Apa yang terbesit saat anda ditanya tentang tanggal 14 Februari? Apa yang anda ingat selain perayaan valentine day? 14 Februari tercatat sebagai hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Tanggal ini memiliki arti penting dan bernilai historis yang amat besar, bagi perjuangan anak bangsa mewujudkan kemerdekaan Indonesia dan melawan fasisme Jepang di tanah air. 14 Februari adalah hari dimana terjadinya pemberontakan PETA (pembela tanah air) di Blitar.
PETA adalah pasukan tentara Indonesia yang dibentuk Jepang pada tanggal 3 Oktober 1943. Para pribumi direkrut untuk dilatih secara militer agar bisa mempertahankan pulau Jawa, Sumatera dan Bali dari sekutu (Amerika, Inggris, Belanda, Australia dan Portugis). Selesai latihan militer semua dikembalikan ke daerah masing-masing untuk bertugas di bawah daidan (batalyon) Blitar.
Hati nurani para prajurit PETA terutama para komandan muda yang terdiri dari Supriyadi, Muradi, Suparjono, dan Sunanto, merasa terusik tatkala menyaksikan kesewenangan Jepang terhadap rakyat Indonesia. Saat itu rakyat diperlakukan seperti budak yang dikenal dengan Romusha (kerja paksa/kerja rodi) membangun benteng pertahanan. Banyak rakyat yang meninggal akibat kelaparan dan penyakit. Namun pihak tentara Jepang tetap berlaku kasar dan mengabaikan penderitaan pekerja Romusha.
Selain itu, kesombongan serdadu Jepang yang mengharuskan tentara PETA tunduk dan hormat pada serdadu Jepang, walau pangkat serdadu Jepang lebih rendah dari tentara PETA, telah merobek-robek dan menginjak-injak harga diri mereka. Hal ini semakin membulatkan tekad para prajurit PETA untuk melawan dan menghentikan penderitaan rakyat.
Mulailah diadakan pertemuan rahasia menyusun rencana pemberontakan sejak 1944. Pemberontakan dipelopori oleh Komandan Supriyadi. Mereka menghubungi para komandan batalyon di daerah-daerah lain, agar bangkit dan menggalang kekuatan rakyat untuk melawan Jepang.
Tanggal 14 Februari dianggap waktu yang tepat untuk memberontak. Karena saat itu akan ada pertemuan besar dan latihan militer bersama seluruh anggota PETA. Sayangnya, pihak militer Jepang mendadak membatalkan pertemuan ini. Isu yang beredar menyebutkan bahwa mereka sudah mencium aksi pemberontakan. PETA dihadapkan pada dilema. Terus maju dengan resiko kalah karena secara otomatis jumlah pasukan PETA berkurang atas pembatalan pertemuan itu. Atau membatalkannya karena pihak Jepang sudah mengetahuinya. Dan tentu saja mereka akan segera ditangkap dan dihukum mati.
Tetapi semangat juang itu tak surut. Mereka tetap ingin melakukannya, daripada harus menunggu, dan sementara itu Jepang akan menangkap dan mengadili mereka hingga dihukum mati. Bahkan bung Karno(presiden RI saat itu) juga melarang karena khawatir mereka akan gagal dan mati sia-sia. Namun mereka tak peduli. Mereka ingin membalas perlakuan tentara Jepang pada rakyat Indonesia. Mereka berharap pengorbanan darah dan nyawa itu bisa mengobarkan semangat bangsa Indonesia untuk melanjutkan perjuangan mewujudkan Indonesia merdeka.
Tepat pukul 03:00 dini hari, PETA menyerang semua orang Jepang dan menembaki hotel Sakura (kediaman militer Jepang). Sayangnya bangunan ini sudah kosong. PETA mengganti spanduk bertuluskan "Indonesia akan merdeka" dengan spanduk bertuliskan "Indonesia sudah merdeka" serta mengibarkan bendera merah putih di sampingnya. Awalnya pemberontakan ini akan dilakukan serentak oleh batalyon lainnya (Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, dan Sumatera). Tetapi kesulitan komunikasi saat itu mengakibatkan batalyon Blitar tidak tahu perihal batalnya pemberontakan karena sudah diketahui Jepang. Akhirnya komandan Supriyadi gagal menggerakan satuan lain sehingga Jepang dengan mudah memadamkan aksi Supriyadi dkk.
Kolonel Katagiri dari pihak Jepang menemui komandan Muradi dan meminta semua pasukan kembali ke Batalyon. Muradi menyetujuinya dengan syarat: Jepang tidak akan melucuti senjata pemberontak dan tidak akan mengadili pemberontak. Kolonel Katagigi setuju dengan memberikan samurainya sebagai jaminan. Namun komandan kekaisaran Jepang tidak menerima hak ini dan mengingkari janji samurai itu.
Seluruh pasukan peta beserta komandannya ditangkap. Namun tidak ada Supriyadi dalam penangkapan itu. Ia dinyatakan hilang. Setelah disiksa dan diadili, para pemberontak PETA dijatuhi hukuman mati (dipenggal) sesuai dengan hukum militer kekaisaran Jepang di Cevereld (pantai Ancol sekarang) pada tanggal 16 Mei 1945.
Setelah Indonesia merdeka Shodanco Supriyadi diangkat sebagai menteri pertahanan dan keamanan RI yang pertama. Namun hingga hari pelantikam ia tak juga muncul. Maka presiden Soekarno melantik M. Suliyo Adikusumo sebagai menteri pertahanan dan keamanan.
Ada banyak asumsi beredar atas hilangnya Supriyadi. Ada yang bilang ia diculik kemudian dibunuh Jepang. Ada yang bilang ia dimakan hewan buas di hutan. Ada yang bilang ia melakukan ritual di gunung Kelud. Ada juga yang bilang ia masih hidup hingga kini. Allahu a'lam.
Pemerintah mengakui jasa-jada Supriyadi dan mengangkatnya sebagai salah satu pelopor kemerdekaan dan pahlawan nasional. Dan untuk mengenang jasanya, di lokasi perlawanan didirikan Monumen PETA (tujuh patung tentara) dengan posisi menyerang dan Supriyadi berada ditengahnya.
Semoga jasa para pahlaean dan pejuang tanah air ini tidak sia-sia. Semoga mereka yang telah berkorban darah dan nyawa demi tanah air ini mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT. Aamiin. Terimakasih pahlawan-pahlawanku. Selamat memperingati hari PETA
#OneDayOnePost
#MemperingatiHariPETA
Bandar Lampung, 14 Februari 2017
Posting Komentar