Akhir-akhir ini sebagian besar wilayah Indonesia kerap diguyur hujan. Hampir setiap hari air hujan membasahi beberapa lokasi di Indonesia. Mulai dari sedang hingga deras. Bahkan hujan yang mulai menyapa bumi itu nampak betah berlama-lama meneteskan butiran-butiran beningnya. Hingga tercetuslah berbagai istilah yang dilabelkan pada sang hujan seperti: "hujannya awet" (tidak kunjung berhenti) atau "hujannya mengandung formalin" (karena tahan lama). Bagaimana tidak? Kadang hujan turun mulai dari malam hingga pagi hari dan sebaliknya. Tidak ada istirahatnya.
Air hujan adalah air yang berasal dari proses penguapan air di bumi karena panas matahari, yang menguap ke langit dan berkumpul membentuk sekumpulan awan. Dan pada masa tertentu uap itu kembali ke daratan. Berkat kekuasaan Allah ta'ala milyaran air itu tumpah ke bumi dalam keadaan bersih dan menjadi sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan seluruh makhluk hidup.
Baca juga :Ketika Hujan Menyapa Bumi
Musim hujan hadir sebagai pengganti musim kemarau. Bumi yang tadinya gersang akan kembali subur setelah terkena air hujan. Pohon-pohon mulai berdaun, berbunga, dan berbuah. Sungai-sungai sebagai habitat hewan air mulai mengalir. Itulah mengapa kita harus bersyukur saat hujan turun. Karena ia adalah tetesan kehidupan. Beberapa ayat Alquran menyebutkan tentang "hujan" sebagai berkah dan rahmat dari Allah. Karenanya Alquran mangajak manusia untuk mensyukurinya, karena itu adalah berkah bukan musibah.
Lantas bagaimana dengan banjir? Genangan air yang berhasil memporak-porandakan pemukiman rakyat? Yang menghancurkan banyak properti dan bahkan menelan korban jiwa. Kerugian yang dideritapun tidak sedikit. Apakah hal itu disebut berkah? Yang harus disyukuri? Mengapa Alquran mengatakanya sebagai berkah? Sedangkan faktanya justru hujan telah menyebabkan banjir dimana-mana dan menakuti manusia.
Allah SWT berfirman, "telah nampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (Q.S AR-Ruum: 41)
Ada yang mengatakan kerusakan disini adalah kekeringan dan sedikitnya tumbuh-tumbuhan dan kurangnya keberkahan.
Ibnu Abbas mengatakan: kurangnya keberkahan dikarenakan perbuatan manusia agar mereka bertaubat. Sedangkan An-Nuhhas berkata: kerusakan yang ada di laut maksudnya yaitu kurangnya hewan buruan (ikan dan sejenisnya) dikarenakan dosa manusia. Disisi lain Ath-Thobari mengatakan: sudah nampak kemaksiatan kepada Allah dimana-mana di darat maupun di laut, dan itu semua karena perbuatan dosa manusia dan sudah menyebarnya kedzoliman di muka bumi.
Alam merasa tersakiti oleh perilaku manusia yang suka seenaknya. Akhirnya alampun bergejolak. Dan Allah berikan musibah banjir sebagai teguran agar manusia berpikir dan mengambil pelajaran dari kesalahannya.
Beberapa hari belakangan Indonesia yang sedang dilanda musim penghujan merasakan sebuah duka, kesedihan atas musibah banjir yang menyerang beberapa wilayah di tanah air. Ditempat tinggal sayapun (Lampung) tak luput dari banjir. Bahkan hal itu sampai melumpuhkan beberapa lokasi sehingga segala aktifitas masyarakat tak dapat dilaksanakan untuk beberapa hari. Banyak kerugian, kerusakan dan kehilangan yang harus ditanggung warga. Bahkan ada yang sampai tak punya apa-apa sama sekali karena rumah mereka hancur dan terbawa arus air. Sungguh sangat memprihatinkan menyaksikan keadaan mereka. Hujan yang terjadi dari malam hingga pagi itu telah meluluh lantakan beberapa pemukiman rakyat. Ampunilah segala khilaf dan dosa kami ya Allah.
Banjir sudah terjadi, yang perlu kita lakukan sekarang adalah berbenah, introspeksi diri dan mencari solusinya agar banjir tak lagi menjadi ancaman. Paling tidak bisa mengurangi resiko banjir. Saya memang bukan pakar hidrologi ataupun berkemampuan menganalisa pergerakan air. Dalam tulisan ini saya hanya ingin mengutarakan pandangan saya mengenai banjir ini. Dan saya yakin solusi yang saya kemukakan sudah sering dibahas. Tapi saya hanya ingin mengingatkan dan menekankan kembali pentingnya menjaga dan bersikap ramah pada alam. Karena sepertinya sebagian dari kita telah lupa akan hal itu.
