This Is Love (The End)

<div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;">Akhirnya masa tugas Fathan di Brunei telah tertunaikan dengan baik. Sehingga ia dan keluarga kecilnya bisa kembali menghirup udara tanah air yang sering mereka rindukan. </span><br /> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;"><br /></span> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;">"Alhamdulillah sayang, kita bisa pulang ke Indonesia minggu depan setelah semua berkas aa selesaikan". Fathan pulang dengan kabar bahagia itu.</span><br /> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;">"Alhamdulillah, tapi bukannya masih satu bulan lagi masa tugasnya ya a?" Kata Khaira</span><br /> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;">"Iya neng, seharusnya begitu. Tapi karena aa bisa menyelesaikan proyek ini lebih awal, jadi perusahaan mengizinkan aa kembali lebih cepat". Fathan menjelaskan pada istrinya. </span><br /> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;"><br /></span> <br /> <div style="text-align: center;"> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;">*****</span></span></div> <br /> <br /> <div style="text-align: center;"> <span style="color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 28px; line-height: 36.2795028686523px;"><br /></span></div> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;">Fathur turut serta mengantar Khaira dan Fathan ke bandara. </span><br /> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;"><br /></span> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;">"I'm alone again. Rasanya bakal sepi ga ada kalian lagi disini", kata Fathur.</span><br /> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;">"Cie...yang ngerasa kesepian ditinggal sendiri disini. Sepi ga ada kami atau ga ada Khaifa? Udah sabar aja. Kan bulan depan kuliah selesai". Fathan menggoda Fathur. </span><br /> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;">"Ihhh...kak Fathan ngomongnya ngelantur deh", Khaifa salah tingkah kerena namanya disebut-sebut.</span><br /> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;"><br /></span> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;">Fathur hanya tersenyum namun mengisyaratkan pembenaran atas ungkapan Fathan. Ya, ia memang tertarik dengan Khaifa. Kedekatannya dengan keluarga itu telah membantunya mengenal sosok Khaifa lebih jauh. Ia menemukan kecocokan dengan adik sang guru. Walaupun perasaan hati itu belum diungkapkannya pada sang wanita, namun gesture dan cara mereka berdua saat berbicara menunjukan bahwa keduanya saling tertarik. Bahkan Khaifalah yang kerap menemani Fathan dalam beberapa kesempatan. </span><br /> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;"><br /></span> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;">"Dihh yang salah tingkah? Sepertinya kalian butuh waktu berdua dulu nih sebelum pesawat take off. Siapa tahu ada yang mau diutarakan gitu". Kali ini giliran Khaira yang menggoda mereka.</span><br /> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;">"Yuk ah a kita nunggu disana. Kasih mereka waktu sebentar". Khaira mengajak sang suami berpindah ketempat lain.</span><br /> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;"><br /></span> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;">Fathur dan Khaifa masih saling diam. Padahal kini hanya mereka berdua saja. Sepertinya dua sejoli itu saling menunggu satu sama lain untuk memulai pembicaraan. Tetapi akhirnya mereka bersuara juga. Dan kekakuan diantara mereka terkikis tatkala mereka bersuara bersamaan.</span><br /> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;"><br /></span> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;">"Terimakasih sudah jadi sahabat terbaik selama disini. Dan terimakasih karena kamu sudah membuat hidupku lebih bermakna", kata Fathur</span><br /> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;"><br /></span> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;">Khaifa hanya tersenyum. Tetapi batinnya berbisik "kok cuma bilang terimakasih?". Rupanya ia menunggu Fathur mengucapkan sebait kata bermakna selain terimakasih. </span><br /> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;"><br /></span> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;">"Hmmm...kamu tahu film Syurga yang di Rindukan? " Tanya Fathur.</span><br /> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;"><br /></span> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;">Khaifa hanya menggeleng. Karena ia memang kurang mengikuti film-film seperti itu. Ia lebih suka anime atau fim-film produksi asing seperti Harry potter, Lord of the Ring, dan film-film produksi marvel. </span><br /> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;">"Disitu ada sebuah adegan dimana seorang ayah menyuruh anaknya pergi ke hutan mencari ranting yang bagus. Nah satu anak menemukan sebuah ranting dan diambilnya. Ia tak ingin mencari lagi karena ia yakin itulah ranting terbaik baginya. Dan aku pun sama Khaifa. Aku sudah menemukan ranting itu. Jadi aku tak akan mencari lagi". </span><br /> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;"><br /></span> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;">Khaira menghampiri dua insan itu. "Ehmm...punten ya Romeo and Juliet. Sepertinya obrolan kalian harus disudahi dulu. Para penumpang sudah dipanggil segera menuju pesawat". </span><br /> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;">"Ntar lanjut via telepon aja ya, Fathur. Miss sama Khaifa pamit dulu. Jaga diri baik-baik disini. Inget ada yang nungguin di Indonesia". Kembali Khaira menggoda mereka.</span><br /> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;">"Iya miss, semoga perjalanannya lancar. Doakan saya juga lancar menyelesaikan studi disini", kata Fathur.</span><br /> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;"><br /></span> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;">Khaifa masih termenung dalam pesawat tersebut. Dan beberapa menit sebelum pesawat take off, ia dikejutkan dengan bunyi nada pesan dari ponselnya. Disaat dia masih menelaah ucapan Fathur tentang ranting. "Ihh kenapa ga ngomong langsung ja. Pake ranting-rantingan segala. Apa coba maksudnya". Ia membatin.</span><br /> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;"><br /></span> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;">Dibukanya kunci layar ponsel itu. Rupanya ada sebuah pesan dari Fathur.</span><br /> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;"><br /></span> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;">"Anna uhibbuka fillah", isi pesan dari Fathur.</span></span><br /> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;"><br /></span></span> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;">Kini wajah Khaifa tampak berseri. Ia senyum-senyum sendiri sambil memeluk ponsel itu. Dan adegan solonya itu akhirnya terhenti saat Khaira menyapanya. "Hayoo kenapa ni adikku? Pesan dari siapa sih sampai segitunya dipeluk-peluk. Diihhh...gimana sih Khaira, ya pasti dari yang tadi nganter di bandara atuh", sang kaka menggoda adiknya.</span></span><br /> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;"><br /></span></span> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;">Khaifa pun membalas pesan itu segera. Karena ia tahu bahwa Fathur pasti masih berada di bandara menunggu jawaban pesan yang dikirimkannya.</span></span><br /> <br /> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;">“</span><span style="background-color: white; border: 0px; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 13px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ahabbakalladzi ahbabtani lahu"</span></span><span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;">(Semoga Allah mencintaimu yang telah mencintaiku karena-Nya)</span><br /> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;">"Anna uhibbuki fillah". Jawaban atas pesan Fathur padanya. </span><br /> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;"><br /></span> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;"><br /></span> <div style="text-align: center;"> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;"><b><br /></b></span></div> <div style="text-align: center;"> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;"><b>The End</b></span><br /> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;"><b><br /></b></span> <div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;"><b>#OneDayOnePost</b></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;"><b>#TantanganCerbung</b></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;"><b><br /></b></span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "open sans" , "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.9939994812012px;"><b>Bandar Lampung, 31 Desember 2016</b></span></div> </div> </div>

This Is Love (The End)

Akhirnya masa tugas Fathan di Brunei telah tertunaikan dengan baik. Sehingga ia dan keluarga kecilnya bisa kembali menghirup udara tanah ai...

Baca selengkapnya »

This Is Love (part 17)

<div style="text-align: justify;"> Sesuai janjinya, Fathur bertandang ke rumah Khaira sore itu. Dan kebetulan semua penghuni rumah sedang berkumpul. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Assalamu'alaikum", suara Fathur menggerakan kaki Khaifa menuju pintu. </div> <div style="text-align: justify;"> "Silahkan masuk kak", sapanya ramah dengan senyum yang sama seperti Khaira punya; memesona.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Khaira terlihat agak kaku dan gelisah dengan hadirnya Fathur di tengah-tengah mereka. Ia seperti kehilangan suara. Tak berkutik. Hanya melepaskan senyuman tipis saat Fathur menyapanya. Dua bola mata yang dulu suka mencuri pandang itu kini tak berani menatap sang murid yang sempat memikat hatinya itu.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Kak Fathan ini muridnya kak Khaira yang sekarang lagi kuliah S2 di sini. Namanya kak Fathur. Hmmm...Fathan dan Fathur, Khaira dan Khaifa. Unik ya kak. 2F2K. Bisa jadi grup band ni kita....hehehe". Khaifa yang ceria dan usil itu membuat mereka tertawa kecuali Khaira. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Fathan dan Fathur mulai menunjukan keakraban. Ternyata mereka mempunyai hobi yang sama, mengejar si kulit bundar dan mempunyai tim favorit yang sama, Arsenal. Jadilah kedua lelaki itu terlena dan riuh dengan obrolan mereka. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Aa neng ga enak badan ni kayaknya. Boleh neng tidur duluan?" Khaira mencoba beralasan untuk menghindari Fathur. Ia takut tak dapat menguasai dirinya jika terus-terusan berada diantara mereka. </div> <div style="text-align: justify;"> "Ya Allah neng sakit? Pantesan ga ada suaranya hari ini. Biasanya kalau kumpul gini kan paling heboh. Aa ambil obat dl ya". Ia segera beranjak.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> *****</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kini Fathur sering bertamu ke rumah Khaira. Ia semakin dekat dengan keluarga itu. Bahkan Fathan kerap meminta Fathur datang. Ia senang ada teman setanah air yang bisa diajaknya berbincang di negeri orang itu. Kedekatan inipun akhirnya membuat Fathur mulai bisa menerima kenyataan bahwa Khaira milik Fathan. Ia sangat terkesan dengan sikap dan perlakuan Fathan pada istrinya. Ia pun menyadari bahwa pernikahan mereka terjadi atas ridho Allah. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Miss, saya baru paham mengapa Allah menghalangi saya mengungkapkan perasaan pada miss. Karena Allah punya rencana menyatukan miss dengan Fathan. Dialah imam yang tepat bagi miss. Dan sungguh rencana Allah ini begitu indah dan sempurna. Hati saya di tuntunNya untuk bisa menerima semua ini. Thanks for everything miss Khaira. Dan izinkan saya untuk tetap menjalin ukhuwah lillah dengan kalian". Fathur mengirimkan sebuah pesan singkat ke ponsel Khaira.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Khaira termenung membaca pesan itu. Pesan itu seakan menjadi obat mujarab atas kegelisahannya. Ketakutannya melihat kedekatan Fathur dengan Fathan. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Semua terjadi atas kehendak Allah. Terimakasih telah menjadi bagian skenario Allah dalam hidup miss. Semoga Allah mempertemukanmu dengan teman hidup dunia akhirat". Balas Khaira. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kini Khaira mulai nyaman ketika Fathur datang berkunjung untuk bertemu suaminya. Bahkan ia suka ikut terlibat dalam obrolan kedua lelaki itu. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> (Bersambung)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> #OneDayOnePost</div> <div style="text-align: justify;"> #TantanganCerbung</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bandar Lampung, 30 Desember 2016</div>

This Is Love (part 17)

Sesuai janjinya, Fathur bertandang ke rumah Khaira sore itu. Dan kebetulan semua penghuni rumah sedang berkumpul.  "Assalamu'a...

