Khaira keluar kelas dan segera menggeser tanda telepon itu kekanan.
"Assalamu'alaikum". Terdengar suara lembut saat telepon itu tersambung.
"Walaikumsalam", jawab Khaira.
"Sudah masuk kelas ya neng? Semangat ya". Ucapan yang sering di katakan Fathan saat sang wanita akan memulai aksinya di kelas.
Itu memang hanya sebuah telepon singkat. Namun bagi Khaira, hanya dengan mendengar suara sang pangeran hatinya itu, sudah cukup untuk memanggil kembali dirinya yang selalu ceria. Ia pun kembali ke kelas dengan aura yang lebih bersinar.
Kelas masih hening; menunggu sang guru menyapa. Sedangkan Khaira masih terpaku di depan meja, memandangi daftar absen; menelusuri nama setiap murid. Setelah memuaskan matanya pada lembaran putih tak bernyawa itu, barulah ia bangkit.
"Bismillahirrohmanirrohiim, Khaira mulai melakukan kewajibanya sebagai seorang guru.
"Well, I'm Khaira Azzalfa. Just call me Miss Khaira, and you'll be with me during this level." Ia bukan tipe seorang yang suka berbasa-basi, jadi menurutnya perkenalan seperti itu sudah cukup.
Materi di hari pertama kelas baru tidaklah begitu banyak, karena interaksi hari itu lebih terkonsentrasi pada perkenalan dan pengenalan cara belajar di ECI.
Sebenarnya rasa kesal Khaira masih menempel sedikit. Namun keprofesionalannya mampu menyembunyikan rasa itu. Seperti biasanya, ia selalu bisa dengan mudah membangun suasana nyaman dan keakraban di kelasnya. Sehingga kelas itu tidaklah seperti kelas baru, dimana biasanya suasananya kaku dan asing. Hal ini tidak akan pernah berlaku bagi kelas yang telah dimasukinya. Walaupun ada kecanggungan, namun itu hanya berlangsung sesaat di menit-menit awal. Selanjutnya, suasana berubah menyenangkan.
Tanpa terasa dua jam berlalu dan kelaspun usai. "You may go home". Khaira mempersilahkan anak didiknya meninggalkan kelas.
"Maaf miss, aku boleh minta nomor ponselnya?" Seorang murid lelaki menghampirinya dan disusul seorang murid perempuan yang juga menginginkan hal yang sama.
"Hmm...iya boleh". Khaira sempat ragu namun ia berikan karena murid yang bernama Abdillah Fathur (Fathur) itu ingin berkonsultasi masalah pelajaran.
Bersambung
#OneDayOnePost
#TantanganCerbung
Bandar Lampung, 7 Desember 2016
Sebenarnya rasa kesal Khaira masih menempel sedikit. Namun keprofesionalannya mampu menyembunyikan rasa itu. Seperti biasanya, ia selalu bisa dengan mudah membangun suasana nyaman dan keakraban di kelasnya. Sehingga kelas itu tidaklah seperti kelas baru, dimana biasanya suasananya kaku dan asing. Hal ini tidak akan pernah berlaku bagi kelas yang telah dimasukinya. Walaupun ada kecanggungan, namun itu hanya berlangsung sesaat di menit-menit awal. Selanjutnya, suasana berubah menyenangkan.
Tanpa terasa dua jam berlalu dan kelaspun usai. "You may go home". Khaira mempersilahkan anak didiknya meninggalkan kelas.
"Maaf miss, aku boleh minta nomor ponselnya?" Seorang murid lelaki menghampirinya dan disusul seorang murid perempuan yang juga menginginkan hal yang sama.
"Hmm...iya boleh". Khaira sempat ragu namun ia berikan karena murid yang bernama Abdillah Fathur (Fathur) itu ingin berkonsultasi masalah pelajaran.
Bersambung
#OneDayOnePost
#TantanganCerbung
Bandar Lampung, 7 Desember 2016
pengalaman pribadi?
BalasHapuslanjut dah
Hehe...mba wid
Hapus