Bandung selalu menjadi tujuan wisata yang menarik bagi saya. Tempat yang selalu menjadi top list destinasi untuk menikmati liburan. Entah mengapa saya tidak pernah bosan mengunjungi kota ini. Padahal saya sudah cukup sering berada di tempat yang sama di Bandung. Mungkin saya sudah jatuh cinta dengan salah satu kota terindah di Indonesia ini. Suasana alam yang sangat menjanjikan; yang mampu menyedapkan pandangan dua bola mata ini, hidangan kuliner yang mampu menggugah selera, jajaran shopping centre yang selalu membuat mata tak berkedip (don't shop till drop), adalah bagian dari daya tarik tersendiri bagi saya. Bandung tetap memesona walaupun kita sudah tinggal bertahun-tahun di sini atau sudah pernah berada di sini untuk liburan.
Liburan Desember 2016, saya kembali menapakkan kaki di bumi Parahiyangan. Sebelum ke Bandung, saya singgah ke Jakarta beberapa hari mengunjungi adik kesayangan saya, Riza, di daerah Kelapa Gading. Sahabat saya semasa kuliah mengatakan ingin menyusul saya dan berlibur bersama. Sambil menunggu sahabat saya, Irsanty, yang terbang dari Palembang, saya habiskan waktu berwisata mengelilingi ibukota bersama adik saya (saat ia libur kerja). Namun saat Riza masuk kerja, saya menjelajahi kota Jakarta sendirian.
Akhirnya Santy tiba dijakarta malam hari karena pesawatnya delay beberapa jam. Kemudian kami berangkat pagi ke Bandung dengan bis Primajasa yang juga menjadi korban macet sehingga baru diberangkatkan pukul 11:00 pagi. Bis executive ini bertarif Rp 75.000,- per orang. Perkiraan waktu 3-4 jam bisa sampai di Bandung pun akhirnya meleset jauh karena kondisi jalan yang sangat ramai menuju arah kota Kembang tersebut. Akhirnya kami baru tiba di terminal Leuwi Panjang Bandung sekitar pukul 16:00 wib.
Biasanya setiap berlibur ke Bandung saya stay di Bandung. Namun karena tujuan kali ini ke Lembang, maka kami pun langsung naik damri tujuan Ledeng dan dilanjutkan naik angkutan 3/4 menuju Lembang ketika sampai di terminal Ledeng. Tujuan wisata pertama di Lembang adalah Kawah Tangkuban Parahu.
Awalnya kami berencana menginap di daerah Lembang. Namun seseorang yang kami kenal dalam perjalanan ini menyarankan agar kami menginap di daerah Cikole saja agar akses ke Tangkuban Parahu lebih dekat dan mudah. Karena lokasi ini terkenal rawan macet selama musim liburan. Akhirnya kami lanjutkan perjalanan menuju Cikole. Hari hampir maghrib saat kami tiba di Cikole. Kami coba mencari penginapan melalui aplikasi internet. Namun sayang, semua hotel dan penginapan rata-rata sudah berpenghuni. Jikapun ada, harganya cukup mahal, sekitar Rp 1000.000,- an, dan tentu saja itu tidak sesuai dengan budget kami.
Sambil menunggu waktu maghrib, kami berkeliling di daerah Cikole dan bertanya ke beberapa orang dimana yang menyediakan tempat untuk bermalam. kami hampir putus asa karena harga sewa yang di pasang pemilik hampir menyamai harga menginap di hotel, berkisar antara Rp. 400.000-500.000 per malam. Dan itu pun dengan fasilitas seadanya. Hmmm...mendingan nginep di hotel. Mahal pisaaannn. Batinku. Mungkin karena lokasinya yang sangat dekat dengan beberapa tujuan wisata seperti: Tangkuban Parahu, Sari Ater, Maribaya, Floating Market, D' Ranch, Farm House dan yang lainnya. Saat itu yang terpikirkan adalah, jika tak dapat tempat menunggu pagi, kami terpaksa balik ke Bandung dan datang ke Lembang dari Bandung pagi-pagi sekali.
Suara adzan maghrib menghentikan langkah kaki dalam pencarian kami. Kebetulan kami juga berada dekat dengan sebuah masjid, masjid Al- Mujahiddin Cibogo. Kami pun segera menyahut panggilan Allah itu. Setelah sholat kupanjatkan doa sepenuh hati pada sang pemilik alam ini. Ya Allah ya rahim ya rahman, berilah kami kemudahan agar bisa mendapatkan tempat bermalam yang sesuai. Tunjukkanlah jalannya wahai Allah yang maha pemberi petunjuk. Permudahlah urusan kami dan berkahilah perjalanan ini. Aamiin Allahumma aamiin.
Seusai sholat, tumbuhlah keyakinan di hati ini bahwa Allah yang maha pengasih dan penyayang, tak akan membiarkan kami menunggu pagi di jalanan. MasyaAllah, alhamdulillah, pertolongan Allah begitu cepat. Allah langsung menjawab doa kami. Sekitar lima meter berjalan dari masjid, aku melihat sebuah rumah dengan gorden terbuka dan di dalamnya ada sebuah kasur yang didirikan. Batinku menyeletuk, mungkinkah ini sebuah penginapan?
Kami coba bertanya, dan alhamdulillah kamipun akhirnya bisa bermalam disitu. Awalnya sang pemikik (ibu Ida) menawarkan harga Rp. 300.000 per malam. Tapi setelah bernegosiasi dan mengetahui bahwa kami backpacker, serta berkat kebaikan bu Ida, kami hanya perlu membayar Rp. 120.000 saja. Fasilitasnya sangat memadai dan tempatnya bersih. Ini semua berkat campur tangan Allah. All thanks to Allah.
(BERSAMBUNG)
#OneDayOnePost
#MyHoliday
#LembangBandung
Bandar Lampung, 10 Januari 2017
Planku backpack solo ke sana teh tangkuban perahu-farmhouse -floating market
BalasHapusAku juga liburan kmarin backpackeran. Seru teh dijamin ga nyesel mah menjelajah disana. Kl ke floating sambil ke d'ranch aj teh kl sempt. Dkt dr floating.
BalasHapus