Pemicu utama masalah banjir didominasi oleh ulah manusia sendiri. Maka dari itu perlu adanya kesadaran dari setiap individu untuk mengubah segala perilaku buruk yang merusak keseimbangan alam. Ingat perilaku buruk dan dzolim kita pada alam juga akan berdampak pada kehidupan orang banyak. Mulailah perhatikan lingkungan sekitar. Rutin membersihkam saluran pembuangan adalah salah satu bentuk peduli kita pada alam. Bersihnya saluran air akan membuat air hujan mudah mengalir dan tentu akan mengurangi resiko banjir.
Penanggulangan banjir bukan hanya tugas pemerintah semata. Itu adalah tugas semua pihak yang mendiami bumi ini. Oleh karena itu diperlukan kerjasama yang baik dalam menerapkan kebijakan dan peraturan pemerintah. Apa fungsinya peraturan tentang pelarangan pembuangan sampah sembarangan, jika masyarakat banyak yang melanggar? Hentikan perilaku buruk itu. Pemerintah memang tidak bisa mengawasi setiap individu agar tak seenaknya membuang sampah ke sungai atau saluran air. Karenanya perlu kesadaran diri masing-masing. Pikirkan lagi dampak kedepannya. Jangan lagi menjadikan sungai sebagai wadah raksasa sampah-sampah anda.
Penebangan hutan secara liar juga termasuk penyebab mudahnya banjir melanda suatu wilayah. Jadi tolong hentikan perbuatan itu. Ketidakseimbangan lingkungan akan menyebabkan bencana. Hutan adalah media terbaik penyerap dan penyimpan air. Lakukan segera penghijauan hutan jika hutan mulai kekurangan pepohonannya. Dalam hal ini diperlukan juga tindakan tegas pemerintah. Jangan abai hanya karena kepentingan para pengusaha tertentu.
Untuk kota-kota besar khususnya, seperti Jakarta yang sudah langganan banjir, ada baiknya membatasi pembangunan gedung-gedung bertingkat yang banyak mengambil lahan sehingga mempersempit ruang gerak air. Akan lebih baik jika ruang terbuka hijau diperbanyak daripada mall atau gedung mewah. Tentunya kita akan lebih aman saat hujan ketika air dapat mengalir dengan lancar.
Perbanyak pembuatan waduk juga bermanfaat mengurangi resiko banjir. Dan perlu juga memerhatikan daerah aliran sungai yang sudah mulai rusak. Kembalikan bentuk sungai agar air bisa mempunyai akses jalan yang baik saat volume air meningkat. Jadi intinya naturalisasi bukan normalisasi. Perlu juga memperkuat dan meninggikan pembatas tepi sungai serta jembatan daripada meninggikannya dengan memasang karung-karung pasir. Sehingga saat aliran air begitu deras dan volumenya meningkat, air tidak mudah meluap keluar dan menjebol pembatas. Dengan begitu resiko banjir bisa dikurangi.
Bagi setiap individu juga bisa berperan untuk mengurangi resiko banjir. Anda bisa mulai menanam pohon di sekitar anda. Karena akar pohon itu mampu menyerap air. Bahkan rumputpun juga bisa menyerap air. Perhatikan pula barang-barang pemicu petaka saat banjir seperti stop kontak. Letakkan di tempat yang aman dan tinggi. Sehingga kita bisa terhindar dari resiko berbahaya yang tak diinginkan saat hujan datang mendadak atau kita tak menyadari air masuk ke dalam rumah.
Terakhir, saya rasa penting juga membuat perencanaan banjir dalam setiap keluarga. Istilahnya rencana emergensi. Jadi saat banjir datang, setiap anggota keluarga sudah paham apa tugasnya dan apa yang harus dilakukan. Selain mengurangi kepanikan, hal ini juga bisa lebih memberikan peluang selamat dan menyelamatkan barang-barang berharga lainnya.
Itulah sedikit pandangan saya terkait solusi banjir. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat dan semoga musibah banjir bisa kita tanggulangi dengan baik. Mari kita bersama-sama menjaga alam dan tidak lagi memperlakukannya dengan buruk.
#OneDayOnePost
#SolusiBanjir
Bandar Lampung, 27 Februari 2017
Posting Komentar