"Hmmn...sepertinya aku mau sakit nih." Keluhku saat merasakan atmosfer yang berbeda dengan tubuh ini. Panas. Kepalapun ikut-ikutan bereaksi atas kondisi demam yang muncul tiba-tiba itu. Ternyata tubuhku sedang mengirimkan sinyal komplainnya. "Ok, aku harus istirahat," pikirku. Aku tipe yang sulit bersahabat dengan obat-obatan. Jadi tiap sakit aku memilih tidur.
Namun, tiba-tiba ringtone Dew Drops BBM berbunyi. Ada sebuah pesan dari sahabatku Neelam.
"Sheena, sebenernya beberapa temen keberatan dengan ide lo. Cuma satu atau dua orang ja yang setuju," Kata Neelam.
"Kenapa ga komplain? Kita udah save the date lho," balasku segera.
Pesan Neelam berhasil menggagalkan niat istirahatku. Kami saling membalas layaknya dua orang yang sedang berdebat. Hingga akhirnya emosi Neelam terpancing. Awalnya ia menasehatiku, seketika berubah memarahiku. "Lo itu egois, keras kepala, ga bisa di omongin, ga mikirin perasaan orang lain, ga peka, males punya temen kaya lo." Neelam tampak begitu kesal denganku.
Aku tidak terima begitu saja dengan ucapan yang di lontarkanya. Tapi pembelaanku sia-sia. Aku tetap bersalah. Akhirnya aku mengalah dan mengatakan penyesalanku. Rasulyllah SAW bersabda : "Aku jamin rumah di dasar syurga bagi yang menghindari perdebatan sekalipun ia benar,...." *H.R Abu Dawud).
Berdebat hanya akan menimbulkan perpecahan, permusuhan dan kebencian. Dan akupun tidak ingin kehilangan sahabatku. Akhirnya keadaan kondusif. Aku kirim sebuah pesan pada Neelam. "Thanks ya. Sekarang gua mau ke apotik dulu. Badan lagi ga bersahabat ni."
Pertahananku terhadap sakit ini pun runtuh. Ya aku harus minum obat. Di perjalanan ke apotik, kusempatkan mengirim pesan ke teman-teman guna meminta maaf. Setelahnya ku beritahu Neelam hal itu. Di luar dugaan, dia marah besar. Dia kirim pesan BBM yang panjangnya seperti surat. Kalimat terakhirnya berbunyi: "Gua benci banget sama lo, ga akan gua maafin lo. Kita ga usah temenan lagi." Kata-kata yang membuatku sangat tersentak.
"What? Salah apa lagi gua?" Aku berkata pada diriku sendiri.
Ternyata perkara minta maaf itu masalahnya. Di chat sebelumnya dia sarankan aku untuk tidak membahas masalah itu dengan yang lain. Jadi tidak perlu minta maaf. Namun aku tidak terlalu fokus membaca chat yang kadang ada bagian yang terlewat. Jadi menurutnya aku egois dan ingin terlihat bersih dengan minta maaf. Dan otomatis yang lain akan melabelkan dia sebagai orang yang tidak bisa di percaya karena memberi tahuku tentang komplain mereka.
Kami kembali saling beragumen. Lebih sengit dan kata-kata Neelam sangat pedas sehingga membuatku beruraian air mata. "Baru kali ini gua sedih banget di giniin sahabat sendiri. Lo udah buat gua nangis." Isi pesan BBM ku padanya.
Neelam tetap ingin mengakhiri persahabatan kami. "It's over" katanya. Ia sama sekali tidak peduli lagi padaku. Padahal ia tahu aku sedang sakit dan bersedih karena ucapanya.
Aku memang sangat menyayangi Neelam dan persahabatan ini. Aku tidak ingin kehilanganya. Maka kuutarakan permohonan maafku. Ia tetap marah. Ia bilang permintaan maafku tidak tulus karena aku tetap berargumen bahwa tindakanku meminta maaf itu benar. Dan setelah berkali-kali kuyakinkan ia akan penyesalanku, barulah ia memaafkanku.
"Sebenernya gua ga tega ngelakuin itu semua sama lo. Sedih. Tapi harus karena gua sayang lo. Gua pengen lo sadar n ga keras kepala lagi. Maaf ya Sheena." Neelam memberitahu maksud sebenarnya.
Ternyata ia sengaja untuk merubah sifat burukku. Kupikir aku akan benar-benar kehilangan sahabatku hanya karena aku teguh dengan pendirianku yang sebenarnya itu tidaklah salah (hehe...ternyata aku memang keras kepala ya). Neelam mengirim pesan terakhir. "Ya udah lo sekarang minum obat n istirahat. Gua sayang lo. Tapi lo itu beneran keras kepala ya na, hehee."
Ingin rasanya teriak saat itu juga. Neeelaammm.....you did it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Keren ceritanya
BalasHapusMakasih mb wid. Mhn bimbingan selalu mba wid
BalasHapuspelajaran berharga.. kereb uni
BalasHapus