Baca selengkapnya »

This Is Love (part 14)

<div style="text-align: justify;"> "Neng, kenapa? Sakit?" Tanya sang suami yang merasakan perbedaan pada istrinya. </div> <div style="text-align: justify;"> "Neng baik-baik aj ko a. Neng cuma cape dan ngantuk". Ia beralasan menutupi gelisahnya. </div> <div style="text-align: justify;"> Ya uda kita istirahat ja ya. Oh iya aa lupa ni. Si dede belum disapa". Fathan mengusap-usap perut Khaira dan berbicara pada sang bayi yang berada di dalamnya. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Assalamu'alaikum sayang.Terimakasih ya nak sudah jagain bunda. Sudah buat bundanya sehat terus. Jangan nakal ya kalau ayah lagi di kantor. Sehat terus ya sayang dan bantuin bunda nanti saat persalinan. Sekarang bundanya harus istirahat. Kita juga istirahat ya nak". Diakhirinya percakapan itu dengan memberikan ciuman di perut sang istri. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Aa maafin neng ya kalau ada salah", kata Khaira</div> <div style="text-align: justify;"> "Iya neng, sama-sama. Aa juga minta maaf ya. Sini aa pelukin sambil tidur", kata Fathan. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Khaira sulit memejamkan matanya. Ia justru menangis terisak di pelukan suaminya. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Hei neng kenapa? Apa yang neng rasain? Cerita atuh sama aa". Fathan begitu cemas terhadap istrinya. </div> <div style="text-align: justify;"> "Neng kangen mama a". Khaira masih tak sanggup mengatakan yang sebenarnya. Ia begitu takut hal itu akan menyakiti hati Fathan. Dan yang pasti ia tak ingin merusak hubungan pernikahan itu. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Ya Allah sayang, jadi sikap aneh neng dari tadi itu karena memendam kangen sama mama? Kan neng bisa telepon atau video call. Aa kan ga larang sayang". Fathan mengambil ponselnya. Dilihatnya saat itu jam sudah menunjukkan pukul 23:00 waktu Brunei.</div> <div style="text-align: justify;"> "Ok, di Indonesia berarti sekarang masih jam 22:00. Mungkin mama belum tidur". Namun, baru saja ia ingin menghubungi nomor sang mama, tiba-tiba saja Khaira meringis kesakitan sambil memegangi perutnya. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Aa...sakit banget". Suara Khaira terdengar lemah karena menahan sakit. </div> <div style="text-align: justify;"> "Astaghfirullah, neng, neng kenapa? Ya Allah apa istriku akan melahirkan? Yang kuat ya sayang. Banyakin istighfar dan doa. Aa telepon pak Ibrahim dulu buat anterin ke rumah sakit". Fathan yang cemas berusaha mengkondusifkan Keadaan istrinya agar bisa lebih tenang. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Beberapa menit kemudian pak Ibrahim sudah berada di depan rumah. Fathan bergegas menggendong sang istri menuju ke mobil. </div> <div style="text-align: justify;"> "Please drive us to the hispital, sir. She's going to give birth", kata Fathan. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Fathan tetap berusaha tenang dan membacakan beberapa ayat suci sepanjang perjalanan. Walaupun sebenarnya ia panik dan sangat bingung melihat kondisi Khaira yang yang terlihat sangat pucat menahan rasa sakitnya. </div> <div style="text-align: justify;"> "Sabar ya sayang. Banyakin doa dan istighfar", kata Fathan menenangkan istrinya. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sekitar limabelas menit, akhirnya mobil itu berhenti tepat di depan pintu masuk rumah sakit yang berlokasi di Bandar Seri Begawan; Raja isteri pengiran anak saleha hospital (RISPA Hospital). Seketika itu pula pihak rumah sakit menghampiri dan membantu mereka menuju ruang bersalin. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Khaira tak ingin melepaskan tangannya dari Fathan. Ia ingin suaminya terus berada disisinya. </div> <div style="text-align: justify;"> "Aa jangan tinggalin neng". Pinta Khaira</div> <div style="text-align: justify;"> "Iya sayang. Aa ga kemana-mana. Aa akan temenin neng sampai semua selesai", kata Fathan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tim dokter datang dan segera melakukan tugasnya. Mereka terus menyemangati Khaira agar tetap fokus dan terus berusaha. Fathan tetap memegangi tangan istrinya yang mulai mencengkramkan jari-jarinya dengan sangat kuat. Tanpa ia sadari, air matanya mengalir membasahi wajahnya, karena melihat istrinya merintih kesakitan; memperjuangkan kelahiran buah cinta mereka. Sebenarnya ia tidak kuat dan tidak tega melihat semua itu. Tetapi ia lebih tak kuasa lagi jika harus meninggalkan Khaira dengan para tenaga medis itu. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Neng sayang pasti bisa. Terus doa dan baca dzikir sayang. Ayo kita lantunkan dzikir sama-sama. Semoga Allah mempermudah semuanya". Ajak Fathan sambil membimbing sang istri membaca dzikir dan beberapa surat Alquran. Bahkan para tim medis pun ikut betdzikir bersama mereka. Dan dalam beberapa menit kemudian, terdengarlah  sebuah tangisan, "oek...oek...oek".</div> <div style="text-align: justify;"> "Alhamdulillah, Allahuakbar". Ucap mereka semua hampir bersamaan.<br /> <br /> (Bersambung)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> #OneDayOnePost</div> <div style="text-align: justify;"> #TantanganCerbung</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bandar Lampung, 26 Desember 2016</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div>

This Is Love (part 14)

"Neng, kenapa? Sakit?" Tanya sang suami yang merasakan perbedaan pada istrinya.  "Neng baik-baik aj ko a. Neng cuma cape d...

Baca selengkapnya »

This Is Love (part 16)

<div style="text-align: justify;"> "Ehemm". Khaira mencoba mengatur pita suaranya agar mampu mengeluarkan kata-kata dengan sempurna.<br /> <br /> "Fathur, itu adik miss, Khaifa. Dan bayi bersamanya itu anak miss, altaff". Suaranya sedikit tertahan. Ia sama sekali tak kuasa menatap mata Fathur. Matanya segera beralih begitu kata terakhir diucapkannya<br /> <br /> "Miss?"Fathur menatap lemah kearah Khaira. "Don't kid me, please!" Katanya tak percaya.<br /> "I'm not kid you. Miss serius. Sebulan kepergian kamu miss menikah dan pindah kesini karena suami ditugaskan selama dua tahun disini". Khaira menjelaskan mengapa ia bisa berada di Brunei.<br /> <br /> Fathur hanya terdiam. Di wajahnya tergambar jelas rasa kecewa dan penyesalan. "Miss Khaira tau? Waktu saya coba menghubungi miss waktu itu adalah untuk bilang kalau saya ingin miss menunggu saya sampai saya pulang lagi ke Indonesia. Saat itu hanya satu kalimat yang ingin saya ucapkan, bahwa saya mencintai miss Khaira", kata Fathur.<br /> <br /> Khaira terhenyak kaget dengan apa yang baru saja di dengarnya. Tanpa terasa buliran bening dua bola matanya jatuh perlahan. "Kenapa? Kenapa kamu ga pernah utarakan itu saat kita bersama? Kenapa kamu sembuyikan rasa itu?" Ia mencecar Fathur dengan pertanyaan.<br /> <br /> "Miss, sejak awal saya sudah bisa rasakan bahwa miss jatuh hati pada saya. Kita merasakan hal yang sama. Namum rencana studi S2 ke Brunei mengurungkan niat untuk mengutarakan gejolak di hati ini. Rasa di hati miss pada saya membuat saya yakin untuk menyimpannya hingga saya kembali. Namun ternyata saya tak sanggup pergi tanpa meninggalkan sebait kata tentang rasa ini pada miss", kata Fathan.<br /> <br /> Khaira terdiam seribu bahasa. Dalam batinnya ia berkata, "apa karena itukah aku terus memikirkanmu? Jantungku berdegup kencang saat bersamamu? Karena kau punya rasa di hati untukku? Ah..Fathur, mengapa kau hadir kini dengan semua realita itu?"<br /> <br /> Mereka sama-sama membisu. Fathur terus menatap Khaira yang sejak tadi memalingkan wajahnya. Ia tak sanggup menatap dua bola mata sang murid yang kini sedang mengungkapkan fakta hatinya. Ditariknya napas dalam-dalam dan dihembuskannya perlahan. Ia mencoba menenangkan dirinya.<br /> <br /> "Miss memang jatuh hati saat itu. Namun sikap kamu membuat miss bekerja keras untuk menyingkirkan perasaan yang terus menggoda pikiran tentang kamu. Lagipula saat itu miss sedang menjalin hubungan jarak jauh dengan seseorang. Miss berusaha keras meyakinkan hati untuk tidak menghianati hubungan itu. Dan kepergian kamu akhirnya membuat miss berhasil mempertahankannya".<br /> <br /> Fathur mencoba menguatkan dirinya. Status Khaira yang kini sudah menjadi istri orang lain itu benar-benar menyesakkan dadanya.<br /> <br /> "Miss ingat kata-kata terakhir saya waktu pamitan? Saat itu sebenarnya saya sedang mencoba mengisyaratkan perasaan saya", ujarnya.<br /> "Kata-kata seperti itu biasa diucapkan saat perpisahan. Jadi bagaimana miss bisa paham?" Balas Khaira<br /> <br /> Ditengah obrolan pengungkapan fakta diantara Fathur dan Khaira, Khaifa dan Altaff menghampiri mereka.<br /> <br /> "Kak, pulang yuk, sudah mau maghrib. Kak Fathan barusan telepon katanya ponsel kakak ga diangkat-angkat. Dia sudah pulang". Ajak Khaifa<br /> <br /> Khaira melirik ponsel di sampingnya. "Astaghfirullah...13 panggilan tak terjawab". Fathur, maaf miss harus segera pulang", kata Khaira<br /> "Boleh saya berkunjung ke rumah miss? Saya ingin bersilahturahmi dengan keluarga miss", pinta Fathur.<br /> <br /> Khaira tak langsung merespon pertanyaan itu. Apa yang ingin kamu lakukan? Batinnya. Khaira melirik kearah Khaifa, "ehmm, Fathur kenalin ini Khaifa, adik miss dan ini Altaff putra miss". Khaira mempertegas kembali ucapannya tadi.<br /> <br /> Mereka saling berkenalan. Fathur terus mendesak Khaira menjawab iya atas pertanyaanya tadi. Namun, setelah perkenalan itu Khaifa berkata, "Main ja ke rumah. Kami senang kalau ada tamu sebangsa setanah air". Khaifa tersenyum hangat.<br /> "Terimakasih, besok sepulang kuliah pagi insyaAllah saya singgah", kata Fathur.<br /> <br /> (Bersambung)<br /> <br /> #OneDayOnePost<br /> #TantanganCerbung<br /> <br /> <br /> Bandar Lampung, 29 Desember 2016<br /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /></div>

This Is Love (part 16)

"Ehemm". Khaira mencoba mengatur pita suaranya agar mampu mengeluarkan kata-kata dengan sempurna. "Fathur, itu adik miss, ...

