"Emm...aman dan terkendali pak", jawabku singkat.
"Baguslah...bagaimana dengan pencuri tadi? Apakah sudah ditangani?" Tanyanya lagi saat aku hendak berlalu.
Jantungku kembali berdegup kencang saat ia menyinggung tentang kasus pencurian itu. Aku kembali teringat kejadian di ruang pemeriksaan tadi.
"Oh...itu...sudah selesai pak. Sudah saya bereskan". Kini aku paham mengapa karyawan yang lainnya enggan melepas lelah di gudang belakang. Padahal itu tenpat ternyaman di gedung ini karena jauh dari kebisingan suasana mall yang sesak pengunjung. Ternyata ada sesuatu di gedung tua ini. Dan itulah mengapa aku merasa ada sesuatu yang berbeda saat pertama kali masuk kesini.
Satu jam sebelumnya (10:30)
Seorang pemuda tertangkap kamera CCTV sedang mencuri di sebuah mall besar. Beberapa menit kemudian pihak keamanan segera bergerak mengamankan si pemuda tanggung itu.
"Maaf, tolong ikut saya ke kantor sekarang", kata seorang satpam wanita sambil memegangi lengan pemuda itu.
"Apa-apaan ini? Salah saya apa?" Sang pemuda berusaha melepaskan cengkraman tangan satpam tersebut.
"Lihat", kata satpam itu sambil menunjuk ke arah kamera CCTV.
Di ruang pemeriksaan
"Anda telah melakukan pencurian di Mall ini. Saya harap anda segera mengembalikan barang curian itu dan mempertanggung jawabkan perbuatan anda", kata satpam itu tegas.
Pemuda itu hanya tertunduk. Tangannya terlihat saling meremas dan sepertinya ia ketakutan.
"Jika anda tidak mau mengembalikan dan bertanggung jawab, maka kami akan menyerahkan kasus ini ke polisi'. Sang satpam kembali menegaskan perkataannya dengan bernada sedikit membentak.
Pemuda itu semakin terlihat ketakutan. Ragu-ragu diangkat kepalanya, melirik ke samping kanan sang satpam. Kemudian dengan cepat ia menunduk lagi. Menggeleng-geleng. Kemudian ia melihat ke arah satpam itu. Seperti hendak menyampaikan sesuatu. Namun ia kembali tertunduk. Sepertinya ada sesuatu di dekat satpam itu yang membuatnya takut menatap kearah wanita berseragam di depanya.
Sang satpam mulai gerah dan kesal dengan tingkah laku pemuda dihadapannya. Ia mulai emosi dan memukul meja persegi itu.
"Anda ini mau main-main ya? Mau anda apa? Atau saya telepon pihak berwajib aja sekarang?" Nadanya mulai meninggi.
"Bu, tolong. Saya bukannya ga mau jawab. Tapi dia bilang saya ga usah jawab biar anda bisa segera kembali ke gudang itu". Ia memegang erat tangan wanita itu sambil takut-takut melirik kesampingnya. Wajahnya terlihat cemas dan suaranya agak pelan.
Sang satpam mulai sedikit mengerti. Ruang pemeriksaan yang ber-AC itu turut mendukung rasa merinding di tubuhnya. Ia mulai merasa seperti ada hawa dingin menjalar di tengkuknya. Sang pemuda kembali melirik ke samping seolah-olah sedang mendengarkan seseorang bicara.
"Katanya ia senang saat ibu datang ke gudang belakang. Tapi hari ini ibu belum ke sana. Makanya ia mencari ibu sampai ke sini. Ia bilang tangan ibu halus. Dan ia suka saat ibu bernyanyi di ruang itu. Ia juga suka memerhatikan saat ibu tertidur di sana". Pemuda itu menyampaikan apa yang diucapkan seseorang yang tak terlihat itu.
"Kamu serius? Apa kamu bisa melihat yang tak kasat mata? Apa di samping saya ada seseorang yang tak bisa saya lihat?" Sang satpam mulai ketakutan.
"Iya. Sejak kecil hal-hal seperti ini sudah biasa bagi saya. Saya mewarisi kemampuan indera keenam dari almarhum kakek saya. Sepertinya dia menyukai ibu. Sejak tadi ia tak berhenti tersenyum dan menatap ibu. Bahkan tadi ia sempat mengusap kepala ibu. Apakah ibu tidak merasakanya?" Kata pemuda itu.
Sang satpam semakin ketakutan. "Sepertinya lebih baik kita segera keluar dari ruangan ini". Satpam itu segera beranjak berdiri dan meninggalkan ruangan itu dengan tergesa-gesa.
Setelah keluar dari ruang pemeriksaan.
"Hei, bagaimana?" Tanya petugas kebersihan Mall.
"Yes, man. Tos dulu dong. Kita berhasil. Dan aku mendapatkan barangnya", jawab pemuda itu puas.
"Untung aku sering melihat satpam itu menyendiri di gudang belakang saat istirahat. Dan dia tidak pernah menyadarinya", kata petugas kebersihan.
#OneDayOnePost
Bandar Lampung, 23 Februari 2017
Posting Komentar