"Neng, kenapa? Sakit?" Tanya sang suami yang merasakan perbedaan pada istrinya.
"Neng baik-baik aj ko a. Neng cuma cape dan ngantuk". Ia beralasan menutupi gelisahnya.
Ya uda kita istirahat ja ya. Oh iya aa lupa ni. Si dede belum disapa". Fathan mengusap-usap perut Khaira dan berbicara pada sang bayi yang berada di dalamnya.
"Assalamu'alaikum sayang.Terimakasih ya nak sudah jagain bunda. Sudah buat bundanya sehat terus. Jangan nakal ya kalau ayah lagi di kantor. Sehat terus ya sayang dan bantuin bunda nanti saat persalinan. Sekarang bundanya harus istirahat. Kita juga istirahat ya nak". Diakhirinya percakapan itu dengan memberikan ciuman di perut sang istri.
"Aa maafin neng ya kalau ada salah", kata Khaira
"Iya neng, sama-sama. Aa juga minta maaf ya. Sini aa pelukin sambil tidur", kata Fathan.
Khaira sulit memejamkan matanya. Ia justru menangis terisak di pelukan suaminya.
"Hei neng kenapa? Apa yang neng rasain? Cerita atuh sama aa". Fathan begitu cemas terhadap istrinya.
"Neng kangen mama a". Khaira masih tak sanggup mengatakan yang sebenarnya. Ia begitu takut hal itu akan menyakiti hati Fathan. Dan yang pasti ia tak ingin merusak hubungan pernikahan itu.
"Ya Allah sayang, jadi sikap aneh neng dari tadi itu karena memendam kangen sama mama? Kan neng bisa telepon atau video call. Aa kan ga larang sayang". Fathan mengambil ponselnya. Dilihatnya saat itu jam sudah menunjukkan pukul 23:00 waktu Brunei.
"Ok, di Indonesia berarti sekarang masih jam 22:00. Mungkin mama belum tidur". Namun, baru saja ia ingin menghubungi nomor sang mama, tiba-tiba saja Khaira meringis kesakitan sambil memegangi perutnya.
"Aa...sakit banget". Suara Khaira terdengar lemah karena menahan sakit.
"Astaghfirullah, neng, neng kenapa? Ya Allah apa istriku akan melahirkan? Yang kuat ya sayang. Banyakin istighfar dan doa. Aa telepon pak Ibrahim dulu buat anterin ke rumah sakit". Fathan yang cemas berusaha mengkondusifkan Keadaan istrinya agar bisa lebih tenang.
Beberapa menit kemudian pak Ibrahim sudah berada di depan rumah. Fathan bergegas menggendong sang istri menuju ke mobil.
"Please drive us to the hispital, sir. She's going to give birth", kata Fathan.
Fathan tetap berusaha tenang dan membacakan beberapa ayat suci sepanjang perjalanan. Walaupun sebenarnya ia panik dan sangat bingung melihat kondisi Khaira yang yang terlihat sangat pucat menahan rasa sakitnya.
"Sabar ya sayang. Banyakin doa dan istighfar", kata Fathan menenangkan istrinya.
Sekitar limabelas menit, akhirnya mobil itu berhenti tepat di depan pintu masuk rumah sakit yang berlokasi di Bandar Seri Begawan; Raja isteri pengiran anak saleha hospital (RISPA Hospital). Seketika itu pula pihak rumah sakit menghampiri dan membantu mereka menuju ruang bersalin.
Khaira tak ingin melepaskan tangannya dari Fathan. Ia ingin suaminya terus berada disisinya.
"Aa jangan tinggalin neng". Pinta Khaira
"Iya sayang. Aa ga kemana-mana. Aa akan temenin neng sampai semua selesai", kata Fathan.
Tim dokter datang dan segera melakukan tugasnya. Mereka terus menyemangati Khaira agar tetap fokus dan terus berusaha. Fathan tetap memegangi tangan istrinya yang mulai mencengkramkan jari-jarinya dengan sangat kuat. Tanpa ia sadari, air matanya mengalir membasahi wajahnya, karena melihat istrinya merintih kesakitan; memperjuangkan kelahiran buah cinta mereka. Sebenarnya ia tidak kuat dan tidak tega melihat semua itu. Tetapi ia lebih tak kuasa lagi jika harus meninggalkan Khaira dengan para tenaga medis itu.
"Neng sayang pasti bisa. Terus doa dan baca dzikir sayang. Ayo kita lantunkan dzikir sama-sama. Semoga Allah mempermudah semuanya". Ajak Fathan sambil membimbing sang istri membaca dzikir dan beberapa surat Alquran. Bahkan para tim medis pun ikut betdzikir bersama mereka. Dan dalam beberapa menit kemudian, terdengarlah sebuah tangisan, "oek...oek...oek".
"Alhamdulillah, Allahuakbar". Ucap mereka semua hampir bersamaan.
(Bersambung)
(Bersambung)
#OneDayOnePost
#TantanganCerbung
Bandar Lampung, 26 Desember 2016
Jadi teringat pas lahiran
BalasHapusPengalaman luar biasa pastinya ya mba wid
Hapus