Baca selengkapnya »

This Is Love (part 15)

<div style="text-align: justify;"> Kelahiran putra pertama Fathan dan Khaira disambut suka cita oleh keluarga besar mereka. Dua keluarga itupun segera terbang bersama Garuda Airlines tujuan Brunei Darussalam. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Baraakollah ya sayang, semoga putra kalian menjadi anak soleh dan membanggakan kalian dunia akhirat", kata sang mama yang sedang menimang cucunya itu.</div> <div style="text-align: justify;"> "Aamiin Allahumma aamiin", jawab mereka yang ada di rumah sakit serentak.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <div style="text-align: center;"> *****</div> </div> <div style="text-align: justify;"> <div style="text-align: center;"> <br /></div> </div> <div style="text-align: justify;"> Sepekan kemudian, pasangan berbahagia itu menggelar aqiqah putra mereka. Semua nampak sibuk mempersiapkan acara tersebut. Acara dilangsungkan ba'da maghrib. Putra pertama yang baru sepekan menyapa dunia itu diberi nama  Muhammad Altaffariez Shakiel. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Mama dan yang lainnya pulang dulu ya nak. Jaga diri baik-baik. Kalau ada apa-apa segera kabari kami". Sang mama berpamitan mewakili keluarga besar mereka. </div> <div style="text-align: justify;"> "Fathan mama titip Khaira dan Altaff", kata mama memeluk sang menantu. </div> <div style="text-align: justify;"> "Kalau tidak salah tahun depan kalian sudah bisa pulang ke Indonesia, kan?" Mamanya Fathan mengingatkan.</div> <div style="text-align: justify;"> "InsyaAllah, Ma. Doakan semua lancar agar kami bisa segera pulang dan berkumpul dengan kalian", jawab anaknya. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Semua kembali ke tanah air kecuali adik perempuan Khaira, Khaifa Arrayya. Seorang gadis berusia 21 tahun yang baru menyandang gelar sarjana bulan lalu. Karakternya tak jauh berbeda dengan sang kakak. Bisa di bilang mereka seperti dua saudara kembar. Padahal usianya terpaut empat tahun.<br /> <br /> "Alhamdulillah, aunty Ifa stay disini sama kita. Jadi bunda ada temennya sekarang". Ujar Khaira pada anaknya yang sedang dipangku Khaifa.<br /> <br /> Waktu berlalu dan tak terasa pangeran kecil mereka telah berusia dua bulan. Wajahnya semakin menyerupai sang ayah; tampan, berhidung mancung dan bermata tajam namun meneduhkan. Warna kulit dan bibirnya adalah warisan Khaira. Banyak orang yang gemas saat melihat Altaff, karena bayi tampan itu sering menebar senyum yang memesona setiap orang menatapnya.<br /> <br /> Sore itu Khaira dan Khaifa mengajak Altaff menikmati suasana alam di taman dekat rumah mereka, Damuan Park. Khaifa sibuk bermain dan bercanda ria dengan Altaff. Sedangkan sang ibu putra tersebut sedang terhanyut dan tenggelam dengan buku bacaannya. Hanya sesekali ia melirik dan memberikan senyum hangatnya pada putranya. Hingga keasikannya yang menikmati setiap bait kata di buku itu terhenti oleh sebuah suara yang membuat jantungnya seketika berdegup kaget.<br /> <br /> "Miss Khaira?" Suara yang cukup familiar itu memanggil namanya.<br /> "Fa...Fa...Fathhur?" Khaira terperangah menatap kearah sumber suara itu.<br /> "How are you miss? I miss you indeed". Fathur nampaknya belum menyadari bahwa sang guru saat itu sedang bersama putra dan adiknya<br /> <br /> "Alhamdulillah, kamu apa kabar? Jadi beneran kamu kuliah disini? Kuliah di universitas apa?" Tanya Khaira.<br /> "Alhamdulillah miss, saya kuliah di Universitas Sultan Syarief Ali magister sejarah dan peradaban Islam". Jawab Fathur.<br /> "Miss lagi liburan sama keluarga? Nginep dimana? Tanya Fathur<br /> <br /> Khaira ingat kembali saat di supermarket beberapa bulan lalu. Hmmm...jadi benar yang kulihat waktu itu adalah dia. Oh ya Allah mengapa dia hadir kembali? Apa rencanaMu dibalik semua ini? Batin Khaira<br /> "Miss? Fathur memanggil Khaira yang tak kunjung menjawab pertanyaannya.<br /> "Waktu mau berangkat aku sempet mau ngubungin miss. Tapi ternyata nomor miss lagi sibuk. Waktu turun dari taksi bandara, rencananya mau ngubungin miss lagi. Tapi sayangnya ponsel aku hilang. Aku lupa apa ketinggalan di taksi atau di toilet umum. Supir taksi bilang ga ada". Fathan ingin Khaira tahu alasannya yang tak berkabar selama di Brunei.<br /> "Jadi miss liburan disini? Sampai kapan?" Ia mengulangi pertanyaannya tadi.<br /> <br /> "Miss disini bukan liburan. Sudah hampir satu tahun miss tinggal disini. Dan ternyata kampus kamu sangat dekat dengan rumah miss. Mungkin beberapa bulan yang lalu orang yang miss lihat di supermarket adalah kamu. Tapi miss kehilangan jejak. Dan Allah akhirnya pertemukan kita disini. Hmmm..." Khaira terhenti sejenak sebelum melanjutkan bagian penting yang akan di sampaikannya.<br /> <br /> Kamu pasti bisa Khaira. Bisiknya dalam hati. "Kamu lihat gadis dan bayi di rumput sebelah sana?" Khaira menunjuk kearah Khaifa yang dibalas senyum dan anggukan sang adik sebagai isyarat menyapa Fathur.<br /> "Siapa wanita dan bayinya itu miss? Fathan penasaran dan juga bingung mengapa Khaira melibatkan mereka dalam jawabannya itu.<br /> <br /> (Bersambung)<br /> <br /> <br /> <br /> #OneDayOnePost<br /> #TantanganCerbung<br /> <br /> <br /> Bandar Lampung, 27 Desember 2016</div>

This Is Love (part 15)

Kelahiran putra pertama Fathan dan Khaira disambut suka cita oleh keluarga besar mereka. Dua keluarga itupun segera terbang bersama Garuda ...

Baca selengkapnya »

This Is Love (part 13)

<div style="text-align: justify;"> "Aa pasti laper, kan? Neng sudah masak makanan kesukaan aa". Kata Khaira</div> <div style="text-align: justify;"> "Emangnya neng masak apa?" Tanya Fathan penasaran. </div> <div style="text-align: justify;"> "Taraaa..." Khaira membuka penutup makanan; memamerkan hidangan yang sudah disiapkannya (omelet kentang, ayam goreng dan udang saus tiram).</div> <div style="text-align: justify;"> "Hmmm...looks so delicious neng". Fathan tak sabar ingin segera menyantapnya. Namun saat sang istri hendak menuangkan nasi ke piringnya, suara adzan memanggil untuk bersegera menunaikan sholat ashar. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hehehe, kita sholat dulu aja ya a". Khaira meletakkan kembali piring itu dan menggandeng tangan suaminya. .</div> <div style="text-align: justify;"> "Tapi diluar hujan deres banget neng, kita jamaah di rumah aja ya", kata Fathan. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pasangan itu pun bersegera menjawab panggilan Allah. Mereka tidak ingin menyia-nyiakan waktu saat Allah berada di langit terbawah untuk mendengarkan curhatan-curhatan para hambaNya. Sholat itu berlangsung khusyuk dan setelah itu barulah mereka menyantap hidangan diatas meja makan tadi. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Hatur nuhun nya neng. Makanan ini luar biasa lezatnya". Fathan memuji hidangan yang dibuat istrinya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: center;"> *****</div> <div style="text-align: center;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Setiap menjelang tidur, Fathan dan Khaira terbiasa berdiskusi dan berbagi cerita tentang apapun yang mereka alami seharian. Hal ini sudah menjadi komitmen dan rutinitas mereka. Mereka ingin tidur tanpa beban, tanpa masalah, tanpa rahasia dan ingin terbangun dalam keadaan yang lebih nyaman karena semua masalah di hari itu telah terselesaikan sebelum tidur. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Hari ini giliran aa ya yang cerita duluan?" Fathan pun mulai menceritakan semua yang ia alami seharian mulai dari ia keluar rumah hingga menginjakkan kaki ke rumah kembali. Tak satu kejadianpun yang ia lewatkan. </div> <div style="text-align: justify;"> "Well, sekarang giliran neng. Neng punya cerita apa hari ini? Ngapain aja selama aa di kantor?" Tanya Fathan. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sebenarnya Khaira sangat ingin sesi diskusi dan berbagi cerita hari itu diliburkan. Karena ia tak mungkin menceritakan kejadian di supermarket siang tadi. Namun tak ada alasan baginya untuk menghindar. Dengan terpaksa ia melewatkan bagian di supermarket. Dan untuk pertama kalinya ia terpaksa membohongi suaminya. Hatinya sangat memberontak saat ia mulai masuk cerita saat di supermarket. Rasa bersalah itu terlukis jelas dari tingkahnya saat bercerita. Gelisah. Terlihat tak seperti biasanya. Dan tentu saja sang suami menyadari hal ini.  </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> #OneDayOnePost</div> <div style="text-align: justify;"> #TantanganCerbung</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bandar Lampung, 24 Desember 2016</div>

This Is Love (part 13)

"Aa pasti laper, kan? Neng sudah masak makanan kesukaan aa". Kata Khaira "Emangnya neng masak apa?" Tanya Fathan pena...

