat, lemah, terluka dan sebagainya agar orang lain mudah simpati dan langsung tergerak merogoh kantungnya untuk bersedekah pada mereka. Semakin terlihat menderita maka semakin banyak jumlah sedekah yang akan mereka dapatkan.
Biasanya menjelang ramadhan hingga hari raya jumlah pengemis disuatu tempat akan bertambah. Bahkan ada yang memang sengaja datang dari luar kota. Sebesar itukah penghasilan mereka? Pernah ada berita di media cetak dan elektronik tentang seorang pengemis yang ternyata punya banyak uang. What? Is it true? Ya, that is the fact. So let's think again before we give our money to them.
Islam tidak menganjurkan meminta-minta dengan menipu. Hal ini tidak senapas dengan syari'at. Bukan hanya berdosa tetapi juga mencemari nama kaum tak mampu yang masih punya harga diri. Secara tak langsung mengemis dengan cara-cara bohong adalah bentuk perampasan hak orang-orang miskin yang benar-benar butuh bantuan.
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa meminta-minta kepada orang lain tanpa adanya kebutuhan, maka seolah-olah ia memakan bara api" (HR Ahmad)
Dalam hadits lainnya dikatakan bahwa, "jika seseorang meminta-minta(mengemis) pada manusia, ia akan datang pada hari kiamat tanpa memiliki sekerat daging di wajahnya" (HR Bukhari dan Muslim).
Jadi jelas bahwa Islam sangat tidak menganjurkan meminta-minta. Karena pekerjaan ini dianggap hal yang hina. Apalagi jika diiringi dengan kebohongan dan sandiwara.
Rasulullah SAW bersabda, "lebih baik seseorang bekerja dengan mengumpulkan seikat kayu bakar di punggungnya dibandingkan dengan seseorang yang meminta-minta (mengemis), lantas ada yang memberi atau enggan memberi sesuatu padanya" (HR Bukhari).
Sekitar tiga tahun yang lalu, teman saya dan saya mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan dengan seorang pengemis. Saat itu kami sedang menunggu angkutan umum. Tiba-tiba seorang pengemis pria kira-kira berusia 50 tahun, dengan penampilan seperti haji, namun dengan pakaian yang sangat lusuh, berjalan pincang (sepertinya sandiwara), menghampiri kami dengan suara lemah dan wajah memelas. Kami segera menjawab salamnya dengan ramah serta meminta maaf dengan baik-baik bahwa kami tidak bisa memberinya sedekah. Tetapi pengemis itu langsung marah-marah. Mencaci maki kami dengan suara keras dan kasar.
"Dasar orang pelit. Percuma kamu sholat, pake jilbab besar seperti itu. Sedekah aja ga mau (kata-katanya terpaksa saya perhalus karena bahasa si pengemis sangat tidak enak didengar)". Ia berkata begitu sambil berjalan menjauh (normal) dan mengacung-acungkan jarinya kearah kami. Astaghfirullah. Kami sangat shock saat itu.
Disini saya tidak bermaksud mengucilkan atau menjelekkan kelompok tetentu. Saya hanya ingin berbagi pengalaman dan mengingatkan bahwa tangan diatas itu lebih baik daripada tangan di bawah. Jangan manjakan pengemis dan telitilah jika ingin memberi sedekah pada mereka. Abaikan saja jika memang mereka hanya bersandiwara. Carilah orang yang memang lebih butuh, yang sudah berusaha namun masih belum bisa memenuhi kebutuhannya dengan baik.
Rasulullah SAW bersabda, "Namanya miskin bukanlah orang yang tidak menolak satu atau dua suap makanan. Akan tetapi miskin adalah orang yang tidak punya kecukupan, lantas iapun malu atau tidak meminta-minta dengan cara mendesak" (HR Bukhari).
Semoga Allah memberikan taufik dan hidayahnya. Aamiin
#OneDayOnePost
Bandar Lampung, 6 Maret 2017
Saya sering bertemu orang yang pura-pura (maaf) pincang dan meminta-minta uang di lampu merah. Padahal usia masih muda dan saya pernah lihat ia berjalan dengan normal. Jadi lebih respek terhadap orang2 tua (kakek-kakek, nenek-nenek) juga tukang urut langganan ayah saya. Meski tenaga tidak sekuat dulu, meski ada keterbatasan penglihatan tapi semangat mencari nafkah dengan cara yang lebih baik.
BalasHapusIya mbak. Disekitar lampu merah dkt tmpt kerja jg sy sering liat org2 yg minta2 tp pura2 cacat. Trs ada jg yg pas mrk lg dduk2 dseblh kantor, mrk lg buka Hp. Jd sy krg respect sm mrk. Lbh baik sedekah sm mrk yg msh mau bekerja keras tp msh krg mampu. Kyak kakek2 atau org2 disekitar rmh yg memang bth bntuan
Hapus