Baca selengkapnya »

This Is Love (part 12)

<div style="text-align: justify;"> Ketika dua bola mata itu tengah serius menyusuri rak pajangan barang-barang, tiba-tiba saja mata itu menangkap sesuatu yang selama ini sudah berhasil dilupakannya, "Fathur?" Ucapnya pelan. Khaira terpaku menatap lurus kearah sebrang rak yang sudah tidak ada lagi seseorang yang baru saja dilihatnya. Rasa penasaran menggerakkan kakinya mencari orang yang diduganya Fathur tadi. Ia telusuri setiap sudut supermarket. Namun hasilnya sia-sia. Ditujunya kursi pengunjung. Sambil duduk ia terus memikirkan apa yang baru dilihatnya tadi. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "You've got a message". Bunyi pesan masuk ke ponselnya itu membuyarkan lamunannya. Dikeluarkan ponsel itu dari dalam tas. Rupanya Fathan mengirimkannya sebuah pesan. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Engkau menyirami hatiku dengan indahnya akhlak dan perangaimu. Kau menenangkanku dikala ku tak didekatmu. Sungguh kebahagiaan kan sirna tatkala engkau pergi dan kehidupan menjadi indah jika engkau bersamaku. Terimakasih telah menjaga hatimu untukku. Ana uhibbuki fillah".</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Spontan Khaira terhenyak kaget. Air matanya menetes perlahan. Ia seakan tertampar dengan isi pesan dari sang suami.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Astaghfirullah, ampunilah khilaf ini ya Rabb". Bisiknya dalam hati</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Khaira merasa Allahlah yang telah menggerakkan suaminya untuk mengirimkan pesan tersebut. Sebuah pesan yang telah menyadarkannya akan khilaf karena masih memikirkan Fathur. Sebait kata-kata yang dirangkai suaminya itu seakan mewakili sang suami menegur tingkah lakunya saat mereka tak bersama. Ia benar-benar menyesal. Sampai-sampai lupa tujuannya izin dengan Fathan tadi untuk apa. Segera ia bangkit dan membeli apa yang dibutuhkannya. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Akhirnya Khaira berhasil menyelesaikan tugasnya sebagai seorang istri; menyiapkan hidangan lezat kesukaan suaminya. Semua telah ia tata dengan rapih diatas meja persegi berwarna hitam, terbuat dari kayu yang beralaskan kaca bening diatasnya. Disekelilingnya ada empat buah kursi bermotif garis-garis hitam dan biru.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tak lama kemudian, terdengar bunyi ketukan di pintu rumahnya dan ucapan salam yang sangat ia kenal pemilik suaranya. "Assalamu'alaikum". "Walaikumsalam". Sahut Khaira dari dalam sambil bergegas menuju kearah pintu. Dibukanya pintu itu dengan senyum sumringah. Senyuman yang selalu bisa menghilangkan rasa lelah Fathan. Setelah sang suami selesai mengganti pakaian yang telah disiapkannya, ia mengajak lelaki itu untuk bersama mencumbui masakan yang baru saja dibuatnya. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> #OneDayOnePost</div> <div style="text-align: justify;"> #TantanganCerbung</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bandar Lampung, 22 Desember 2016</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div>

This Is Love (part 12)

Ketika dua bola mata itu tengah serius menyusuri rak pajangan barang-barang, tiba-tiba saja mata itu menangkap sesuatu yang selama ini suda...

Baca selengkapnya »

Everyday Is Mother's Day

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2hKEvQGHkG6vucJz-B3sDanZ2SUlZsxxF5NNYVyy8HsPwvl7OMDFhcQkgkIVmiPOfRMDuf_0K2W-9dkbPRvZYlhL0kgblbyZSaUBrzAWWL0Oq4JXpjmaXHRRvXQtjJcYxb2NGmo1DRQ/s1600/mothers%25252Bday.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2hKEvQGHkG6vucJz-B3sDanZ2SUlZsxxF5NNYVyy8HsPwvl7OMDFhcQkgkIVmiPOfRMDuf_0K2W-9dkbPRvZYlhL0kgblbyZSaUBrzAWWL0Oq4JXpjmaXHRRvXQtjJcYxb2NGmo1DRQ/s640/mothers%25252Bday.jpg" /> </a> </div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> Rasulullah SAW pernah ditanya seorang pria, "Siapa dari kerabatku yang paling berhak aku berbuat baik? Rasulullah menjawab "Ibumu", siapa lagi? "Ibumu", siapa lagi? "Ibumu", siapa lagi? "Ayahmu" (HR. Bukhari dan Muslim).</div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> Hadits diatas menunjukkan betapa utamanya seorang ibu. Karena ia adalah seorang wanita yang sangat mulia. Dengan segala pengorbanan dan keletihan serta kasih sayangnya yang tak berbatas, sehingga Rasulullah SAW pun sangat memuliakannya. Dan karena hal itu pulalah syurga berada di bawah telapak kakinya. </div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> Hari ini sejumlah orang merayakan sebuah peringatan yang dikenal sebagai hari ibu. Peringatan tahunan yang jatuh pada tanggal 22 Desember, dan sudah menjadi peringatan nasional. Hari ibu adalah sebuah perayaan terhadap peran seorang ibu, sebuah peringatan yang bertujuan menghargai segala jerih payah, pengorbanan dan perjuangan seorang ibu. </div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> Dihari ini biasanya seorang ibu akan menerima berbagai ungkapan terimakasih, kasih sayang dan kado dari anak-anaknya. Bahkan untuk mengharhai perannya, para ibu diperlakukan bak seorang ratu, dimanjakan, dan dibebaskan dari segala urusan domestiknya. Namun nampaknya itu hanya berlaku untuk hari itu (22 Desember). Lalu bagaimana dengan hari-hari lainnya? Akankah semua perlakuan itu tetap dirasakan dan diterima sang wanita mulia bernama ibu setiap waktu? Mungkin iya, mungkin tidak. </div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> Untuk mengharhai peran yang sangat luar biasa dari seorang ibu untuk kehidupan ini tidaklah cukup dengan sebuah perayaan. Tetapi menghargai dan berbakti pada ibu itu haruslah dilakukan setiap saat, mengingat betapa utamanya kedudukan seorang ibu. </div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> Allah Ta'ala berfirman, "Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepadaKulah kembalimu" (Q.S Luqman: 14).</div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> Perintah berbakti pada kedua orangtua, khususnya ibu, harus dilakukan setiap waktu, sebagaimana telah Allah Tabaaraka wata 'aalaa perintahkan dalam ayat diatas. Jadi tidak hanya di bulan Desember saja. Kasihi, sayangi, dan hormatilah ibu setiap hari. Bukan hanya untuk hari ini, esok, esoknya, dan esoknya lagi. Namun untuk seterusnya hingga akhir waktu. Because "EVERYDAY IS MOTHER'S DAY".</div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> "It takes someone really brave to be a mom, someone really strong to raise a child, and someone really special to love someone more than herself. And it can only be done by "A mother". </div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> Ya Allah berkahi dan berilah orangtua kami kehidupan yang sehat. Lindungi dan jagalah mereka serta ampunilah segala dosa mereka. Aamiin</div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> #OneDayOnePost</div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> #LoveForMom</div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> Bandar Lampung, 22 Desember 2016</div>

Everyday Is Mother's Day

Rasulullah SAW pernah ditanya seorang pria, "Siapa dari kerabatku yang paling berhak aku berbuat baik? Rasulullah menjawab ...

Baca selengkapnya »

This Is Love (part 11)

<div style="text-align: justify;"> Cukup lama mereka berada di Taman Peranginan Tasik Lama itu. Suasananya yang indah dan pemandangannya yang menakjubkan telah membuat mereka terlena. Terlebih saat berada di sekitar air terjun buatan yang mempesona itu. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Setelah puas menikmati keindahan taman itu, perjalanan dilanjutkan ke arah Museum Brunei. Mereka hanya singgah sebentar disini, karena Fathan ingin mengajak Khaira pergi ke masjid termegah di Brunei, Masjid Sultan Omar Ali Saefuddin, sekaligus menunaikan sholat dzuhur di masjid yang terletak di Bandar Sri Begawan tersebut. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "MasyaAllah, masjidnya mewah dan indah banget ya a". Khaira begitu terpesona dengan rumah Allah yang baru saja dimasukinya. </div> <div style="text-align: justify;"> "Iya neng, ini salah satu landmark di negara ini". Jawab Fathan. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> *****</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tak terasa kini usia pernikahan itu telah berada diangka sepuluh bulan. Dan dalam satu bulan kemudian, pasangan itu akan menyambut anugerah cinta titipan Allah pada mereka. Maka semakin sempurnalah kebahagian Fathan dan Khaira. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "A, neng keluar sebentar ya. Mau ke supermarket. Neng mau masak buat aa tapi minyak gorengnya habis". Isi pesan Khaira ke ponsel suaminya untuk meminta izin keluar rumah. </div> <div style="text-align: justify;"> Ia memang selalu berusaha menjaga amanah dan kepercayaan sang suami. Jadi kemanapun ia pergi, jauh ataupun dekat, lama ataupun sebentar, harus ada izin dulu dari imam rumah tangganya itu. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Iya sayang, hati-hati ya. Telepon aa kalau ada apa-apa". Balas Fathan. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Barulah Khaira tenang melangkahkan kakinya keluar rumah, setelah mendapat izin dan restu suaminya tercinta. Namun, saat berada di supermarket, ia sangat dikejutkan dengan sosok yang tidak asing baginya. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> (Bersambung)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> #OneaDayOnePost</div> <div style="text-align: justify;"> #TantanganCerbung</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bandar Lampung, 20 Desember 2016</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div>

This Is Love (part 11)

Cukup lama mereka berada di Taman Peranginan Tasik Lama itu. Suasananya yang indah dan pemandangannya yang menakjubkan telah membuat mereka...

Baca selengkapnya »

This Is Love (part 10)

<div style="text-align: justify;"> "Assalamu'alaikum, my princess. Sudah sholat? Sudah makan?" Sapa Fathan seperti biasanya.</div> <div style="text-align: justify;"> "Walaikumsalam, A. Alhamdulillah sudah semuanya. Aa pulang jam berapa?" Tanya Khaira.</div> <div style="text-align: justify;"> "InsyaAllah sebentar lagi neng. Maaf ya tadi aa sibuk banget. Jadi ga sempet nelpon". Sang suami berusaha menenangkan sang pujaan yang ia tahu sedang dilanda kejenuhan. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ikatan batin antara Fathan dan Khaira berada di level sangat kuat. Oleh karena itu, setiap salah satu dari mereka mengalami sesuatu atau sedang dibutuhkan, sang firasat langsung mengirimkan sinyal pada empunya agar segera menghubungi. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Assalamu'alaikum". Fathan tiba di rumah.</div> <div style="text-align: justify;"> "Walaikumsalam". Diciumnya tangan sang suami yang berbalas ciuman hangat di keningnya. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sesuai janjinya, Fathan mengajak Khaira mengelilingi negeri Sultan Hasanal Bolkiah itu. Dengan bermodalkan sebuah peta dan applikasi google map, mereka menyusuri beberapa tempat menarik di negeri itu. Karena lama menunggu angkutan umum untuk ke tempat berikutnya, akhirnya pasangan itu memutuskan menyewa sebuah mobil beserta drivernya, untuk mengantarkan mereka menjelajahi salah satu negeri kaya tersebut. Lagipula tarifnya ternyata lebih murah dan tak perlu menunggu lama. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Amazing ya a". Khaira terkagum-kagum dengan kehidupan masyarakat Brunei. </div> <div style="text-align: justify;"> "Iya neng, di sini mobil mewah adalah hal yang biasa. Coba deh lihat orang di seberang itu (Khaira menoleh kearah yang ditunjuk sang suami), bahkan untuk ke pasar saja, mereka menggunakan mobil mewah". Fathan memberitahu istrinya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Khaira hanya manggut-manggut mendengarkan Fathan menjelaskan bahwa rata-rata masyarakat Brunei mampu membeli mobil mewah karena harganya yang relatif murah dan juga bebas pajak. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Sir, we've arrived", kata sang driver menyela.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Mereka tiba disebuah lokasi wisata yang cukup terkenal di Brunei. Tempat itu bernama Taman Peranginan Tasik Lama, sebuah taman yang cukup luas dan indah. Fathan pun segera menggandeng tangan sang istri keluar dari mobil mewah itu. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Ayo neng, kita sudah sampai ni". Fathan mengajak sang istri untuk segera menikmati keindahan taman itu. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> (Bersambung)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> #OneDayOnePost</div> <div style="text-align: justify;"> #TantanganCerbung</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bandar Lampung, 19 Desember 2016</div>

This Is Love (part 10)

"Assalamu'alaikum, my princess. Sudah sholat? Sudah makan?" Sapa Fathan seperti biasanya. "Walaikumsalam, A. Alhamduli...

Baca selengkapnya »

Stand For Aleppo

<div style="text-align: justify;"> Aleppo (Halab) adalah sebuah kota tertua di dunia yang masih berpenghuni dan kota terbesar kedua di Suriah. Sudah sejak 2011 kenyamanan penduduk kota ini terusik karena perang. Perang yang harus berbayar jutaan nyawa tak berdosa untuk dikorbankan. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Hingga saat ini perang di Aleppo semakin menyengsarakan rakyatnya. Rezim presiden Bashar Al Assad yang haus darah terus saja membunuhi rakyatnya sendiri dengan brutal, seakan tak mengizinkan satu jiwa penduduk Aleppo yang mayoritas Sunni untuk hidup, tak terkecuali anak-anak, bayi, dan wanita. Mereka semua menjadi korban kebengisan rezim. Penindasan, penyiksaan, pembantaian dan pembunuhan masal menjadi menu kehidupan yang harus dirasakan rakyat Aleppo. Hidup mereka sangat memprihatinkan dan penuh ketakutan. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Mungkin sebagian orang enggan memikirkan nasib rakyat Aleppo. Bagaimana tidak? Dunia dan komunitas internasional seolah membisu, diam dan kurang responsif terhadap aksi sadis rezim Assad. Astaghfirullah, semoga ini hanya praduga khilaf saya. Saya masih sangat yakin bahwa diluar sana, disetiap sudut bumi ini, masih banyak insan yang peduli sesamanya. Bukan karena agama, tapi jiwa humanis yang masih ada. Hati rasanya tersayat saat menyaksikan kejadian sadis terhadap warga Aleppo. Setiap mata yang memandang penderitaan penduduk Aleppo pasti akan ikut merasakan kepedihan dan rasa sakit itu. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pembantaian masif rezim Assad dan sekutunya ini telah melukai hati umat muslim di seluruh dunia. Karena apa? Karena setiap muslim itu bersaudara. Dan saudara itu akan turut merasakan kepedihan saudaranya. Ibarat tubuh, jika ada bagian yang terluka, maka semua bagian tubuh akan ikut merasakan sakitnya. Derita Aleppo adalah derita kita. Duka Aleppo adalah duka kita. Mereka saudara kita. Meskipun kita terpisah benua dengan jarak ribuan kilometer, sampai kapanpun mereka saudara kita.<br /> <br /> Allah SWT telah menetapkan persaudaraan sesama muslim sebagaimana firmanNya berikut:<br /> <br /> "Innamal mukminuuna ikhwan" (Q.S Al-Hujurat:10)<br /> (Sesungguhnya setiap mukmin bersaudara).<br /> <br /> Sebagai saudara sudah seharusnya kita saling membantu. Inilah saatnya kita tunjukan bahwa kita bersama mereka saudara-saudara kita yang tertindas di Aleppo. Kita tidak mengabaikan mereka. Gunakanlah kesempatan ini untuk membela saudara kita. Lakukanlah apapun yang bisa menunjukan rasa cinta kita pada saudara kita.<br /> <br /> Ingatlah bahwa kita pun akan ditanya oleh Allah di akhirat kelak perihal keberadaan kita saat saudara-saudara kita butuh pertolongan. Dimana kita saat itu dan apa yang telah kita lakukan untuk membela mereka?<br /> <br /> Rasulullah SAW bersabda, "jika kebanyakan kaum muslimin meninggalkan dan membiarkan penduduk negeri Syam pada saat mereka sangat membutuhkan bantuan, maka sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla akan menolong mereka dengan karuniaNya dan kalian akan mendengarnya sebentar lagi".<br /> <br /> Allah memang telah menjamin penduduk negeri Syam, karena Syam adalah negeri yang diberkahi. Syam adalah pusat negeri Islam akhir zaman dan benteng umat Islam saat terjadinya perang dahsyat akhir zaman. Namun wahai saudara-saudaraku, jaminan Allah ini bukan berarti membuat kita abai, tapi inilah saatnya kita menunjukan rasa persaudaraan itu<br /> <br /> Wahai saudara-saudaraku di Aleppo, maafkanlah kami yang tak bisa berbuat apa-apa untuk meringankan penderitaan kalian. Maafkanlah kami yang diam menyaksikan penindasan atas kalian. Mungkin hanya sebait doa ini yang mampu kami panjatkan.<br /> <br /> Ya Allah ya Rahim ya Rahman, selamatkanlah saudara-saudara kami kaum muslimin yang lemah. Yang tertindas dan teraniaya. Keluarkanlah mereka dari pengepungan dan kesempitan. Menangkanlah para mujajidMu disana ya Rabb. Turunkanlah azabMu segera pada mereka yang mendzolimi umat muslim dan hancurkanlah mereka. Aamiin<br /> <br /> Teman, jangan ragu dan enggan menceritakan apapun yang terjadi pada saudara-saudara kita di sana. Terus katakan pada dunia bahwa disana ada kondisi yang sangat buruk yang butuh perhatian. Semoga dengan ini setidaknya kita bisa menggerakkan banyak hati untuk mengulurkan tangan membantu mereka. Semakin banyak yang tahu maka semakin banyak doa tercurah bagi mereka yang tertindas.<br /> <br /> Semoga Allah SWT selalu melindungi dan menolong saudara-saudara kita di Aleppo, Palestina, Suriah, Irak, Yaman, Rohingya, dan semua tempat lainnya dari musuh-musuh Allah.     <br /> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHKnBXlXoNLUAbS2lA7DD9U21ex9uM_lAPalJ-cNQ1WmICs8fq_gpwlwU41LpVp_ygb_TzFRK6BIdqRhkvKeIhylmJ8F67p8lKxcLajk2OY5jlwNTMfNJE-LNwJAVwkb8kovcdzhzuCg/s1600/Screenshot_2016-12-15-20-16-15-1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHKnBXlXoNLUAbS2lA7DD9U21ex9uM_lAPalJ-cNQ1WmICs8fq_gpwlwU41LpVp_ygb_TzFRK6BIdqRhkvKeIhylmJ8F67p8lKxcLajk2OY5jlwNTMfNJE-LNwJAVwkb8kovcdzhzuCg/s640/Screenshot_2016-12-15-20-16-15-1.png" /> </a> </div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> #OneDayOnePost</div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> #SaveAleppo</div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> #SaveMuslim</div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> Bandar Lampung, 18 Desember 2016</div>

Stand For Aleppo

Aleppo (Halab) adalah sebuah kota tertua di dunia yang masih berpenghuni dan kota terbesar kedua di Suriah. Sudah sejak 2011 kenyamanan pen...

Baca selengkapnya »

This Is Love (part 9)

<div style="text-align: justify;"> Sang istri sangat bersyukur karena Allah telah menganugerahkan seorang suami yang sholeh, indah rupa dan akhlaknya, serta penyayang. Dialah salah satu kado terindah yang Allah berikan padanya. Disamping itu, Khaira juga merasa bersalah telah sempat menghianati pujaannya itu. Dengan pernikahan ini ia ingin menjadi seorang istri yang bisa membahagiakan sang suami dunia akhirat. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "A, nuhun nya buat semuanya, punten nengnya teh suka nyusahin aa. Neng sayang banget sama aa. Jangan pernah tinggalin neng ya a", kata Khaira</div> <div style="text-align: justify;"> "Hei, my princess, it's ok. Aa kan udah bilang kalau aa ga marah. Tapi aa juga minta ini yang terakhir neng sedih. Aa janji akan selalu buat neng tersenyum". Ditatapnya sang istri dengan hangatnya.<br /> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Senyum atuh sayang". Fathan menarik kedua pipi Khaira dengan lembut, membuat sang princess tersenyum.<br /> "Mau aa bacain Ar-Rahman?" Kebiasaan Fathan dikala sang princess dilanda gundah gulana, sedih atau didera masalah.<br /> <br /> Dengan lengkungan manis bibirnya, Khaira mengangguk cepat menyetujui tawaran suaminya. Sang suami hafidz Quran itu pun segera memulai lantunan indah kalamullah itu dengan ta'awudz dan basmallah. Dengan khidmat dan merdu ia bacakan surah indah itu. Surah inilah yang selalu menjadi pengingat Khaira akan besarnya limpahan kasih sayang Allah padanya.<br /> <br /> "Fabiayyi aalaa irrobbikuma tukadzibaan". Khaira mengikuti lantunan suaminya saat ayat ke tigabelas didengarnya.<br /> "Sodaqallahuladziim". Fathan selesai membaca surah ke 55 tersebut.<br /> "Gimana neng?"<br /> "Alhamdulillah, nuhun nya a, nikmat Allah memang luar biasa". Jawab sang istri.<br /> <div style="text-align: center;"> <br /></div> <div style="text-align: center;"> *****</div> <div style="text-align: center;"> <br /></div> "Aa berangkat kerja dulu ya. Neng ga apa-apa kan aa tinggal bentar?" Tanya sang suami<br /> "Iya a, semangat ya. Semoga barokah dan semua dilancarkan. Aamiin". Jawab sang istri<br /> "Aamiin. Besok kan holiday, kita jalan-jalan keliling negeri ini". Janji Fathan pada istrinya.<br /> <br /> Rupanya kejenuhan mulai merasuki Khaira yang sendirian di rumah. Jam di dinding sudah menunjuk ke angka 13:20. "Hmmm...aa ko ga ada kabarnya? Apa aa sibuk?" Batinnya.<br /> Diliriknya lagi jam di dinding itu, "kalau disini jam 13:20, berarti di Jakarta jam 12:20, jam istirahat". Bisiknya dalam hati<br /> <br /> Perbedaan waktu antara Brunei dan Indonesia memang hanya terpaut satu jam. Khaira pun berinisiatif membunuh jenuhnya dengan mencoba menghubungi mamanya, namun sayang, nomor yang ditujunya sedang tidak aktif. Kemudian dikirimnya pesan chat ke beberapa teman di akun sosialnya. Lagi-lagi ia harus kecewa karena beberapa merespon sedang sibuk, sedang ada urusan, dan beberapa belum dibaca sang penerima.<br /> <br /> Sempat terpikir olehnya untuk menghubungi sang suami. Tetapi ia takut mengganggu. Ingin pergi keluar, masih belum berani. Akhirnya ia pasrah membiarkan rasa jenuh menggelayuti dirinya. Dan biasanya, sang penebar ceria dan obat jenuh akan hadir disaat-saat seperti ini. Benar saja, tiba-tiba ada panggilan video call masuk di telepon seluler Khaira.<br /> <br /> <br /> #OneDayOnePost<br /> #TantanganCerbung<br /> <br /> <br /> Bandar Lampung, 16 Desember 2016<br /> <br /> <br /></div>

This Is Love (part 9)

Sang istri sangat bersyukur karena Allah telah menganugerahkan seorang suami yang sholeh, indah rupa dan akhlaknya, serta penyayang. Dialah...

Baca selengkapnya »

This Is Love (part 8)

<div style="text-align: justify;"> Hari ini hari terakhir bagi Fathan dan Khair menjejakkan kaki di tanah air, karena beberapa jam lagi mereka akan segera terbang bersama Garuda Airlines menuju Brunei Darussalam. Keluarga dan sahabat tak kuasa menahan haru saat mengantar untuk melepas keduanya pergi ke negeri kaya minyak itu. Terutama Khaira sendiri yang terlihat berat melangkah saat akan menuju pesawat yang akan segera take off. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Baik-baik disana ya nak. Patuhi suamimu. Jadilah istri yang soleha serta dapat menyejukan hati suami." Pesan sang mama pada Khaira. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Dipeluk erat sang mama oleh Khaira. Ia tak kuasa menahan buliran air mata yang sejak tadi tak sabar ingin membanjiri pipinya. Ia tak mampu berkata apapun. Hanya terus terhanyut dalam tangis dan tak ingin melepaskan pelukan itu. Berat rasanya harus berpisah dengan orang-orang yang paling disayanginya. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Khaira sayang, denger mama, ini bukan untuk selamanya. Nanti kita juga bisa bertemu lagi. Kasian Fathan sudah menunggu". Bujuk sang mama agar Khaira ikhlas dengan keberangkatan itu. </div> <div style="text-align: justify;"> "Khaira pasti kangen banget sama mama". Dilepasnya pelukan itu.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sang mama tahu betul bahwa sang putri kesayangannya itu berat berpisah dengannya. Ia berusaha meyakinkan anaknya agar tak larut dalam perasaan itu. Setelah dengan lemah lembut memberi pengertian, akhirnya Khaira mampu melambaikan tangan sambil berjalan menuju sang suami.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Akhirnya setelah kurang lebih satu setengah jam didalam burung besi, Fathan dan Khaira tiba di bandara Internasional Brunei Darussalam. Seorang lelaki berumur kira-kira 40 tahun sudah menunggu dengan memegang papan nama Fathan di dadanya. Ia pun segera menghampiri sang penjemput.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Assalamu'alaikum", sapa Fathan</div> <div style="text-align: justify;"> "Walaikumsalam warahmatullah", sahut lelaki itu.</div> <div style="text-align: justify;"> "Tuan Fathan Al Fariez?" Tanyanya memastikan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sebagian besar penduduk Brunei berasal dari rumpun Melayu, sehingga bahasa pengantar yang digunakan kebanyakan adalah bahasa Melayu. Jadi ini memudahkan komunikasi bagi pengunjung yang tidak bisa atau kurang paham dengan bahasa Inggris. Sekitar lima belas menit perjalanan dengan mobil jemputan itu, mereka pun tiba di sebuah rumah tinggal yang telah disiapkan oleh perusahaan, yang berlokasi di daerah Muara Town, Bandar Sri Begawan. Rumah bernuansa biru itu tampak begitu sejuk dengan dikelilingi beberapa pohon besar disekitarnya serta beberapa bunga cantik di sekitar terasnya. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Hopefully, you will enjoy the days here, if you need something, just contact this number (pak Ibrahim, sang penjemput, memberikan sebuah kartu nama). </div> <div style="text-align: justify;"> "Thank you, sir", jawab Fathan saat menerima kartu nama itu. </div> <div style="text-align: justify;"> "Well, I've to go now. Assalamu'alaikum". Pak Ibrahim berpamitan.</div> <div style="text-align: justify;"> "Walaikumsalam, take good care of yourself, sir", kata Fathan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Saat di dalam rumah, Fathan begitu mengagumi suasana didalamnya. Semua perabotan tersusun sistematis dan rapih. Ada sebuah sofa biru di tengah ruangan dan sebuah televisi layar datar yang terpajang di dinding ruangan. Disebelah kiri sofa ada sebuah jendela kaca berukuran cukup besar, yang saat melihat melaluinya, akan disuguhkan dengan kolam ikan beserta pancuran air buatan yang dikelilingi bebatuan berwarna putih dan hitam. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Neng, lihat deh ini (Fathan menggandeng tangan Khaira menuju jendela), indah banget ya". Namun sang istri tak bersuara sedikitpun, dan ia pun segera menyadari hal ini. </div> <div style="text-align: justify;"> "Neng kenapa? Ga suka tempatnya? Atau aa ada salah?" Tanya Fathan mencari tahu penyebab murungnya sang istri. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Rupanya Khaira sudah tak dapat menahan dorongan air matanya yang ingin menyeruak keluar. Segera dipeluknya sang suami dan tumpahlah buliran bening itu seketika. Begitu deras dan tangisnya pun terdengar sesegukan. Fathan mengusap kfelala sang istri. Dan saat sang wanita mulai agak tenang, dibawanya duduk di sofa biru itu. Digenggamnya tangan lembut itu. Ditatapnya wajah yang masih tertunduk dan terisak. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Neng, dengerin aa. Aa tau neng sedih dan berat buat ikut sama aa kesini. Ninggalin orang-orang yang neng sayangin. Mungkin ini terlalu cepat, sehingga neng ga sempet ngabisin waktu lebih banyak dengan mereka. Aa ngerti banget yang neng rasain sekarang. Jadi neng ga usah pendam semua itu sendirian. Kalau neng mau nangis, menangislah sepuasnya. Neng mau marah, mau pukulin aa pun, ya sok silahkan. Aa ga akan marah. Ga akan bales. Aa akan diem aja dan temenin neng sampe puas nangisnya. Yang penting neng bisa lega". Ujar Fathan.</div> <div style="text-align: justify;"> "Aa...". Khaira tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. Kelembutan dan kebaikan Fathan begitu mengharukannya. Dipeluknya erat sang suami. "Makasih a". Hanya itu yang mampu ia ucapkan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> (Bersambung)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> #OneDayOnePost</div> <div style="text-align: justify;"> #TantanganCerbung</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bandar Lampung, 15 Desember 2016</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div>

This Is Love (part 8)

Hari ini hari terakhir bagi Fathan dan Khair menjejakkan kaki di tanah air, karena beberapa jam lagi mereka akan segera terbang bersama Gar...

Baca selengkapnya »

This Is Love (part 7)

<div style="text-align: justify;"> "Neng, kira-kira neng sudah siap belum nikah tahun ini?" Tanya Fathan mengawali obrolan serius itu.</div> <div style="text-align: justify;"> "Kenapa gitu a?" Jawab Khaira.</div> <div style="text-align: justify;"> "Jadi, aa dapet kepercayaan dari perusahaan untuk ngawasin proyek kerjasama dengan perusahaan di Brunei selama dua tahun. Dan rencana keberangkatannya sekitar dua mingguan lagi. Tapi aa belum kasih jawaban setuju atau ga. Soalnya aa mau tanya pendapat neng dulu". Fathan menjelaskan.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Khaira terdiam sesaat. Yang dia pikirkan adalah kata "Brunei" yang baru disebutkan Fathan. "Ada apa ini ya Allah? Apa rencanaMu? Mengapa Fathan dan Fathur sama-sama menuju Brunei?" Ia membatin</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Neng?" Ko diem ja?" Tanya Fathan.</div> <div style="text-align: justify;"> Panggilan itu membuyarkan lamunannya</div> <div style="text-align: justify;"> "Menurut neng itu kesempatan bagus a. Terima aja. Neng akan selalu dukung aa", jawab Khaira meyakinkan. </div> <div style="text-align: justify;"> "Betarti neng setuju kita nikah secepatnya? Aa ga mau ninggalin neng lama-lama disini sendirian. Aa pengen neng ikut aa kesana". Ia begitu gembira mendengar pernyataan pujaanya itu.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Khaira mulai bingung dengan pertanyaan ini. Ia seolah ragu mengeluarkan jawabannya. Ia terdiam dan tiba-tiba dalam diamnya, perlahan dalam benaknya muncul bayangan seorang yang sudah hampir bisa dilupakannya, Fathur. Ia kembali teringat momen kebersamaan dengan pemuda itu. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Neng?" Panggil Fathan yang sejak tadi menunggu jawaban sang pujaan hatinya. </div> <div style="text-align: justify;"> "Astaghfirullah. Aa punten nya". Sahut Khaira seketika.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Fathan sempat bingung dengan jawaban itu, "punten"? batinnya. Tetapi kebingungan itu sirna saat sang kekasih mengatakan bahwa ia minta maaf karena telah membuatnya menunggu jawaban. Namun yang sebenarnya, kata-kata itu terlontar karena ia merasa bersalah telah memikirkan laki-laki lain disaat pangerannya menanyakan tentang pernikahan. Ia juga teringat akan doa yang ia panjatkan sebelum Fathan menelepon tadi.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Alhamdulillah. Mungkin inilah jawaban Allah atas doaku tadi. Fathanlah calon imam yang Allah pilihkan untukku". Bisiknya dalam hati</div> <div style="text-align: justify;"> "Bismillahirrohmaanirrohiim, insyaAllah neng siap a", jawab Khaira mantap.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Mereka segera mempersiapkan pernikahan itu. Pihak perusahaan pun telah mengurus segala dokumen yang diperlukan untuk mereka selama menetap di Brunei. Khaira segera mengundurkan diri dari pekerjaannya. Dua hari kemudian, keluarga Fathan datang dari Bandung bersilahturahmi ke keluarga Khaira di Jakarta, sekaligus membicarakan pernikahan mereka. Dan acara sakral itupun digelar tiga hari kemudian di Jakarta. Hanya sebuah acara sederhana. Tidak banyak yang mereka undang. Hanya para kerabat dan sahabat dekat. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Ijab qobul pun terucap, menyatukan dua esensi jiwa yang saling mencinta karena Allah itu. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Saya terima nikahnya Khaira Azzalfa binti Hisyam abdurrachman dengan mas kawin seperangkat alat sholat di bayar tunai". Ucap Fathan penuh khidmat dan lancar. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Semua yang hadir di ruangan itu tampak haru dan bahagia melihat dua insan itu telah resmi menjadi pasangan halal. Tangis bahagia mengiringi prosesi sakral itu. Sayangnya, pasangan pengantin baru yang sangat berbahagia itu tak sempat menikmati awal kebersamaan mereka sebagai pasangan suci seperti orang lain. Karena mereka tersibukkan dengan segala urusan untuk keberangkatan ke negeri Sultan Hasanal Bolkiah itu. Sisa waktu dua hari di tanah air mereka gunakan untuk bersilahturahmi sekaligus berpamitan dengan sanak saudara dan teman dekat. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> (Bersambung)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> #OneDayOnePost</div> <div style="text-align: justify;"> #Tantangan Cerbung</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bandar Lampung, 14 Desember 2016</div>

This Is Love (part 7)

"Neng, kira-kira neng sudah siap belum nikah tahun ini?" Tanya Fathan mengawali obrolan serius itu. "Kenapa gitu a?" ...

Baca selengkapnya »

This Is Love (part 6)

<br /> <div style="text-align: justify;"> Keesokan harinya, Fathur datang menemui Khaira. Mereka berdiskusi seperti biasanya. Ada tawa, canda, dan bahagia menyertai diskusi mereka. Mungkin orang lain akan menganggap bahwa mereka punya hubungan khusus. Disela-sela belajar, mereka sering saling menanyakan tentang kehidupan masing-masing dan rencana masa depan. Sungguh terlihat begitu akrab. Namun, keceriaan sang wanita seketika hilang tatkala sang pria memberitahunya bahwa mulai minggu depan ia tidak bisa belajar bersama lagi. Karena pemuda itu akan melanjutkan study S2 nya di Brunei Darussalam. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Menjelang maghrib, Fathur pamit pulang sekaligus pamit pada Khaira untuk waktu yang lama. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Thanks for everything miss, aku pamit. Doain kuliahku lancar ya", ujar Fathur</div> <div style="text-align: justify;"> "Oh...i..iya", jawab Khaira tergagap. </div> <div style="text-align: justify;"> "Jangan sedih ya miss(Fathur tersenyum), insyaAllah kita pasti ketemu lagi." Hibur sang murid yang sepertinya menyadari perubahan wajah gurunya yang mungkin sedih. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kini tak ada lagi Fathur dikelas. Tak ada lagi yang selalu membuat darah itu berdesir. Tak ada lagi belajar tambahan di waktu senggang. Yang ada kini hanyalah kenangan singkat yang sulit terhapus dari benak Khaira. Sekarang ia benar-benar menyadari bahwa hatinya terpikat oleh Fathur.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Bagaimana ini ya Allah? Apakah benar aku telah jatuh hati padanya? Tapi aku tak ingin merusak hubunganku dengan Fathan. Dia sudah begitu baik dan sangat mencintaiku. Aku tidak ingin menyakitinya. Aku mencintainya. Tapi mengapa aku terjebak dengan perasaan ini? Ampunilah khilafku ini ya Rabb. Berilah aku jalan keluar dan petunjukMu. Kini kupasrahkan segalanya padaMu. Aku ikhlas menerima semua ketentuanMu. Aamiin ya robbal'alamin". Khaira terisak memanjatkan doa selepas menunaikan sholat isya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Tak lama setelah itu, Fathan menghubunginya. Ini adalah hal rutin yang ia lakukan jika sang pujaan sudah selesai menunaikan segala aktifitas mengajarnya. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Assalamu'alaikum". Sapa Fathan dengan hangatnya.</div> <div style="text-align: justify;"> "Walaikumsalam a", jawab Khaira.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Seperti biasanya, obrolan mereka adalah tentang apa yang dilakukan hari itu. Dan biasanya Fathan terlebih dahulu menanyakan segala hal tentang keadaan kekasihnya. Dan hari itu sang pangeran berfirasat bahwa sang princess sedang dalam suasana gelisah. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Neng kenapa? Ko kayak yang lagi ada masalah gitu? Cerita atuh sama aa", kata Fathan</div> <div style="text-align: justify;"> "Ga apa-apa ko a. Cuma lagi cape aja", jawab Khaira menutupi rasa gundahnya.</div> <div style="text-align: justify;"> "Ya udah, senyum atuh. Kan ada aa sekarang. Neng mau dibacain Ar-rahman?" Tanya Fathan </div> <div style="text-align: justify;"> "Iya a", jawabnya</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Khaira mulai merasa nyaman. Kehadiran sang kekasih selalu bisa mengobati segala rasa gundah dan gelisah yang menghinggapinya. Terlebih jika Fathan mulai melantunkan bacaan Alquran untuknya. Suaranya yang merdu mampu menyentuh relung hati pendengarnya. Inilah yang sering membuat Khaira tenang dan nyaman. Dan memang hanya Lelaki itu yang mampu mendatangkan ketenangan hatinya disaat masalah menghampirinya. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Fathan adalah tempat bertanya, tempat curthat terbaik dan tempat berkeluh kesah ternyaman bagi Khaira. Semua permasalahan yang menderanya seakan-akan terselesaikan jika sudah berbicara dan mendengar suara kekasihnya itu. Hampir empat puluh menit mereka berbicara di saluran telepon itu. Dan kini pembicaraan mulai lebih serius.<br /> <br /> (Bersambung)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> #OneDayOnePost</div> <div style="text-align: justify;"> #TantanganCerbung</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bandar Lampung, 14 Desember 2016</div>

This Is Love (part 6)

Keesokan harinya, Fathur datang menemui Khaira. Mereka berdiskusi seperti biasanya. Ada tawa, canda, dan bahagia menyertai diskusi mereka....

Baca selengkapnya »

This Is Love (part 5)

<div style="text-align: justify;"> <i>"Cause it's you and me, and all of the people with nothing to do, nothing to lose. And it's you and me and all of the people and I don't know why, can't keep my eyes off of you"</i></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bunyi dering dari ponsel Khaira yang bernada lirik lagu dari Lifehouse (lagu favorit Khaira dan Fathan), membuatnya terdiam sesaat. Lama ia pandangi layar ponselnya yang sedang menampilkan foto Fathan saat panggilan masuk itu berlangsung. Hingga panggilan telepon itu terputus. Tak lama sang pangeran kembali menghubungi dan sang wanita pun langsung mengangkatnya. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Assalamu'alaikum princess", sapa Fathan.</div> <div style="text-align: justify;"> "Walaikumsalam a", jawab Khaira.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Fathan memang selalu menyempatkan waktu ditengah kesibukannya untuk menghubungi Khaira. Ia tidak ingin sedikitpun terlewatkan kabar tentang pujaannya itu. Walau hanya sekedar menanyakan keadaan Khaira, mengingatkan sholat, makan, dan mengucapkan "I love you my princess" (hal yang tak pernah ia lupa ucapkan). Hal inilah yang membuat hubungan mereka bertahan, tak pernah ada badai menerpa, tak pernah ada gangguan ataupun penyusup. Kekuatan cinta mereka memang kuat, mungkin diatas rata-rata, terlebih kekuatan cinta Fathan. Ia selalu berusaha menjaga hubungan itu tetap terjaga dengan baik. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sepuluh menit berlalu dan pembicaraan telepon itupun berakhir karena Khaira harus segera berangkat kerja. Ia tiba setengah jam lebih awal sebelum kelas jam 15:00 dimulai. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Hmmm...hari ini Fathur ga masuk". Tiba-tiba ia membatin ditengah perjalanan menuju kelasnya. Tampak begitu jelas bahwa Khaira sangat tidak bersemangat. Ia duduk di kursi guru itu dan pandangannya mengarah ke satu titik, ke arah kursi yang biasanya ditempati sang murid. Batinnya mulai berkecamuk. Ia terus memikirkan pemuda itu. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Ya Allah, aku tidak ingin terus seperti ini. Aku mencintai Fathan. Hilangkanlah bayangan Fathur dari pikiran ini ya Allah. Diri ini tak ingin menghianati Fathan". </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Khaira begitu gelisah dengan dirinya sendiri. Berusaha menolak dan menyangkal bahwa kini hatinya tertarik dengan pesona muridnya sendiri. Namun disisi lain ia juga berusaha menarik sekuatnya sosok Fathan agar bisa memenuhi pikirannya. Sehingga tak ada ruang bagi Fathur lagi. Tetapi ia selalu gagal, sang murid selalu hadir bergentayangan di benaknya. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Kring, kring, kring". Bel tanda masuk berbunyi. Walau masih tak bersemangat, Khaira tetap mampu memberikan yang terbaik untuk murid-muridnya. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> (Bersambung)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> #OneDayOnePost</div> <div style="text-align: justify;"> #TantanganCerbung</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Bandar Lampung, 12 Desember 2016 </div>

This Is Love (part 5)

"Cause it's you and me, and all of the people with nothing to do, nothing to lose. And it's you and me and all of the people a...

Baca selengkapnya »

World Human Rights Day

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiciGhaDKNWGzH5E8nIE6Cj77pD0KDg77szPvDqSIARy6gB6w1TjcvROBKpafftK-Fy0nnRz0TutArLFIRTptR4mH4i6mkmsZM-ymNosjE7y8fVTVEAWyZWsOhLW76nDApmwEcO_FI-_g/s1600/Screenshot_2016-12-10-22-24-17-1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiciGhaDKNWGzH5E8nIE6Cj77pD0KDg77szPvDqSIARy6gB6w1TjcvROBKpafftK-Fy0nnRz0TutArLFIRTptR4mH4i6mkmsZM-ymNosjE7y8fVTVEAWyZWsOhLW76nDApmwEcO_FI-_g/s640/Screenshot_2016-12-10-22-24-17-1.png" /></a> </div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> Tepat hari ini, 10 Desember 2016, seluruh masyarakat dunia memperingati hari hak asasi manusia (HAM). Adanya peringatan ini diharapkan dapat mengingatkan kembali akan penghormatan dan penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia yang meliputi berbagai aspek kebebasan dan hak seperti kebebasan berkumpul dan berpendapat, kebebasan beragama dan berkeyakinan, hak hidup tenang dan nyaman, serta kebebasan dari kemiskinan dan rasa takut. </div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> Sebagaimana jargon yang dideklarasikan oleh PBB (perserikatan bangsa-bangsa) dalam kampanye HAM internasional yang berbunyi : "Our rights, our freedom, always" (hak-hak kita, kebebasan kita, selalu), seyogyanya bisa menyadarkan setiap individu akan pentingnya menghargai dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Namun pada kenyataanya, masih banyak tindak pelanggaran HAM terjadi di berbagai belahan dunia. Deklarasi HAM terlihat seperti sebuah wacana di atas kertas tanpa teraplikasikan secara nyata.</div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> Di Indonesia saja, ada beberapa kasus HAM yang sampai saat ini tak terselesaikan. Para pelanggar terkesan di manjakan oleh negara dengan kurang intens dan seriusnya tindak lanjut kasus HAM tersebut. Sehingga para penjahat HAM bebas berkeliaran menikmati kekebalan hukum. Lihatlah kasus semanggi yang hingga saat ini tak terselesaikan. Juga pelanggaran HAM masa lalu (1965) yang tak kunjung terungkap. </div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> Dalam momentum peringatan HAM kali ini di harapkan bisa membangkitkan dan mengingatkan pemerintah untuk bisa segera menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM di tanah air. Jangan biarkan ketidakadilan dan penderitaan korban HAM semakin meluas. Mereka juga punya hak yang sama dan wajib bagi pemerintah untuk memperjuangkan keadilan yang seadil-adilnya bagi korban HAM. Jangan biarkan negara ini terus membisu dan abai terhadap kasus perenggutan hak-hak dasar manusia. </div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> Saat ini HAM telah menjadi standar norma untuk melindungi setiap tindakan baik dari segi politik, hukum, dan sosial yang dikategorikan melanggar hak seseorang. </div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> Di hari HAM internasional ini saya berharap Indonesia segera dapat memberikan jawaban atas segala persoalan pelanggaran HAM yang terjadi. Pada hari ini marilah kita katakan pada diri kita untuk kembali berkomitmen dalam menjamin dan menjunjung tinggi HAM terhadap setiap individu dimanapun dan kapanpun. </div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> Selamat hari hak asasi manusia sedunia. Let's create a better world by showing our respect and love to each other. </div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> #OneDayOnePost</div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> #HariHAMSedunia</div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> Bandar Lampung, 10 Desember 2016</div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"> <br /></div>

World Human Rights Day

  Tepat hari ini, 10 Desember 2016, seluruh masyarakat dunia memperingati hari hak asasi manusia (HAM). Adanya peringatan ini diharapk...

Baca selengkapnya »

This Is Love (part 4)

<div style="text-align: justify;"> Hari itu Fathur mengirim sebuah pesan (ba'da dzuhur).</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Miss, hari ini saya izin. Ada acara bakti sosial yang harus saya urus, dan mungkin sampe malem." </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Biasanya Khaira segera membalas pesan Fathur, namun tidak kali ini. Seperti ada yang merenggut semangat darinya. Karena tidak mendapatkan balasan, sang murid pun mengirimkan pesan berikutnya hingga beberapa kali. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Miss? Ga apa-apa kan saya izin hari ini? Bunyi pesan selanjutnya. Namun tetap tak berbalas. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Beberapa menit kemudian, masuk pesan berikutnya dari Fathur. "Gimana kalau besok saya temuin miss buat belajar bareng?"</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Pesan terakhir ini berhasil menggerakkan jari-jari Khaira menari di atas abjad di layar sentuh ponselnya. </div> <div style="text-align: justify;"> "InsyaAllah bisa, maaf baru bales, tadi miss sibuk", kata sang guru menutupi sikap tak acuhnya pada pesan pertama Fathur.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sosok Fathur, pemuda lulusan pesantren yang kini berstatus muridnya  itu terus bergentayangan dalam pikiran Khaira. Kadang ia sering senyum-senyum sendiri. Namun, saat itu tiba-tiba ia terdiam, tergambar raut sedih diwajahnya, dan sepertinya ia teringat akan sesuatu. Ya, Khaira teringat Fathan, pemuda yang selama lima tahun ini telah berbagi suka dan duka dengannya. Dialah satu-satunya yang bisa membuat Khaira tersenyum. Sikap dan tutur katanya yang lembut selalu menenangkan baginya.</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Sejak kelulusan dari Universitas Padjajaran tiga tahun yang lalu, mereka terpaksa menjalani long distance relationship (LDR). Fathan tetap di kota kelahirannya, Bandung, dan telah mendapatkan sebuah pekerjaan yang sangat bagus di sebuah perusahaan komunikasi. Sedangkan Khaira memutuskan untuk kembali ke Jakarta dan mengajar di sebuah lembaga bahasa asing terkemuka. Sebelum menjalani LDR itu mereka sudah saling berkomitmen. Fathan berjanji bahwa dalam dua atau tiga tahun kemudian ia akan segera meresmikan hubungan mereka, menjadi satu esensi jiwa dalam sebuah ikatan suci pernikahan. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Astaghfirullah, mengapa aku seperti ini? Aku telah gagal menjaga hatiku untuk Fathan. Mengapa muncul perasaan ini pada Fathur? Dia muridku dan tak pernah menyatakan cinta padaku." Batinnya penuh penyesalan dan meneteslah setitik air matanya. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Khaira mulai menyadari bahwa kehadiran Fathur telah sedikt membuatnya lupa akan Fathan. Namun ia juga tidak bisa menyangkal jika sosok Fathur yang sopan dan mempunyai tatapan serta senyum hangat itu telah memikat hatinya. Ia berusaha menyingkirkan semua bayangan tentang pemuda itu. Sekuat tenaga membujuk pikirannya agar membuang semua hal tentang Fathur. Sulit memang, karena ternyata ia telah terpesona dengan sikap dan perlakuan sang murid padanya. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Arrggghh". Khaira berteriak dan mulai uring-uringan lagi. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> (Bersambung)</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> #OneDayOnePost</div> <div style="text-align: justify;"> #TantanganCerbung</div> <div style="text-align: justify;"> <br /> <br /> Bandar Lampung, 9 Desember 2016</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div>

This Is Love (part 4)

Hari itu Fathur mengirim sebuah pesan (ba'da dzuhur). "Miss, hari ini saya izin. Ada acara bakti sosial yang harus saya urus, ...

Baca selengkapnya »

This Is Love (part 3)

<div style="text-align: justify;"> Hari-hari berikutnya Khaira mulai merasa nyaman dengan kelas baru itu. Murid-muridnya sangat antusias dan suasana kelas cenderung kondusif, padahal jumlah mereka yang over crowded itu sangat rentan terciptanya kebisingan. Namun tidak untuk kelas ini. Mungkin karena mereka juga rata-rata berusia dewasa.<br /> <br /> Kelas itu sudah berjalan dua pekan. Dan saat selesai kelas sore itu, Fathur tidak beranjak dari kursinya. Padahal sang guru telah mempersilahkan murid-muridnya pulang. Ia menghampiri gurunya yang tengah membenahi peralatan mengajarnya.<br /> <br /> "Miss ada waktu?" Sapaannya menghentikan langkah Khaira.<br /> "Saya mau bahas materi yang belum saya ngerti", lanjut Fathan.<br /> "Mau bahas yang mana?" Sang guru kembali duduk.<br /> <br /> Hanya mereka berdua di kelas itu, dan duduk berhadapan. Fathur semakin mendekatkan kursinya saat sang guru menjelaskan materi yang ada dibukunya. Hal ini membuat Khaira sedikit tidak nyaman, karena walau bagaimanapun, mereka adalah dua orang dewasa yang bukan muhrim. Rasa khawatir mulai menghinggapi pikirannya. Ia takut terjadi fitnah jika ada yang melihat mereka berdua dengan posisi seperti itu di kelas yang seharusnya sudah kosong itu. Khaira segera berdiri untuk membuatnya lebih nyaman. Walaupun ia harus berusaha keras untuk bisa menangkap isi tulisan di buku Fathur. 20 menitan berlalu dan akhirnya panggilan maghrib mengakhiri sesi tambahan itu.<br /> <br /> "Thanks miss, besok-besok bolehkan saya belajar sama miss lagi?" Tanya Fathur sebelum undur diri.<br /> "InsyaAllah," jawab Khaira.<br /> <br /> Sejak saat itu Fathur sering mengirimkan pesan ke ponsel Khaira menanyakan pelajarannya. Kadang hanya sebuah pesan pemberitahuan bahwa ia terlambat datang karena suatu hal. Setiap usai kelas sang murid selalu meminta sang guru meluangkan waktu untuk bisa belajar bersama. Hal ini akhirnya menjadikan mereka akrab dan mulai saling bercerita tentang hal-hal yang tak berkaitan dengan pelajaran.<br /> <br /> Tiga bulan sudah kedekatan sang guru dan murid itu terjalin. Khaira mulai merasakan ada perasaan aneh yang kerap muncul saat dirinya bersama Fathur. Apalagi saat Fathur menatapnya saat berbicara atau saat di kelas ketika ia sedang menjelaskan. Detak jantungnya berirama tak menentu namun ia juga merasakan senang yang sulit ia lukiskan. "Mungkinkah?" Batinnya<br /> <br /> Khaira berusaha mengusir tanda tanya di benaknya tentang perasaanya itu. Namun ia juga tak bisa begitu saja menyangkal jika degup jantung anehnya saat berhadapan dengan pemuda itu telah berhasil membuatnya uring-uringan. Di kelas, Fathur sering menatap Khaira bak tatapan mata elang, tajam, dalam, tak berkedip (bahkan saat sang guru tak sengaja melihat ke arahnya). Hal itu sukses membuat sang wanita salah tingkah. Tetapi hal ini berbeda jika hanya mereka berdua. Fathur selalu tersenyum hangat jika bertatapan (tatapannya tetap dalam tapi menghangatkan relung jiwa). Ia juga terlihat lebih ceria. Dua kondisi inilah yang membuat Khaira bingung, apa yang sebenarnya dipikirkan Fathur tentangnya? Mengapa sikapnya berbeda saat di kelas dan saat berdua saja?<br /> <br /> Ternyata kedekatan mereka telah mengundang tanda tanya besar diantara rekan sekantor Khaira. Karena menurut mereka hal itu tak lazim. Ditambah sikap keduanya yang tidak seperti guru dan murid.<br /> <br /> (Bersambung)<br /> <br /> <br /> #OneDayOnePost<br /> #CerbungPart3<br /> <br /> Bandar Lampung, 8 Desember 2016</div>

This Is Love (part 3)

Hari-hari berikutnya Khaira mulai merasa nyaman dengan kelas baru itu. Murid-muridnya sangat antusias dan suasana kelas cenderung kondusif,...

Baca selengkapnya »

This Is Love (part 2)

<div style="text-align: justify;"> Khaira keluar kelas dan segera menggeser tanda telepon itu kekanan. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Assalamu'alaikum". Terdengar suara lembut saat telepon itu tersambung. </div> <div style="text-align: justify;"> "Walaikumsalam", jawab Khaira.</div> <div style="text-align: justify;"> "Sudah masuk kelas ya neng? Semangat ya". Ucapan yang sering di katakan Fathan saat sang wanita akan memulai aksinya di kelas. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Itu memang hanya sebuah telepon singkat. Namun bagi Khaira, hanya dengan mendengar suara sang pangeran hatinya itu, sudah cukup untuk memanggil kembali dirinya yang selalu ceria. Ia pun kembali ke kelas dengan aura yang lebih bersinar. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Kelas masih hening; menunggu sang guru menyapa. Sedangkan Khaira masih terpaku di depan meja, memandangi daftar absen; menelusuri nama setiap murid. Setelah memuaskan matanya pada lembaran putih tak bernyawa itu, barulah ia bangkit.</div> <div style="text-align: justify;"> "Bismillahirrohmanirrohiim, Khaira mulai melakukan kewajibanya sebagai seorang guru. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> "Well, I'm Khaira Azzalfa. Just call me Miss Khaira, and you'll be with me during this level." Ia bukan tipe seorang yang suka berbasa-basi, jadi menurutnya perkenalan seperti itu sudah cukup. </div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> Materi di hari pertama kelas baru tidaklah begitu banyak, karena interaksi hari itu lebih terkonsentrasi pada perkenalan dan pengenalan cara belajar di ECI.<br /> <br /> Sebenarnya rasa kesal Khaira masih menempel sedikit. Namun keprofesionalannya mampu menyembunyikan rasa itu. Seperti biasanya, ia selalu bisa dengan mudah membangun suasana nyaman dan keakraban di kelasnya. Sehingga kelas itu tidaklah seperti kelas baru, dimana biasanya suasananya kaku dan asing. Hal ini tidak akan pernah berlaku bagi kelas yang telah dimasukinya. Walaupun ada kecanggungan, namun itu hanya berlangsung sesaat di menit-menit awal. Selanjutnya, suasana berubah menyenangkan.<br /> <br /> Tanpa terasa dua jam berlalu dan kelaspun usai. "You may go home". Khaira mempersilahkan anak didiknya meninggalkan kelas.<br /> <br /> "Maaf miss, aku boleh minta nomor ponselnya?" Seorang murid lelaki menghampirinya dan disusul seorang murid perempuan yang juga menginginkan hal yang sama.<br /> "Hmm...iya boleh".  Khaira sempat ragu namun ia berikan karena murid yang bernama Abdillah Fathur (Fathur) itu ingin berkonsultasi masalah pelajaran.<br /> <br /> Bersambung<br /> <br /> #OneDayOnePost<br /> #TantanganCerbung<br /> <br /> Bandar Lampung, 7 Desember 2016</div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div>

This Is Love (part 2)

Khaira keluar kelas dan segera menggeser tanda telepon itu kekanan.  "Assalamu'alaikum". Terdengar suara lembut saat tele...

Baca selengkapnya »